cover
Contact Name
Hero Patrianto
Contact Email
jurnal.atavisme@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.atavisme@gmail.com
Editorial Address
Balai Bahasa Jawa Timur, Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252, Indonesia
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA
ISSN : 1410900X     EISSN : 25035215     DOI : 10.24257
Core Subject : Education,
Atavisme adalah jurnal yang bertujuan mempublikasikan hasil- hasil penelitian sastra, baik sastra Indonesia, sastra daerah maupun sastra asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. Atavisme diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012" : 9 Documents clear
DUKUNGAN TOKOH LAKI­LAKI TERHADAP FEMINISME DALAM FIKSI JAWA MODERN BERTEMA KEKERASAN Darni, Darni
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.334 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.62.221-234

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan sikap tokoh laki­laki terhadap kekerasan yang menimpa perempuan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teori New Historicism, sebuah teori yang memiliki anggapan adanya hubungan timbal balik antara teks dan konteks sastra, mengungkap permasalahan sampai ke akarnya, dan memberikan perhatian kepada kelompok yang termarjinalkan, salah satunya perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah karya sastra Jawa modern berbentuk novel dan cerita bersambung yang terbit tahun 2001?2010. Data penelitian ada dua jenis, yaitu primer dan sekunder, yakni teks dan konteks. Analisis data menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para tokoh laki­laki mendukung dikukuhkannya ideologi feminisme. Para tokoh laki­laki membantu tokoh­tokoh perempuan untuk lepas dari kekerasan. Bahkan, para tokoh laki­laki juga membantu para perempuan untuk memulai hidup mandiri. Di akhir cerita, empat tokoh lelaki dalam empat dari enam cerita, menikahi tokoh­tokoh perempuan yang berhasil lepas dari kekerasan. Abstract: The purpose of this research is to describe male character?s attitude toward violence which happen to women. In achieving that purpose, this research uses New Historicism theory, a theory which has a belief that there is a reciprocal relationship between text and literature context, reveals the base of the matter, and gives attention to marginal groups, one of them is woman. This research is a qualitative one. The sources of data are modern Javanese literary works in the form of novels and serials published in 2001?2010. There are two kinds of research data, primary and secondary; text is the primary data, whereas context is the secondary one. The data analysis uses content analysis. The result of research shows that the male characters in six stories support feminism ideology. The male characters help women released from violence. Moreover, the male characters also help women to begin to live independently. In the end of the stories, four male characters in four stories of six stories, married the female characters who got released from violence. Key Words: released from violence, independent, get married
CORAK FEMINISME DUA SAJAK PENYAIR LAKI-­LAKI Suyatno, Suyono
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.664 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.58.177-186

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ketersebaran gagasan feminisme, yakni apakah gagasan tersebut juga menjangkau kaum lelaki? Penelitian ini menggunakan teori feminisme dan berpijak pada data berupa dua sajak yang ditulis penyair laki­laki, yakni sajak ?Adam di Firdaus? karya Subagio Sastrowardojo dan sajak ?Perempuan? karya Emha Ainun Nadjib. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corak feminisme dalam puisi tidak hanya didominasi oleh penyair perempuan. Beberapa sajak yang ditulis oleh penyair laki­laki seperti Subagio Sastrowardojo dengan sajaknya "Adam di Firdaus" dan Emha Ainun Nadjib dengan sajaknya "Perempuan" juga menunjukkan gagasan feminisme. Namun, berbeda dengan sajak feminis yang ditulis oleh penyair perempuan yang umumnya menghadirkan perempuan sebagai korban ideologi gender, dalam sajak feminis yang ditulis oleh penyair laki­laki kesadaran feminisme dan kesetaraan gender baru muncul setelah perempuan direpresentasikan sebagai korban ideologi gender. Abstract: The purpose of this study is to determine the spreads of the idea of feminism, i.e., whether the idea will also reach out to the men. This study uses feminist theory and is based on the data in the forms of two poems written by two male poets, "Adam di Firdaus? by Subagio Sastrowardojo and "Perempuan? by Emha Ainun Nadjib. The result shows that the colour of feminism in poetry is not dominated by female poets. Some poetries written by male poets such as Subagio Sastrowardojo with his poem "Adam di Firdaus" and Emha Ainun Nadjib with his poem "Perempuan" also show the idea of feminism. However, different from poetries of feminism written by female poets which commonly represents woman as a victim of gender ideology, in poetries of feminism written by male poets, the awareness of feminism and gender equality appear after the woman is represented as a victim of gender ideology. Key Words: the victim of gender ideology, feminism, gender equality
MITOS, MASYARAKAT ADAT, DAN PELESTARIAN HUTAN Manuaba, I.B. Putera; Satya Dewi, Trisna Kumala; Kinasih, Sri Endah
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.526 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.63.235-246

Abstract

Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi mitos yang diyakini masyarakat adat sekitar kawasan hutan lindung Baluran dan Gilimanuk, (2) mengkaji fungsi sosial mitos yang diyakini masyarakat adat kawasan hutan Baluran dan Gilimanuk dalam pelestarian hutan, dan (3) merumuskan model pelestarian hutan yang berbasis mitos (kearifan lokal). Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan sosiologi sastra yang dipertajam dengan pendekatan etnografis; dengan memanfaatkan data penelitian mitos yang hidup dalam masyarakat adat sekitar kawasan hutan lindung Baluran dan Gilimanuk beserta masyarakat pendukungnya. Adapun model analisisnya adalah kualitatif deskriptif. Temuan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, dalam masyarakat adat kawasan hutan Baluran dan Gilimanuk, terdapat mitos­mitos yang masih diyakini masyarakatnya. Kedua, mitos memiliki fungsi sosial bagi masyarakat adat karena dapat menggerakkan tindakan sosial masyarakatnya untuk melakukan pelestarian hutan. Ketiga, model yang ditawarkan adalah model pelestarian hutan yang berbasis keyakinan masyarakat pada mitos (dengan nilai­nilai kearifan lokal). Abstract: This research aims to (1) identify the myth believed by indigenous people living around protected forests of Baluran and Gilimanuk, (2) study the social function of myth believed by indigenous people of Baluran and Gilimanuk forest areas in terms of forest conservation, and (3) formulate a model of forest conservation based on myth (local wisdom). This research uses the approach of sociology of literature, perfected by ethnographic approach. The data are the myths existing among indigenous people living around the protected forests of Baluran and Gilimanuk along with the supporting community. The analysis model is descriptive qualitatative. The research has found three findings. First, among the indigenous people in the area of Baluran and Gilimanuk forest, there are myths which are still believed by the community. Second, myth has social functions for indigenous people for its ability to encourage social actions of the community to manage forest conservation. Third, the proposed model is forest conservation model based on the community?s belief in myths (along with the local wisdom values). Key Words: myth (local wisdom values), indigenous people, forest conservation
ANALISIS NILAI MURNI DALAM SETEGUH KARANG Selamat, Jumali Hj.
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.60.197-208

Abstract

Penelitian ini menganalisis nilai­nilai murni dalam kehidupan remaja berdasarkan teks Seteguh Karang karya Tuan Faridah Syed Abdullah dari perspektif pendekatan moral. Analisis ini bertujuan melihat penyemaian nilai murni dalam karya untuk membentuk akhlak dan budi pekerti remaja. Menerusi pemupukan nilai murni diharap dapat melahirkan remaja yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, berjiwa murni dan berkeupayaan memberi sumbangan kepada agama, bangsa dan tanah air. Kajian ini mendapati teks ini menyentuh nilai­nilai murni, seperti nilai baik hati, kasih sayang, keberanian, kerjasama, kesyukuran dan rasional. Peristiwa yang dilalui oleh manusia menyerlahkan pelbagai ragam, perlakuan dan hubungan manusia dari aspek positif dan negatif untuk dijadikan cerminan perbandingan dan contoh teladan. Elemen ini memberi pengalaman dan pengetahuan dalam kehidupan remaja. Abstract: This article analyzes the moral values in the adolescent life based on text Seteguh Karang authored by Tuan Faridah Syed Abdullah from the moral approach perspective. This analysis intends to observe the inculcation of moral values in the text to form the adolescent morals and characters. The inculcation of moral values is expected to generate adolescents who are knowledgeable, honorable, noble­minded and able to contribute to the religion, race and country. The analysis has found that this text touches moral values such as kindness, compassion, courage, cooperation, gratitude to God and rationalness. All events traversed by humans display various treatment and human relationships from positive and negative aspects to become a reflection of comparison and role models. This element provides the experience and knowledge in the adolescent life. Key Words: novel, moral values, adolescents, moral approach, human life
EKSOTISME, BAHASA, IDENTITAS, DAN RESISTENSI DALAM NOVEL INDONESIA KARYA SUPARTO BRATA: PEMBACAAN PASCAKOLONIAL Suwondo, Tirto
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.56.147-162

Abstract

Penelitian ini secara khusus membahas novel­novel Indonesia karya Suparto Brata. Masalah yang dibahas meliputi eksotisme, bahasa, indentitas, dan resistensi terhadap kekuasaan kolonial ditinjau dari perspektif pascakolonial. Dari pembahasan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam novel­novel karya Suparto Brata tampak jelas bahwa kekuasaan kolonial (Belanda dan Jepang) masih memandang pribumi sebagai masyarakat yang eksotis, yang bodoh, yang perlu dibina agar menjadi pandai. Sementara itu, bahasa kolonial (Belanda dan Jepang) masih dipandang sebagai bahasa yang tinggi derajatnya sehingga jika pribumi hendak memperoleh derajat (identitas) yang setara harus mampu berbahasa Belanda dan Jepang. Berkenaan dengan hal itu, berkat kepandaian yang ditanamkan oleh pemerintah kolonial, yang antara lain melalui penguasaan bahasa dan pengetahuan atau budaya Barat, masyarakat pribumi justru memanfaatkan hal itu sebagai upaya untuk melakukan resistensi terhadap kekuasaan dalam rangka mencapai kemerdekaan (kebebasan) penuh. Abstract: The research is particularly a discussion on the Indonesian novels written by Suparto Brata. The problem under discussion involves the issues of exoticism, language, identity, and resistance against the colonial powers in the perspective of post­colonialism. From the analysis, Suparto Brata?s novels obviously delineate that the colonial powers (Dutch and Japan) were so underestimating the natives as exotic, unintelligent folks, that such people was necessary to be taught for them to be more educated. Also, the colonial languages (Dutch and Japanese) were so highly perceived that the natives were to be enforced to speak those languages if they wanted their social status (identity) to be regarded equal. Accordingly, owing to such intelligences endowed from the colonial rulers, among others are the language skill and the knowledge on Western cultures, the native people then took the benefits by way of making resistance against the colonial powers under the agenda of full independence (freedom). Key Words: Suparto Brata, exoticism, language, identity, resistance.
ILUMINASI DAN ILUSTRASI NASKAH JAWA DI PERPUSTAKAAN SANA PUSTAKA KARATON SURAKARTA (SEBUAH KAJIAN KODIKOLOGIS) Widodo, Sisyono Eko; Supardjo, Supardjo; Winarni, Endang Tri
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.61.209-220

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi iluminasi dan ilustrasi di dalam naskah Jawa di Perpustakaan Sana Pustaka Karaton Surakarta dan mendeskripsikan bentuk­bentuknya. Data dikumpulkan dengan teknik analisis isi, fotografi, dan wawancara. Dari 700 naskah, terdapat 48 judul naskah yang mengandung iluminasi maupun ilustrasi dalam berbagai bentuk motif. Ada 15 naskah beriluminasi, 22 naskah berilustrasi, dan 11 naskah yang mengandung iluminasi dan ilustrasi. Berdasarkan fungsinya, iluminasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: iluminasi sebagai bingkai teks, iluminasi sebagai pembatas teks, dan iluminasi sebagai hiasan teks. Bentuk ilustrasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa macam, yaitu duwung, kuluk, senjata, wayang, bendera, song­song, konstruksi kerangka rumah, dan kampuh. Adapun bentuk gabungan antara iluminasi dan ilustrasi berupa bentuk wayang, mahkota, senjata, dedaunan dan bunga­bungaan, bangunan rumah, serta mobil. Abstract: This research aims to identify illumination and illustration contained in the Javanese manuscripts in the Sana Pustaka Karaton Surakarta library and describe the form of them. The data collected through content analysis, photography, and interview. Among 700 manuscripts, there are 48 titles containing illumination and illustration in many forms and motifs. There are 15 manuscript illuminated, 22 manuscript illustrated, and 11 manuscript are the combination of illumination and illustration. According to the function, there are 3 classification of illuminations: 1) illumination as a text frame. 2) illumination as a text barrier, and 3) illumination as a text ornament. The form of Illustration can be classified into several types, namely duwung, kuluk, weapon, puppet, flag, song­song, construction of house structure, and kampuh. The combination form of illumination and illustration has the shape of puppet, thrown, weapon, foliage and flower, car, and house construction. Key Words: Javanese manuscript, illumination, illustration
UNSUR DIDAKTIS DALAM SYAIR LAGU RAKYAT PAPUA Lestari, Ummu Fatimah Lia
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.64.247-259

Abstract

Penelitian ini mengkaji unsur didaktis dalam lagu rakyat (daerah) di Papua. Tujuan pe­ nelitian ini adalah mendeskripsikan unsur didaktis yang terdapat dalam syair lagu rakyat Papua. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh dari metode pustaka. Cara analisis dimulai dengan memeriksa kembali data­data dan kemudian memilah­milahnya berdasarkan jenis dan tipenya. Dalam pemilahan ini, ada delapan belas lagu rakyat Papua yang dianalisis. Unsur-unsur didaktis yang terdapat di dalamnya adalah a) unsur intelektual, dalam hal ini adalah sikap tekun atau bersungguh­sungguh dalam menuntut ilmu dan sikap gotong royong (kerja sama); b) unsur etika dan agama, dalam hal ini adalah sikap menghormati orang tua dan sikap bersahabat; dan c) unsur filosofis, dalam hal ini adalah sikap cinta kepada kampung (tanah air). Abstract: This research analysis about didactic substance in Papua folksongs. We have known that the Papua folksongs are the part of Papua culture. This research uses the descriptive method. The data was collected by library research. The analyze process start from recheck the data, then to select it based on its varieties and types. This research have 18 titles of Papua folksongs was analyzed. The researcher found their didactic substances are: a) intellectually substance, such as the diligent attitude; b) ethic and religion substance, such as cooperate attitude; and c) philosophic substance, such as patriotic attitudes. Key Words: didactic substance, folksong, Papua
PERKEMBANGAN KORUPSI DALAM NOVEL INDONESIA Anwar, M. Shoim
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.55.133-146

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan perkembangan korupsi yang terepresentasikan dalam novel Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori sosiologi, kajian budaya, jaringan, dan pasca­kolonial. Sumber datanya adalah novel Korupsi (1954) karya Pramoedya Ananta Toer, Senja di Jakarta (1970) karya Mochtar Lubis, Ladang Perminus (1990) karya Ramadhan K.H., Orang-­Orang Proyek (2002) karya Ahmad Tohari, dan Memburu Koruptor (2009) karya Urip Sutomo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sesuai dengan latar waktu dalam novel, waktu penyelesaian, serta waktu diterbitkan, perkembangan korupsi dalam novel Indonesia dapat dirumuskan dengan periode tahun: 1945-1954, 1954-1957, 1966-1976/1982, 1991-1992/2001, 1998-2009. Korupsi dalam teks novel Indonesia berkembang semakin luas baik dari segi pelaku, penyebab, modus, maupun sifatnya. Abstract: This paper is aimed at describing the development of corruption in Indonesian novels. This paper uses theories of sociology, cultural studies, network, and postcolonial. The sources of data are Korupsi (1954) by Pramoedya Ananta Toer, Senja di Jakarta (1970) by Mochtar Lubis, Ladang Perminus (1990) by Ramadhan K.H., Orang­Orang Proyek (2002) by Ahmad Tohari, and Memburu Koruptor (2009) by Urip Sutomo. The result of the research shows that in accordance with the background of the time in the novels, completion time, and publication time, the development of corruption in Indonesian novels can be formulated by the way of periods of years: 1945-1954, 1954-1957, 1966-1976/1982, 1991-1992/2001, 1998-2009. Corruption in the texts of Indonesian novels has developed widely in terms of actors, causes, modes, and nature. Key Words: corruption, period, development, Indonesian novels
REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER DALAM CERITA DARI BLORA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN FEMINISME Hayati, Yenni
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.57.163-176

Abstract

Ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan tergambar dalam karya sastra, tidak saja yang dikarang oleh perempuan, tetapi juga karya sastra yang dikarang oleh pengarang laki­laki. Dalam Cerita dari Blora karya Pramoedya Ananta Toer, ketidakadilan gender itu sangat terlihat yang meliputi; marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Dalam Cerita dari Blora karya Pramoedya Ananta Toer, ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda tidak ditemukan. Hal ini disebabkan oleh belum banyaknya kaum perempuan yang berkiprah di dunia publik pada masa cerita ini dibuat, artinya belum banyak perempuan yang mempunyai pendidikan yang memadai sehingga layak dipekerjakan di luar rumah tangga. Oleh karena itu, tidak ada perempuan yang digambarkan memegang peran ganda, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja (wanita karier). Abstract: Gender inequality experienced by women is reflected in literary works, not only those written by women writer but also those written by men writer. In Pramoedya Ananta Toer?s Cerita Dari Blora, gender inequalities are very clearly seen; those are marginalization, subordination, stereotype, and cruelty. However, double­working load is not found in this novel. It means that only few women working in the public world when this story was made. Also, those who were educated women were still rare so that they just hold the role of housekeeper. Therefore, there is no woman holding double role both as a housewife and a career woman. Key Words: gender inequality, marginalization, subordination, stereotype, cruelty

Page 1 of 1 | Total Record : 9