cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 68 Documents
Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling L, Roessiana D; ., Setiyadi; BH, Sandy
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 6, No 2 (2014): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sedimentasi adalah proses pengendapan padatan yang terkandung dalam cairan oleh gaya gravitasi. Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan agar menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan bentuk partikel mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe bak sedimentasi. Semua factor ini mempengaruhi kecepatan mengendap partikel pada sedimentasi, karena itu membutuhkan kecepatan turunnya partikel untuk mendesain bak sedimentasi yang efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan bentuk bentuk persamaan empiric yang merupakan faktor koreksi sebagai fungsi konsentrasi slurry mula-mula serta diameter partikel. Persamaan faktor koreksi dibuat berdasarkan data hasil perhitungan dari persamaan Stokes-Newton, Farag, Fergusson-Church serta persamaan Gibbs-Mathew-Link ternadap data percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah mula-mula gaplek dihancurkan kemudian dicampur air lalu dimasukkan ke dalam tabung kaca setinggi 100 cm. Tinggi lapisan padatan yang turun ke bawah dicatat tingginya tiap 3 menit, pencatatan dihentikan setelah beda tinggi lapisan padatan yang diukur tiap 3 menit sudah mulai menurun. Percobaan dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi tepung tapioka dalam umpan dari 0,5% sampai 5%, serta diameter partikel antara 0,057 mm sampai 0,1245 mm. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan F yang paling cocok adalah bila dikalikan dengan Farag Law dengan persamaan F = 480.941. X 1(0,0751) .X 2(1,7777). . Jadi persamaan kecepatan sedimentasi yang paling baik adalah : gd p 2  s   f  f 2 V = . F 18  f b   Kata Kunci : Sedimentasi, kecepatan sedimentasi, faktor koreksi
High Rate Water Treatment Plant System: Successful Implementation ajit, Moh
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 2, No 1 (2010): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The High Rate Water Treatment Plant (HR-WTP) system, which is inexpensive, effective and efficient, hasbeen developed to reduce the common operational problems, and also as an alternative for thedevelopment of water treatment plant systems capacity in Indonesia. HR-WTP-system is superior to thoseof conventional WTP-systems in respect to its capacity, performance, as well as operational liability ofthe system.Mathematical model of the HR-WTP system had been developed and simulation using the mathematicalmodel as well as field observation had been clarified.Implementation of HR-WTP-system in up-rating of the Dekeng-WTP system at PDAM Kota Bogor provedsuccessful in increasing the plant capacity from its original of 500 Lps to more than 1200 Lps. Anothersuccessful application of HR-WTP-system was experienced in the upgrading and up-rating of thePedindang-WTP system at PDAM Kota Pangkalpinang where the plant capacity can be increased fromits original of 50 Lps to 300 Lps. The performance of the WTP-system was also significantly improvedfrom poor performance to very good performance.Keywords: conventional system, filtration rate, high rate system, surface loading
Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air ., Harjito
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 5, No 2 (2013): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air dilakukan dengan memanfaatkan airtanah. Airtanah lebih banyak dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan domestik maupun industri karena kualitas airtanah pada umumnya lebih baik dibandingkan dengan air permukaan. Potensi airtanah untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan industri pada umumnya sulit dihitung secara tepat karena airtanah tidak tampak dan keberadaannya sangat bergantung pada kondisi geologi. Salah satu metode pendugaan yang sering digunakan adalah metode geolistrik VES (Vertical Electrical Sounding). Metode tersebut umum digunakan karena hasilnya lebih akurat, biaya operasional yang murah, dan akuisi data yang cepat. Metode VES digunakan untuk menduga lapisan-lapisan material di bawah permukaan bumi berdasarkan sifat resistivitasnya. Nilai resistivitas (ρ) dihitung berdasarkan data arus listrik (I) dan beda potensial (V) yang diperoleh di lapangan. Data arus listrik dan beda potensial diperoleh dari injeksi arus listrik ke bawah permukaan bumi melalui pasangan elektroda arus (C1,C2) dan elektroda potensial (P1,P2). Berdasarkan hasil pendugaan menggunakan metode VES, potensi airtanah di Kota Surakarta mempunyai volume airtanah yang tersedia besar karena akuifer terdistribusi secara luas dan seragam.Debit airtanah berdasarkan perhitungan dengan data yang tersedia dan asumsi-asumsi yang digunakan, maka debit airtanah di sebagian kota Surakarta adalah 1.208 m 3 /hari. Kata kunci : Vertical Electrical Sounding, sumberdaya air, akuifer
REVOLUSI INDUSTRI, LEDAKAN PENDUDUK DAN MASALAH LINGKUNGAN Baiquni, M
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 1, No 1 (2009): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Our civilization has dractically changed since new scientific revolution led to technological inventions andaccelletared by industrial revolution. Human dominated to the nature. During industrial revolution thenumber of population has increased sharply and their lifestyle and consumption level has achieved certainlevel beyond that in the past. By the time natural resources is being exploited and environmental pollutionand degradation is becoming worse. Ironically human welfare is not distributed equally, social gaps arewide and conflicts often happen, which are related to moral degradation. The end of this paper is areflection on the human mandate to lead the world, Khalifah fil Ardh.Keywords: Industrial revolution, population changes and environmental degradation.
Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara Adhiatma, Syafrinaldi; Susanto, Trisno Budi; Nurmiyanto, Awaluddin; Hudori, Hudori
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 6, No 1 (2014): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air limbah yang dihasilkan oleh PT Baradinamika Mudasukses (BDMS) merupakan lumpur yang bersifat koloid dan susah mengendap. Pemanfaatan lumpur kembali dalam proses reklamasi bekas lahan tambang batubara sebagai alternatif untuk mengangani permasalahan lumpur tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penambahan lumpur dan asam humat pada lahan bekas tambang batubara dengan tanaman reklamasi. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variasi media T1S1 (100% tanah; 0% lumpur), T2S2 (50% tanah; 50% lumpur), dan T3S3 (75% tanah; 25% lumpur) dengan variasi dosis asam humat H1 (0ml), H2 (7,5ml), dan H3 (15ml) dengan menggunakan tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria) dan Akasia (Acacia mangium). Hasil dari penelitian ini menunjukan pada perlakuan T1S1 dan T2S2 dengan dosis 7,5ml (H2) pada kadar hara N-Total dan P-Tersedia sedangkan pada kadar hara K dan Ca pada perlakuan T2S2 dengan dosis 15ml (H3). Hasil pertumbuhan tinggi pada pada perlakuan T3S3 dengan dosis 7,5ml (H2) sebesar 16,1% dengan hasil nilai uji statistik sebesar 4,0b pada tanaman sengon dan pada tanaman akasia mengalami peningkatan tinggi sebesar 18% dan nilai hasil uji statistik sebesar 3,75b. Hasil pertumbuhan daun pada tanaman sengon memiliki nilai sebesar 2,75a dan pada tanaman akasia sebesar 3,0a. Kata kunci : Air Limbah, Lumpur, Asam Humat, Reklamasi
Uji Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Mempercepat Laju Disinfeksi Bakteri Escheria Coli pada Proses Solar Water Disinfection Saprian, Saprian; Juliany, Any; Nurmiyanto, Awaluddin
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 6, No 1 (2014): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Solar Water Disinfection (SODIS) memerlukan waktu rata-rata berkisar antara 5-6 jam untuk dapat membunuh bakteri 3-4 Log pada air berkapasitas maksimal 2 liter atau 1 jam dengan suhu di atas 50°C. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dengan mengkombinasikan SODIS dengan psoralens, zat aktif seperti yang terdapat pada jeruk Lemon (Citrus Limon) dapat menginaktivasi bakteri hingga 5,6 Log reduksi dalam rentang waktu 30 menit pada suhu 29°C. Mengingat faktor ketersediaan dan harga jeruk lemon di Indonesia maka pada penelitian ini dilakukan pengamatan dengan menggunakan jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi jeruk nipis untuk dipergunakan dalam mempercepat laju disinfeksi pada proses SODIS. Adapun faktor-faktor yang akan dipelajari terkait dengan hubungan antara variasi dosis jeruk nipis, perubahan pH dan suhu air terhadap efisiensi inaktivasi bakteri yang mampu dihasilkan. Variasi jeruk nipis yang digunakan adalah 0%, 2%, 4% dan 6% dengan variasi waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan SODIS dengan menggunakan jeruk nipis mampu menginaktivasi E. coli sebesar 5.4 Log dengan waktu 1 jam pada suhu 32°C. Hal ini menunjukkan bahwa Jeruk nipis berpotensi untuk digunakan dalam mempercepat laju disinfeksi E. coli pada air minum. Kata Kunci : SODIS, E.coli, Psoralens, Jeruk Nipis
Pengembangan Kawasan Pinggiran Kota dan Permasalahan Lingkungan di Kampung Seni Nitiprayan, Bantul Brontowiyono, Widodo; Lupiyanto, Ribut
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 3, No 1 (2011): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan wilayah secara umum masih kurang menyentuh dan memperhatikan karakteristik khasdaerah rurban (rural-urban). Daerah ini umumnya berada pada pinggiran perkotaan, yang terpengaruholeh karakter kota (baik fisik maupun non fisik) dan di sisi lain juga masih memiliki karakter desa. Tanpaperhatian yang khusus dalam pengembangannya, wilayah ini akan semakin menerima implikasiproblematika kota yang kompleks dan semakin pudar potensi asalnya. Kampung Nitiprayan adalah salahsatu pinggiran kota yang mengkhawatirkan perkembangan lingkungan dan pembangunannya. Kawasanini secara fisiografis terletak pada pinggiran Kota Yogyakarta dan secara administratif masuk dalamDesa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY. Tulisan ini bertujuan merancang arahandan strategi pengembangan Kampung Nitiprayan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan danoptimalisasi potensi unggulan wilayah. Analisis dilakukan dengan metode SWOT berdasarkan datasekunder dan survei lapangan. Nitiprayan sebagai wilayah pinggiran kota memiliki potensi unggulandalam bidang seni budaya. Nitiprayan diarahkan secara umum sebagai kampung wisata terpadu danberkelanjutan. Basis pengembangan adalah seni budaya lokal dengan berorientasi pada peningkatankesejahteraan masyarakat, mempertahankan karakter asli, ramah terhadap kelestarian lingkunganhidup, dan penguatan partisipasi masyarakat.Kata kunci: pinggiran kota, pengembangan, lingkungan, Nitiprayan
Penilaian Cepat Perubahan Lingkungan Pasca Kejadian Bencana dengan Wahana Udara Tanpa Awak Rokhmana, Catur Aries
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 6, No 2 (2014): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kombinasi kondisi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan, infrastruktur yang terbatas, kekayaan sumber daya alam, dan kerawanan bencana merupakan tantangan bagi kegiatan penilaian lingkungan. Saat ini, penilaian kawasan dengan teknologi penginderaan jauh (inderaja) masih menjadi pilihan yang efisien. Sehingga perlu dibangun sistem inderaja yang mandiri dengan karakteristik yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Riset ini bertujuan untuk menguji sistem inderaja dengan wahana udara tanpa awak (WUTA) untuk penilaian secara cepat perubahan lingkungan pasca kejadian bencana. Fokus penilaian secara cepat dimaksudkan untuk aplikasi respon terhadap kejadian bencana (tahap tanggap darurat), dan melihat perubahan aset obyek buatan manusia.. Citra yang dihasilkan juga harus memiliki resolusi spasial yang tajam (< 25cm) agar mudah menilai obyek buatan manusia. Riset ini telah dicobakan dalam melihat perubahan lingkungan pasca kejadian bencana erupsi Gunung Merapi, dan Bencana Gempa Bumi di Aceh Tengah. Pengalaman dari kedua kasus tersebut menunjukkan bahwa sistem inderaja memanfaatkan WUTA memiliki karakteristik biaya operasional rendah, mudah dijalankan oleh operator lokal, kecepatan perolehan hasil, akurasi yang memadai, dan efektif untuk luasan lebih kecil 5000Ha. . Kata Kunci : penginderaan jauh, wahana udara tanpa awak, penilaian kawasan
Faktor Lingkungan Fisik yang Paling Berpengaruh Terhadap Potensi Pencemaran Benzena pada Airtanah di Sekitar SPBU 44.552.10 Yogyakarta Muryani, Eni
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 2, No 1 (2010): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

SPBU 44.552.10 Yogyakarta letaknya berbatasan langsung dengan pemukiman, tahun 1999 pernah bocordan mencemari sumur warga. Faktor-faktor lingkungan fisik yang dijadikan parameter dalam penentuanpotensi pencemaran benzena terhadap airtanah pada penelitian ini yakni: kedalaman muka airtanah daridasar tangki, daya serap di atas muka airtanah, permeabilitas akifer, kemiringan muka airtanah, danjarak horisontal dari sumber pencemar. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan fisikyang paling berpengaruh terhadap potensi pencemaran benzena pada airtanah di lingkungan sekitarSPBU tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman muka airtanah dari dasar tangki adalahfaktor yang paling berpengaruh terhadap kelas potensi pencemaran benzena di 80 titik sampling sumursekitar SPBU 44.552.10., dengan koefisien korelasi sebesar 0,967. Hal ini mengindikasikan adanyahubungan yang sangat kuat antara potensi pencemaran benzena dan kedalaman muka airtanah.Kata kunci: air tanah, potensi pencemaran benzena, SPBU
Kajian Daya Dukung Air di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau Santoso, Dian Hudawan
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 7, No 1 (2015): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daya dukung air merupakan kemampuan sumberdaya air untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan meninjau besarnya ketersediaan air. Daya dukung air dihitung berdasarkan perhitungan kebutuhan air dan ketersediaan air. Kedua variabel tersebut dibandingkan sehingga dapat diketahui air yang tersedia dapat mencukupi untuk berbagai kebutuhan. Kajian daya dukung air Pulau Bintan dilakukan guna mengetahui potensi kebutuhan dan ketersediaan air sehingga dengan mengetahui hal tersebut kemudian dapat digunakan untuk analisis dan evaluasi terhadap perencanaan wilayah dan tata ruang Pulau Bintan. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa kebutuhan air Pulau Bintan secara keseluruhan mencapai 67.726.595 m3/th di mana kebutuhan terbesar dari sektor perikanan. Sedangkan ketersediaan air Pulau Bintan mencapai 2.431.819.623 m3/th dan setelah dibandingkan dengan luas pulau diperoleh ketersediaan air sebesar 11.704,55 m3/th/km2. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan airnya, maka Pulau Bintan mengalami surplus sumberdaya air karena besarnya ketersediaan jauh lebih banyak daripada kebutuhan. Kata Kunci : sumberdaya air, daya dukung, ketersediaan air, kebutuhan air