cover
Contact Name
Moh. Nur Ichwan, M.A., Ph.D.
Contact Email
-
Phone
+62274515856
Journal Mail Official
jurnal.dakwah@uin-suka.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah
ISSN : 14115905     EISSN : 26141418     DOI : https://doi.org/10.14421/jd
Jurnal Dakwah memuat berbagai artikel yang mendiskusikan tentang dakwah, baik secara normatif maupun historis. Diterbitkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, dua nomor setiap tahun. Redaksi menerima tulisan tentang berbagai persoalan yang terkait dengan dakwah dalam berbagai aspeknya. Isi tulisan yang dimuat tidak harus sejalan atau pun mencerminkan pandangan redaksi.
Articles 194 Documents
KODE ETIK JURNALISTIK DAN KEBEBASAN PERS DALAM PERSPEKTIF ISLAM Pasrah, Heri Romli
Jurnal Dakwah Vol 9, No 2 (2008)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4158.046 KB)

Abstract

Sejak reformasi bergulir pada Mei 1998, kebebasan pers kembali menggeliat. Setiap media dengan bebasnya menyampaikan berbagai tayangan dan kritik social, termasuk kritik terhadap pemerintah, masyarakat, dan media massa sekali pun. Pers dengan leluasa mengungkapkan berbagai fakta tanpa dihantui rasa takut akan ancaman penguasa ataupun ancaman pencabutan SIUPP Para pemburu fakta (wartawan) pun dengan rasa aman mereka bebas melakukan aktifitas sebagai penyaji fakta bukan sebagai alat penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya.Namun belakangan ini, kebebasan pers sering disalahgunakan. Banyak kalangan media dengan berani menyajikan berita anarkis, fitnah, bohong, ataupun gambar-gambar berbau pornografi maupun pornoaksi, misalnya gambar salah satu artis yang menjadi cover bagian depan majalah yang memperlihatkan bagian-bagian vital dari kaum wanita atau laki-laki atau cerita-cerita yang mengundang gairah seksualitas.Media juga sering dijadikan sebagai alat provokasi dari satu golongan kepada golongan lain. Bahkan ada beberapa media pers yang sengaja menayangkan tayangan kriminalitas dengan lebih mengedepankan aksi kekerasannya daripada solusi yang diberikan, sehinga menambah deretan panjang dampak negatif dari kebebasan pers. Ironisnya, semua itu dilakukan hanya sekedar untuk menarik minat pembaca demi kepentingan komersial semata, tanpa dibarengi dengan nilai-nilai pendidikan, terutama pendidikan agama, di dalamnya.
RESPON DA’I TERHADAP GERAKAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI TENJOWARINGIN TASIKMALAYA Uwes Fatoni
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2618.921 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15103

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan tentang respon da’i (pelaku dakwah) di Tenjowaringin Salawu Tasikmalaya dalam menghadapi gerakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Penelitian dengan metode etnografi ini menggambarkan respon dan strategi da’i dalam menghadapi gerakan JAI di Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin (desa pemekaran Tenjowaringin). Para da’i merespon gerakan JAI tersebut dengan dua kegiatan dakwah yaitu dakwah defensif atau bertahan dan dakwah ofensif atau aktif. Dalam melaksanakan dakwah secara aktif para da’i melakukan empat strategi dakwah: 1) dakwah bil-hikmah atau memberi contoh berupa kata-kata maupun perbuatan yang bernilai islami, 2) dakwah bil Mauidhatil Hasanah atau dakwah dengan pemberian nasehat dan sosialisasi, 3) dakwah bil Mujadalah atau dakwah melalui dialog dan perdebatan, dan 4) dakwah bil-hal atau dakwah melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
PROBLEMATIKA KEPENTINGAN DALAM PERUMUSAN TUJUAN ORGANISASI DAKWAH Musthofa Musthofa
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 10, No 1 (2009)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7311.239 KB)

Abstract

Organisasi dakwah merupakan unit sosial yang berusaha mencapai tujuan dakwah, karena hakekat organisasi ini tidak lain adalah mengejar atau mencapai tujuan dakwah. Tujuan organisasi harus dapat menggambarkan keadaan masa akan datang yang senantiasa dikejar dan diupayakan untuk diwujudkan oleh organisasi. Sebuah organisasi dakwah (sebagai organisasi sosial non-profit) apabila sudah terbentuk, dalam proses perjalanannya akan muncul kebutuhan-kebutuhan yang merupakan tujuan dari masing-masing komponen dari organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, proses penyesuaian sasaran-sasaran dalam tujuan organisasi tidak boleh mengabaikan kepentingan-kepentingan anggota aktivis organisiasi yang demikian dan rencana-rencana yang disusun perlu mencakup serta mengintegrasikan kepentingan masing-masing.
PEMBERDAYAAN DAI LOKAL DARI DAKWAH KONVENSIONAL MENUJU DAKWAH PROFESIONAL DI KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT Kamal, Muhiddinur
Jurnal Dakwah Vol 16, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.7 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16204

Abstract

Program Da’i Nagari merupakan program pemberdayaan elemen masyarakat di kabupaten Pasaman khususnya di bidang keagamaan dengan mengangkat Da’i yang berasal dari SDM lokal nagari (desa) untuk membangun nagari. Program yang dimulai sejak tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pasaman bernomor: 188.45/321/BUP-Pas/2003 hingga saat ini program Da’i Nagari masih tetap berjalan (Arsip Kesra Kabupaten Pasaman).Program Da’i Nagari yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, terinspirasi dari keberadaan ulama di Minangkabau pada masa lalu yang memiliki andil besar dan memberikan kontribusi yang luar biasa dalam membangun masyarakat Minangkabau.Keberadaan Ulama “tempo doeloe” bukan sekedar sebatas pendakwah, namun lebih dari itu sebagai motor penggerak pembangunan masyarakat menuju masyarakat yang egaliter, demokratis dan mandiri di Minangkabau. Peran ulama yang besar tersebut dalam masyarakat menjadikan keberadaan ulama pada masa lalu di Minangkabau setara dengan pemimpin pucuk atau yang dikenal dengan “Rajo Tigo Nan Tigo Selo” (Raja yang Tiga Sela) yaitu pertama, Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung sebagai pimpinan yang menyatukan adat dan dan Agama, kedua, raja adat yang berkedudukan di Buo sebagai pemegang kekuasaan tertingi dibidang adat dan ketiga, Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di bidang agama.Perjalanan panjang sejarah di Minangkabau khususnya berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan masyarakat tersebut, mulai dari penaklukan Minangkabau oleh Belanda dan melemahnya otoritas tradisional di Minangkabau, secara perlahan-lahan memberi pengaruh terhadap pelemahan peran dan kedudukan tokoh agama di masyarakat. Tokoh agama pada awalnya setara dengan pimpinan tertinggi di masyarakat melalui pola kepemimpinan Tungku T igo Sajarangan (ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai/ umara, ulama dan cendikia) yang intinya sebagai pimpinan yang memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat. Peran itu lambat laun mulai menyempit dengan pengertian dakwah yang sempit. Dakwah di maknai sebatas hubungan manusia dengan tuhannya (Hablum min Allah), dan sering mengabaikan bahkan melalaikan perannya sebagai transformasi sosial (Hablum min Annas).Keberadaan program pemberdayaan Da’i nagari di Kabupaten Pasaman, memperluas fungsi Da’i bukan saja sebagai pendakwah yang berkutat pada ceramah dan kajian agama semata (dakwah konvensional) tetapi lebih dari itu sebagai transformasi sosial dalam menanggapai dan menyelesaikan persoalan- sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial dan budaya umat (Dakwah profesional). Konsekuensi dari Da’i Nagari profesional ini pemerintah kabupaten Pasaman juga memberikan berbagai persyaratan dalam pengangkat Da’i Nagari tersebut berupa persyaratan pendidikan seperti sarjana, dan persyaratan kompetensi sosial, kompetensi personal dan kompetensi profesional lainnnya.
TRANSFORMASI PERAN DA'I DALAM MENJAWAB PELUANG DAN TANTANGAN (Studi terhadap Manajemen SDM) Aris Risdiana
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2918.187 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15210

Abstract

Seiring perkembangan zaman, Dakwah Islam mengalami persoalan yang kompleks terkait dengan masalah kehidupan. Pada dasarnya Agama Islam mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi Umat Islam itu sendiri. Hal itu tergantung dari para da’i sejauh mana wawasan dalam melihat realita yang ada. Sehingga perlu adanya muballigh yang mampu memiliki peta dakwah terhadap obyek dakwah terkait dengan problematika, budaya, dan karakter yang berbeda-beda. Sedemikian kompleks permasalahan yang dihadapi mad’u, maka perlu da’i yang mampu menjalani multi peran dalam masyarakat sesuai sosio-historis dalam implementasinya.Gambaran tentang pengembangan peran da’i akan penulis sampaikan sebagai referensi. Sehingga da’i mampu tampil prima sebagai pribadi-pribadi yang mencerahkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk memujudkan hal tersebut, para da’i perlu memahami perannya sebagai komunikator, konselor, problem solver, manajer, dan entrepreneur. Dengan demikian proses Dakwah Islamiyah mampu menjadi proses perubahan sosial melalui komunikasi. Sehingga tercipta masyarakat yang kuat dalam aspek aqidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah.
REPRESENTASI IDEOLOGI DALAM IKLAN CETAK: Telaah atas IkIan "Rabbani" Edisi Ramadhan 2006 Pertiwi Pertiwi
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 9, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1690.303 KB)

Abstract

Iklan Rabbani adalah iklan produk fashion yang berupa baju dan kerudung. Iklan-iklan produk tersebut secara common sense bersifat religius dengan mengangkat dan membentuk citra islami lewat busana yang dikenakan dan pesan-pesan islami yang disampaikan sebagai tema utama. lklan Rabbani hadir dengan pencitraan wanita dengan aurat tertutup dan  berkerudung. Mengutip perkataan Jalaluddin yang mengatakan bahwa, "Busana sudah terlihat sebelum suara terdengar.... Beberapa jenis busana selalu terkait dengan perilaku tertentu, pelaku persepsi secara otomatis menghubungkan pakaian dengan tindakan."
KOPERASI DAN BMT: SEBUAH FENOMENA SUMBER DANA UNTUK KEMASLAHATAN UMAT Mikhriani Mikhriani
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 12, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.53 KB)

Abstract

In studying the structure of economy we always talk about Globalization, Capitalism and Socialism. Capital economic System and social economic system have negative effect to the Indonesian economic specially in the social effects. To eliminate the negative effect of capitalism economic System and socialism Economic System, Koperasi and BMT are the best ways of mechanism economic that can eliminate the negative effects of capitalism Economic System and socialism economic Economic System . Similarly with the Islam Economic System, Koperasi and BMT are positive way to make the condusif economic system. We all agree these Koperasi and BMT to be thebest funding system for entrepreneurship of Indonesian People. The values of Koperasi and BMT System is similarly with the ethics of Islam Economy System. Ethics in Islam is chiefly based on the Qur’an and Sunnah as the primary sources of Islamic jurisprudence, added by Ijma’ qiyas and followed by other secondary sources.
Dakwah dalam Film Islam di Indonesia (Antara Idealisme Dakwah dan Komodifikasi Agama) Hakim Syah
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1487.315 KB) | DOI: 10.14421/jd.2013.14206

Abstract

Booming-nya film-film bertemakan Islam dewasa ini dalam industri perfilman nasional sesungguhnya bisa dilihat dari dua perspektif, yaitu pertama dari perspektif idealisme dakwah dan kedua dari perspektif komodifikasi agama. Dalam perspektif idealisme dakwah, film-film bertemakan Islam bisa dimaknai sebagai strategi dan politik dakwah yang dikemas melalui artefak budaya. Dakwah harus "berkompromi" dengan teknologi sehingga aktualisasi dakwah semakin bergerak dinamis menyesuaikan dinamika sosial dan budaya.Sementara dalam perspektif komodifikasi agama, film-film bertemakan Islam sesungguhnya merupakan komodifikasi atas agama oleh produksi massa dalam bentuk budaya populer. Dalam hal ini Islam mengalami komodifikasi ketika kepercayaan dan simbol-simbolnya berubah menjadi “komoditas yang bisa dibeli dan dijual demi keuntungan".Dalam konteks ini, komodifikasi agama melalui film-film bertemakan Islam cenderung melegitimasi budaya populer di kalangan umat Islam, utamanya kaum muda Islam. Agama pada gilirannya hanya dikonstruksi untuk memenuhi kepentingan industri (pasar) yang menganut prinsip supply dan demand.Melalui film-film bertemakan Islam, ada semacam upaya mencari visibilitas dan legitimasi di ruang publik nasional bagi agama. Dalam kasus ini, Islam ditampilkan dengan cara yang menarik, segar, dan hybrid dalam rangka membuatnya sebuah alternatif yang menarik bagi budaya kapitalis perkotaan. Di sinilah agama tidak lagi sakral, namun beralih menjadi barang komoditas yang diproduksi oleh pasar. Terlepas dari sejumlah kritik terhadap kehadiran film-film bertemakan Islam, yang pasti film-film bertemakan Islam setidaknya memenuhi "kehausan" dan kerinduan umat Islam terhadap produk budaya yang mewakili kepentingan umat Islam, utamanya dalam kerangka pengembangan dakwah berbasis teknologi modern. Film Islami dengan demikian sesungguhnya tidak sekadar mengusung idealisme dakwah, namun juga telah berkontribusi bagi pelanggengan budaya populer melalui komodifikasi agama.
PENYEBARLUASAN BUKU, PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN, DAN DAKWAH DALAM PROSES PERADABAN ISLAM KLASIK Nurul Hak
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 11, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.258 KB)

Abstract

Buku, dalam konteks sejarah dan peradaban Islam bukan hanya koleksi tulisan dan referensi bagi disiplin keilmuan tertentu, tetapi juga perkembangan kebudayaan kreatif dan dakwah global yang memiliki obyek dan sasaran sangat luas. Awalnya, penulisan buku adalah kreatifitas individu, namun setelah berkembang, ia menyebar-luas melalui berbagai jaringan dan media, pusat pendidikan dan keilmuan. Daulah Islam sejak masa berdirinya, seperti Daulah Bani Umayyah I di Shiria, Daulah Bani Umayyah II di Cordova, Andalusia, Spanyol, Daulah Abbasiyah di Baghdad dan Daulah Fatimiyah di Cairo, masing-masing memiliki kontribusi dan peranan yang cukup signifikan dalam penyebar-luasan buku sebagai media dakwah dan proses peradaban. Para khalifah dari masing-masing daulah tersebut, tidak hanya menjadikan distribusi buku dan ilmu pengetahuan sebagai politik pencitraan, tetapi memiliki jangkauan yang lebih jauh lagi, yaitu pencapaian kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Secara spesifik mereka memiliki misi dakwah tertentu berdasarkan ideologi kekhalifahannya dan  pandangan dunianya. Oleh karena itu, penyebar-luasan buku masa awal Islam memiliki kaitan yang kompleks, antara ilmu pengetahuan, komunitas pelbagai elemen masyarakat kreatif, kekuasaan, dan jaringan kebudayaan global tanpa  sekat-sekat keilmuan Timur-Barat.Dalam artikel ini akan dikaji kaitan keagamaan Islam, sebagai akar historis penulisan buku, dengan perkembangan penyebar-luasan buku oleh tiga daulah awal Islam yang memiliki peran sentral dalam membangun peradaban Islam melalui keilmuan dan peradaban buku. Ketiga daulah itu meliputi Daulah Bani Umayyah di Timur (Damaskus, Shiria) dan Barat (Andalusia, Spanyol), Daulah Abbasiyah (Baghdad, Iraq) dan Daulah Fatimiyah (Mesir, Afrika Utara). Kajian ini tidak akan dilakukan berdasarkan kronologis kesejarahan, tetapi lebih pada pembangunan jaringan keilmuan, hubungan-hubungan Timur-Barat tanpa sekat-sekat keagamaan dan politik, dan kebudayaan yang menghasilkan karya (buku) secara masisive dan peradaban tertinggi sepanjang sejarah Islam.
PENGALAMAN KOMUNIKASI PENYANDANG OLIGODAKTILI DI KAMPUNG ULUTAUE, BONE, SULAWESI SELATAN Sulaeman, Sulaeman; Putuhena, Muh. Ihwan F.
Jurnal Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.9 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16107

Abstract

Oligodaktili merupakan kelainan bentuk organ fisik pada jemari tangan dan atau jemari kaki sejak lahir. Penelitian ini berkaitan dengan bagaimana penyandang oligodaktili di Kampung Ulutaue Desa Mario Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, mengkonstruksi makna kelainan dialami dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang normal di lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berdasarkan pada perspektif konstruksi sosial dan interaksi simbolik dengan metode penelitian wawancara mendalam dan pengamatan partisipan untuk memperoleh data di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti mengenai komunikasi mereka dengan orang lain, peneliti telah mengembangkan tipologi konstruksi makna berhubungan dengan pengalaman komunikasi. Penyandang oligodaktili sebagai subjek dan dianggap memiliki kelainan fisik berbeda dengan orang lain, kutukan sebagai penyebab kelainan fisik, dan kelainan fisik sebagai anugerah dari Allah SWT. Subjek mendapatkan diskriminasi dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Orang normal memperlakukan mereka dengan menciptakan kesulitan dalam beraktivitas untuk bertahan hidup, kebebasan, dan marginalisasi dalam lingkungannya dari penderitaan dialami.

Page 1 of 20 | Total Record : 194