cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
ESOTERIK
ISSN : 24607576     EISSN : 225028847     DOI : -
Core Subject :
Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf is academic journal published by Prodi Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus collaborated with Konsorsium Tasawuf dan Psikoterapi Indonesia (Kotaterapi). Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf publish two times a year (each June and December). The focus of his study are Tasawuf, Sufism, Thariqah, Islamic Psychology, Islamic Psychotherapy, Spirituality, Mystical Experiences. Esoterik journal is open to lecturers, students and researchers who are interested in the above studies.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2016)" : 20 Documents clear
Prosesi Haji dan Maknanya istianah, istianah
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1900

Abstract

Hakikat ibadah haji pada dasarnya adalah suatu tindak mujahadah (upaya jiwa yang sungguh-sungguh) untuk memeperoleh kesadaran musyahadah (penyaksian).  Yakni proses kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan.  Ibadah Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Tuhan yang Maha Mutlak. Oleh karena itu, niatkan haji hanya semata-mata karena Allah Swt. Pakailah pakain kejujuran dan buang jauh-jauh sifat keangkuhan, kebanggaan dan semua atribut (label) yang biasa melekat pada diri. Manusia harus menjadikannya titik orientasinya hanya kepada Allah (QS. Al-An’am:162- 163), sebagaimana yang digambarkan ketika sedang thawaf. Bahwa kita bagian dari seluruh jagad raya yang selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan. Sekaligus gambaran akan larut dan leburnya manusia dalam hadirat Ilahi (al-fana’fi Allah). Saat menyembelih kurban niatkan untuk menyembelih “nafsu kebinatangan” yang ada dalam diri. Sifat egoisme, dehumanisme, sifat kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat buruk lainnya. Keberhasilan ibadah haji bukan dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya. Akan tetapi lebih ditentukan oleh kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena musyahadah inilah yang akan membentuk visi kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial. Kesadaran yang demikian  akan membentuk manusia yang arif. Yakni  manusia yang mampu memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran dan keadilan di muka bumi sehingga mampu membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan membangunnya di atas batin yang tulus dan suci. Dengan demikian, keadilan kejujuran dan kemanusiaan sejati akan mudah tersemai di bumi. 
Tasawuf Modern Studi Pemikiran Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) Ulfah, Novi Maria
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1896

Abstract

Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pemikiran Haji Abdul Malik Karim Abdullah di bidang tasawuf. Tasawuf modern bagi Hamka adalah penerapan dari sifat: qanaah, ikhlas, siap fakir tetapi tetap semangat dalam bekerja. Selain itu, seorang sufi di abad modern juga dituntut untuk bekerja secara giat dengan diniati karena Allah SWT. Hamka memberi panduan dalam beretika atau bersikap bagi seorang sufi berdasarkan profesi masing masing. Terdapat etika  di bidang pemerintahan,bisnis dan ekonomi, serta bidang kedokteran. Hamka menulis Etika untuk  guru, murid, dokter, pengacara dan pengarang. Jika seorang muslim dengan beberapa profesi tersebut dapat mengaplikasikan nilai-nilai Islam maka, Ia bisa di sebut sebagai seorang sufi di abad modern.  Tasawuf tidak hanya di artikan zuhud yang menyepi, menjauhi dunia secara normal, tetapi harus aktif bekerja.
Islam dan Tasawuf di Indonesia: Kaderisasi Pemimpin Melalui Organisasi Matan Farhan, Farhan; Amaliyah, Efa Ida
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1892

Abstract

Tulisan ini menyatakan bahwa generasi muda (mahasiswa) tidak sepenuhnya terjerumus kedalam pengaruh kehidupan modern yang hedonistik dan materialistik. Organisasi tarekat ‘MATAN’ (Mahasiswa Ahli at-Tha>riqah al-Mu’t{abarah an-Nahd{iyyah) menjadi dasar dari antitesa tersebut. Bagaimana sebuah organisasi tarekat mampu mencetak generasi muslim yang ka>mil, berakhlakul karimah unggul, bertanggungjawab secara esoterik dan eksoterik serta memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) yang s}iddi>q, a>manah, tabli>gh dan fa>t}onah. ‘MATAN’ sebagai sub-divisi dari JATMAN (Jamiyyah Ahli at-Tha>riqah Al-Mu’thabarah An-Nahdliyyah) Indonesia ini bertujuan mencetak pemimpin Islam yang sufistik, intelektual dan nasionalis sebagai penopang eksistensi Negara, Agama dan Bangsa dimasa depan. MATAN diyakini sangat relevan mengembangkan tradisi yang balance, kompetitif, dan kredibel dalam menjaga keutuhan dan kerukunan komunitas keagamaan (religion communities) di Nusantara.
Khilafah Islamiyah Perspektif Ahmadiyah (Sebuah Gerakan Spiritual Keagamaan) Muhtador, Moh
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1959

Abstract

Ahmadiyah adalah organisasi keagamaan yang didirikan di India oleh Mirza Ghulam Ahmad. Sebagai sebuah organisasi, Ahmadiyah menjadi wadah dalam mepersatukan umat muslim, sehingga Ahmadiyah berkembang di beberapa negara besar di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Meski sebagai golongan minoritas di Indonesai, tetapi perkembanganya di negara Eropa sangat pesat. Ajaran toleransi dan kedamaian yang diajarkan oleh khalifah menjadi inspirasi gerakan spritual bagi pengikut Ahmadiyah. Jemat Ahmadi meyakini bahwa, seorang khalifah adalah pembimbing keagamaan yang bersifat rohani dan syariat, oleh sebab itu, dalam memberikan ajaran seorang khalifah selalu menekankan pada aspek kedamaian dan toleransi, seperti jargon  “love for all hatred for none”. Pada wilayah tersebut Ahmadi lebih mengartikan khilafah yang bersifat spritual keagamaan dibanding politik kenegaraan. Hal ini yang membedakan antara Ahmdiyah dengan kelompok Islam lainnya, seperti ISIS, Al-Qaeda dan HTI. Ahmadiyah menekankan konsep khilafahnya pada wilayah spritualitas tanpa dibatasi dengan territorial, kesatuan jiwa dan rasa tidak dapat memisahkan jemaat Ahmadi dengan khalifahnya. Meskipun jemaat Ahmadi berada diberbagai negara, namun kesetiannya terhadap khalifah didasari dengan rasa cinta.
Analisis Program Pendidikan Pesantren Daarut Tauhid Bandung Dengan Pendekatan Nilai Tasawuf Jamaluddin, Didi Nur; sobirin, sobirin
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1894

Abstract

Perkembangan modernisasi dan globalisasi telah memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan manusia ikut serta memberikan kemudahan akses informasi dan memberikan kemudahan untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Sisi lain perkembangan modernisasi dan globalisasi telah ikut andil memberikan dampak negatif dalam perkembangan psikis maupun sosial diantaranya  sikap materialisme, individualisme, kegelisahan dalam hidup, korupsi dan ketidak disiplinan. Kajian tasawuf dalam kehidupan modern menjadi sangat relevan dalam menghadapi persoalan hidup dan memahami hakikat hidup yang sesungguhnya. Pesantren Daarut Tauhid Bandung melalui program kajian Ma’rifatullah, Program SMS Tauhid dan Program Pendidikan Santri Siap Guna (SSG) telah menjadi sarana pendidikan masyarakat dalam  upaya menghidupkan jiwa untuk senantiasa dekat dengan Allah swt, memperbaiki kepribadian akhlak mulia, peningkatan optimisme dan produktivitas hidup. Oleh karena itu  pemaknaan tasawuf tidak lagi berorentasi pada makna kaum sufi melainkan pada pendekatan  nilai-nilai tasawuf yang penuh dengan makna hidup atau dikenal dengan pandangan tasawuf positif, tasawuf akhlaqi maupun tasawuf modern.
Aplikasi Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan Hasilnya sebagai Nilai Pendidikan Jiwa Salahudin, Marwan; Arkumi, Binti
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1619

Abstract

Tarekat yang diyakini oleh para sufi sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki seseorang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik, sehingga menjadi baik, dan akan terbuka pintu kebaikan dan kebenaran serta mudah menerima hikmah dari Allah swt.  Pendidikan jiwa ditanamkan melalui berbagai aktifitas, sebagaimana amaliyah yang dilakukan oleh Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah, seperti: bai’at, rabi>t}ah, z}ikir, manakiban dan suluk. Dengan berbagai bentuk amalan tersebut diharapkan dapat mencapai kebahagian hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Nilai pendidikan jiwa dapat berbentuk tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Dan terbukti bahwa amaliyah Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah menghasilkan ketenangan jiwa bagi pengikutnya, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan negative.
Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali Zaini, Ahmad
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1902

Abstract

Salah satu tokoh sufi dalam sejarah pemikiran Islam adalah Imam al-Ghazali.Beliau dikenal sebagai orang yang pada mulanya syakk (ragu-ragu) terhadap segala-galanya. Perasaan syakk ini kelihatannya timbul dalam dirinya dari pelajaran ilmu kalam atau teologi yang diperolehnya dari al-Juwaini. Setelah al-Ghazali, melalui pengembaraannya mencari kebenaran akhirnya memilih jalan tasawuf. Menurutnya, para sufilah pencari kebenaran yang paling hakiki. Lebih jauh lagi, menurutnya, jalan para sufi adalah paduan ilmu dengan amal, sementara sebagai buahnya adalah moralitas. Menurutnya, ada beberapa jenjang (maqamat) yang harus dilalui oleh seorang calon sufi, diantaranya: tobat, sabar, kefakiran, zuhud,  tawakal, dan  makrifat. Selanjutnya, ia membagi manusia ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut: pertama, kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali. Kedua, kaum pilihan (khawas; elect) yang akalnya tajam dan berfikir secara mendalam. Ketiga, kaum ahli debat (ahl al-jadl). Adapun tentang kebahagiaan, al-Ghazali berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para sufi, sebagai buah pengenalan terhadap Allah. Melalui pemikiran tasawufnya, al-Ghazali telah mengubah atau paling tidak telah berusaha merubah istilah-istilah yang sulit menjadi mudah bagi pemahaman orang awam. Melalui pendekatan sufistik, al-Ghazali berupaya mengembalikan Islam kepada sumber fundamental dan historis serta memberikan suatu tempat kehidupan emosional keagamaan (esoterik) dalam sistemnya.
Dimensi Sufistik dalam Tafsir al-Mishbah Salam, Nor; Syukri, Syukri
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1624

Abstract

Tudingan bahwa tasawuf, terutama setelah hadirnya karya monumental imam al-Ghazali, telah membuat dunia Islam mengalami kelesuan intelektual tampaknya memang tidak dapat ditolak dengan kembali menelaah konsep-konsep tasawuf yang seringkali menimbulkan kesan “permusuhan” terhadap kehidupan duniawi dengan segala hingar bingarnya (zuhud), begitu pun halnya ketika menelaah konsep tawakkal yang telah mencerabut kemampuan kreatif manusia menuju pada ketaklukan di bawah kuasa takdir. 
Khusyu dalam Perspektif Dosen dan Pegawai STAIN Kudus Kushidayati, Lina
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1912

Abstract

Artikel ini bermaksud membahas tentang persepsi Muslim tentang khusyu’ yang merupakan kondisi kejiwaan yang penting dalam ibadah terutama shalat. Penelitian dilakukan terhadap dosen dan pegawai di lingkungan STAIN Kudus. Data diperoleh dari wawancara mendalam dengan enam informan yang kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat variasi tentang makna khusyu’ semua narasumber bersepakat tentang arti pentingnya khusyu’ baik dalam shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu indicator-indikator yang disampaikan oleh informan sejalan dengan indicator yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali.
Mencari Makna Hidup dengan Jalan Sufi di Era Modern Saliyo, Saliyo
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1910

Abstract

Tujuan ditulisnya artikel  ini untuk mengetahui perilaku sufi di era modern berkaitan dengan makna hidup. Pertanyaannya apakah seseorang yang menempuh perilaku sufi mampu menemukan makna hidup. Masalahnya kehidupan di era modern banyak tantangan dan permasalahan  yang dihadapi setiap orang. Salah satu cara seseorang menemukan makna hidup dengan menggunakan keyakinan-keyakinan spiritual dan agama. Spiritual yang dimiliki seseorang akan menghasilkan ibadah, amal shaleh, dan akhlak yang mulia. Pandangan tersebut merupakan pandangan para pemilih jalan kehidupan sufi.

Page 1 of 2 | Total Record : 20