cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 115 Documents
PENERIMAAN REMAJA KELAS MENENGAH DI CIMAHI TERHADAP MUSIK BLACK METAL (SETANISME) Hari Anugrah Januari
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v1i2.1029

Abstract

Penelitian ini membahas tentang penerimaan remaja kelas menengah Cimahi terhadap genre musik black metal dengan mengeksplorasi bagaimana penerimaan remaja sebagai sasaran komoditas utama dalam memaknai genre musik black metal yang digolongkan sebagai aliran sesat. Selain itu, peneliti juga ingin melihat proses pengaruh makna yang terjadi dalam diri remaja kelas menengah terhadap genre musik black metal di Cimahi. Hasil penelitian ini adalah peneliti melihat penikmat dan musisi black metal metal dikalangan remaja kelas menengah menerima musik black metal hanyalah sebagai expresi bermusik dan tidak terpengaruh dengan kesesatan setanismenya.
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK “KAULINAN BARUDAK” UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SOSIAL ANAK Dwi Juniarti Lestari
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.902 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i1.852

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan model pembelajaran tematik “kaulinan barudak”  untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak di sanggar kesenian Siloka Citra. Penelitian ini berpijak pada keresahan yang dirasakan oleh pelatih terhadap kurangnya rasa bersosialisasi, berkomunikasi dan berinteraksi antar anak-anak di Sanggar kesenian Siloka Citra. Metode yang digunakan penelitian ini adalah action research yang terdiri dari empat siklus dan sembilan pertemuan. Pada penelitian ini digunakan, foto, video, hasil wawancara dan studi pustaka dalam mencari data yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa melalui pembelajaran “kaulinan barudak” ada aspek-aspek serta rangsangan-rangsangan yang dapat mempengaruhi dalam meningkatkan kecerdasan sosial anak. Dilihat dari permainan yang dimainkan melalui  aspek kinestetik selain anak dapat menggerakan tangan, anak bebas mengerakan anggota badannya sesuai dengan yang diinginkan. Aspek kognitif anak mengetahui permainan sesuai dengan kesukaannya. Aspek kebersamaan terlihat pada saat berkumpul membentuk beberapa lingkaran sesuai dengan keinginannya masing-masing. Aspek kreatif, anak dengan senang hati melakukan dan mengembangkan gerak yang akan digunakan dalam pembelajaran. Melalui bermain anak mendapatkan rangsangan untuk membangkitkan fikiran dan semangat, khususnya dalam memotivasi anak menari. Dengan begitu dari proses pembelajaran ini ditemukan sebagai tindakan awal pembelajaran diperkuat dengan cara bermain kaulinan barudak karena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial anak di sanggar kesenian Siloka Citra.
PENERAPAN PEMBELAJARAN TARI KREATIF DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DASAR ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK Alis Triena Permanasari
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.311 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i2.1024

Abstract

Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) merupakan sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik yang khusus, baik dari segi kognitif, sosial, emosi, bahasa, fisik, maupun motorik, dan sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat. Pembelajaran tari merupakan pengalaman estetis anak yang dapat menumbuhkan kreativitas dan membantu perkembangan jasmani dan rohani anak. Pembelajaran tari untuk anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan melalui salah satu unsur dalam tari itu sendiri, salah satunya adalah unsur waktu. Dalam unsur waktu terdapat elemen tempo, ritme, aksen, dan durasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dasar anak. Dalam pelaksanaannya, diharapkan anak dapat diberikan pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan yang sesuai dengan perkembangan anak. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaannya menjadi hal amat penting. Guru dapat menerapkan konsep melalui metode demontrasi dan praktek langsung dalam suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
INTERNALISASI KARAKTER INDIVIDU MELALUI PENDIDIKAN MUSIK MENUJU KERANGKA KONSEPTUAL SEBUAH KUALITAS PEMBELAJARAN Yulianti Fitriani; Dedy Satya Hadianda
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.916 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i2.1030

Abstract

Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana seorang individu pembelajar mampu mensinergikan nilai-nilai kehidupan yang membangun sebuah karakter. Karakter, bukanlah sekedar sesuatu yang membungkus diri melalui serangkaian kata-kata manis, namun juga sesuatu yang merepresentasikan perilaku, sikap, perkataan, pikiran, perbuatan dan perasaan ketika seseorang berada di lingkungan dimana Ia berada. Pokok persoalan dalam pembahasannya lebih menekankan pada isu mengapa pendidikan seni musik masih belum memperoleh ketertarikan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya membahas tentang bagaimana pendidikan sebagai salah satu jalan yang dapat memantulkan kedua karakter, baik guru maupun siswa, yang dengan sendirinya mampu menterjemahkan sebuah kepribadian, namun juga sejatinya memahami secara esensial bahwa seorang pembelajar mampu melawan krisis kepribadian yang diperoleh dari kemampuan menyeimbangkan pikiran, perasaan, keinginan/keyakinan dan perilaku/sikap. Pada kenyataannya, sebuah karakter akan terlihat kuat jika sikap seseorang kuat, begitu pula sebaliknya. Karakter yang nampak merupakan nilai yang mewujud sebagai perilaku. Oleh karena itu, melalui pendekatan deskriptif-korelatif, seorang pendidik seyogyanya mampu mengembangkan dan meyakinkan siswanya agar memiliki perilaku yang dapat menjadi kendaraan yang mengantarkan lahirnya potensi optimal siswa dan menjadikan pendidikan seni musik sebagai salah satu konsep yang dapat membingkai kualitas pembelajaran.
FUNGSI PERTUNJUKAN SENI REAK DI DESA CINUNUK KECAMATAN CILEUNYI Hendi Rohendi
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.348 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i1.853

Abstract

Penelitian ini mengungkap fungsi secara mendalam dari  pertunjukan seni reak di desa Cinunuk kecamatan Cileunyi. Latar belakang permasalahannya yaitu apa fungsi seni reak bagi masyarakat, apa yang dimaksud dengan fungsi ritual, fungsi hiburan , dan fungsi integritas masyarakat, apa nilai filosofis pertunjukan seni reak, bagaimana perkembangan seni reak bisa bertahan sampai saat ini. penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan metode ini penulis melakukan pencarian atau pengumpulan data dan fakta, melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian diperoleh data dan fakta bahwa seni reak masih berfungsi dimasyarakat sebagai ritual, hiburan, dan penyatu masyarakat (integritas masyarakat). Sehingga masyarakat desa cinunuk kecamatan cileunyi masih melakukan kegiatan kesenian tersebut.   dimainkan melalui  aspek kinestetik selain anak dapat menggerakan tangan, anak bebas mengerakan anggota badannya sesuai dengan yang diinginkan. Aspek kognitif anak mengetahui permainan sesuai dengan kesukaannya. Aspek kebersamaan terlihat pada saat berkumpul membentuk beberapa lingkaran sesuai dengan keinginannya masing-masing. Aspek kreatif, anak dengan senang hati melakukan dan mengembangkan gerak yang akan digunakan dalam pembelajaran. Melalui bermain anak mendapatkan rangsangan untuk membangkitkan fikiran dan semangat, khususnya dalam memotivasi anak menari. Dengan begitu dari proses pembelajaran ini ditemukan sebagai tindakan awal pembelajaran diperkuat dengan cara bermain kaulinan barudakkarena proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial anak di sanggar kesenian Siloka Citra. 
PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MUSIK BERBASIS KOMPOSISI Adhi Wisnu Suwandhono
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.046 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i2.1025

Abstract

Dalam proses pembelajaran musik di kelas, guru seringkali memandang proses penilaian secara naif dan sederhana, dan secara subjektif menggunakannya dalam bentuk penilaian hasil akhir pembelajaran semata. Artikel ini memaparkan sebuah alternatif penilaian dalam bentuk penilaian autentik yang dilakukan pada pokok bahasan pembelajaran musik berbasis komposisi. Sebagai sebuah konsep penilaian yang mencoba mencakup keseluruhan proses secara holistik, penilaian otentik dirasa cocok  digunakan dalam pembelajaran musik, dimana dimensi proses dan praksis menjadi karakter dan ciri utama dalam pembelajarannya. Beberapa poin utama yang akan dibahas dalam artikel ini mencakup konsep pembelajaran musik berbasis komposisi yang mengedepankan pengolahan bunyi,  penilaian yang umum digunakan guru dalam pembelajaran musik, serta bagaimana meramu konsep penilaian otentik yang efektif dan efisien dalam pembelajaran musik. Penggunaan penilaian otentik yang baik, valid dan sahih,  selain membantu guru memetakan keberhasilan pembelajaran, juga menjamin efektivitas dan ketercapaian tujuan pembelajaran secara lebih menyeluruh.
PENDIDIKAN SENI SEBAGAI PENUNJANG KREATIFITAS Suhaya Suhaya
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.359 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i1.837

Abstract

Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah Dasar, perkembangan mental dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk digunakan. Pada usia SD  anak masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi anak tidak hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari, kreativitas memiliki peranan yang sangat penting. Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat analisis yang tepat, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang dilakukan ini tetap menyenangkan bagi anak. 
INTERTEKSTUALITAS DALAM PENCIPTAAN TEATER “SANGKU MENCARI RIANG” Giri Mustika Roekmana
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.543 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i1.854

Abstract

“Sangku Mencari Riang” adalah cerita yang mempertemukan tokoh Sangkuriang dari Sunda dengan tokoh Oidipus dari Yunani Klasik. Cerita ini dibuat sebagai lanjutan dari cerita rakyat Sangkuriang dari Sunda dengan cerita tragedi dari Yunani karya Sophocles yaitu Oidipus Sang Raja. Melalui kajian intertekstualitas cerita ini menjadi tafsir baru, makna baru dalam sebuah cerita baru “Sangku Mencari Riang”.“Sangku Mencari Riang” ini bercerita tentang Sangku dan Oidipus bertemu di suatu tempat antah berantah, lalu keduanya menceritakan petualangan masing-masing yang tidak membahagiakan sebelumnya. Cerita mereka memang berbeda, kultur merekapun berbeda namun peristiwa hidup mereka memiliki kesamaan yaitu membunuh bapak dan mengawini ibu kandungnya sendiri yang dianggap sebagai sebuah takdir dan nasib yang digariskan oleh Dewata, padahal peristiwa itu terjadi atas ketidaksengajaan dan ketidaktahuan mereka. Setelah keduanya saling mengetahui bahwa keduanya memiliki kesamaan kisah dari cerita mereka sebelumnya, maka keduanya berniat untuk melakukan protes dan memberontak pada Dewata di Kahyangan.  Sangku dan Oidipus kini menjadi satu kesatuan yang satu, satu dalam dua, dua dalam satu, yakni “Sangku“ yang berarti “Sang Aku” yang akan menuntut perubahan nasib dan takdir mereka menjadi lebih baik, sebuah jalan yang dipilih dengan memberontak sang nasib dan takdir untuk mencapai kebenaran dalam meraih kebahagiaan. Merekapun melakukan perjalanan spiritual yang melelahkan untuk mencapai Kahyangan, setelah tiba di pintu gerbang kahyangan mereka di hadang oleh makhluk yang menyerupai Siluman (Sunda) dan Titan (Yunani), terjadilah perkelahian sengit sebagai simbol dari pertarungan diri Sangku dan Oidipus dengan hawa nafsunya sendiri, Sangku dan Oidipus kalah. Munculah Sang Hyang dan Zeus sebagai simbol dari penguasa alam yang menentukan takdir dan nasib manusia. Kedua Dewata itu lalu memberikan pesan bahwa takdir itu adalah sebuah kepastian yang sudah digariskan dan manusia tidak bisa menghindar darinya (kemutlakan), sementara nasib masih mungkin di ubah sepanjang manusia itu sanggup untuk mengubahnya, salah satu caranya dengan mengalahkan nafsu serakah yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Cerita ini akan dipagelarkan dengan pendekatan konsep teater rakyat dari Sunda yang memiliki dinamika struktur yang fleksible dan dinamis. Konsep ini akan dipadu dengan beberapa unsur yang ada di dalam konvensi teater Yunani Klasik, yang di dalamnya terdapat peran Kor dengan kata-kata puitis pada setiap dialognya, juga penggunaan media topeng yang memberikan kesan penajaman karakter, ritualistik dan pandangan estetik bagi penonton. Sehingga kedua konsep ini akan memberikan ruang perspektif baru dalam karya penciptaan seni teater. Maka hasil dari kolaborasi kedua konsep ini akan terlihat sebuah pertunjukan dengan kekuatan-kekuatan musikal, tematik yang esensial, estetika visual, dinamika oral, sehingga memunculkan daya tarik bagi penonton.
EKSISTENSI KESENIAN GAMBANG SEMARANG DALAM BUDAYA SEMARANGAN Dadang Dwi Septiyan
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.016 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i2.1027

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan musik Gambang Semarang di Kota Semarang dan untuk mendapatkan data tentang eksistensi dan perkembangan musik Gambang Semarang. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di kelompok "Pahat Etnik" yang ada di Balemong Resort Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data-data yang didapat dan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kelompok "Pahat Etnik", Gambang Semarang masih bertahan dan masih dapat disukai oleh masyarakat umum. Gambang Semarang terus bertahan dan tumbuh dalam perihal alat musik, komposisi, pemain dan fungsi dari Gambang Semarang itu sendiri.
PEMAHAMAN KONSEP KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DENGAN PETA KONSEP BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN SENI Fuja Siti Fujiawati
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.949 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v1i1.849

Abstract

Kurikulum dan Pembelajaran merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan profesional harus memiliki kompetensi  yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Penguasaan kompetensi pedagogik pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konsep kurikulum dan pembelajaran.  Setiap pendidik dan tenaga kependidikan selain menguasai kemampuan teknis yang relevan dengan tugasnya, harus memiliki pemahaman konseptual mengenai kurikulum dan pembelajaran termasuk kemampuan mengembangkan kurikulum di sekolah. Begitupun bagi mahasiswa pendidikan seni yang akan menjadi calon pendidik dimasa yang akan datang, harus memiliki kompetensi sebagai calon pendidik profesional  yang salah satunya mampu memahami konsep kurikulum dan pembelajaran. Salah satu upaya untuk memahami konsep kurikulum dan pembelajaran bagi mahasiswa pendidikan seni adalah dengan peta konsep.  Peta konsep dikembangkan sebagai strategi untuk dapat menjabarkan kedudukan kurikulum dan pembelajaran dalam sistem pendidikan, sehingga tergambarkan dengan jelas konsep kurikulum dan pembelajaran kaitannya dalam sistem pendidikan bagi mahasiswa pendidikan seni.

Page 1 of 12 | Total Record : 115