cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
COPING (Community of Publishing in Nursing)
Published by Universitas Udayana
ISSN : 23031298     EISSN : 27151980     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
COPING (Community of Publishing in Nursing) adalah E-Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E-Jurnal keperawatan ini akan menjadi salah satu wahana pengembangan Evidence Based Nursing dalam pengembangan dan update ilmu-ilmu keperawatan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien. Jurnal ini terbit tiga kali setahun dan menerima artikel atau publikasi penelitian-penelitian di bidang keperawatan dari berbagai kalangan yang belum pernah diterbitkan. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau Bahasa Inggris. Tim Redaksi akan melakukan analisis dan memilih naskah publikasi atau artikel yang akan diterbitkan setelah mendapat hasil evaluasi dari Tim Penyunting. Tim Redaksi berhak menolak, menerima atau meminta penulis melakukan revisi pada naskah yang dikirim
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017" : 8 Documents clear
PENGARUH ELEVASI KAKI TERHADAP KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI I Ketut Purnawan; I Made Sukarja; I Wayan Winarta
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.968 KB)

Abstract

Ketidakstabilan tekanan darah berupa hipotensi akibat spinal anestesi merupakan masalah yang serius, bila penangannya kurang baik bisa menyebabkan suatu komplikasi hipotensi berat sampai kematian. Teknik untuk menjaga kestabilan tekanan darah pada spinal anestesi salah satunya adalah melakukan elevasi kaki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh elevasi kaki terhadap kestabilan tekanan darah pada pasien dengan spinal anestesi. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan static group comparison. Penelitian dilakukan dengan consecutive sampling, jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 orang yaitu 15 orang untuk kelompok kontrol dan 15 orang untuk kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan selisih tekanan darah sebelum dan lima menit setelah spinal anestesi pada kelompok perlakuan didapatkan rata –rata TDS 9,6 mmHg dengan standar deviasi 12,3; rata-rata selisih TDD 4,9 mmHg dengan standar deviasi 7,0; rata selisih MAP 5,8 mmHg dengan standar deviasi 8,4. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil rata-rata selisih TDS 23,3 mmHg dengan standar deviasi 8,6; rata-rata selisih TDD 16,7 mmHg dengan standar deviasi 8,0; rata selisih MAP 19,6 mmHg dengan standar deviasi 7,7. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p sebesar 0,001 untuk TDS, untuk TDD 0,000 dan untuk MAP 0,000 sehingga ada pengaruh elevasi kaki terhadap kestabilan tekanan darah pada pasien dengan spinal anestesi di kamar operasi IBS RSUP Sanglah Denpasar. Berdasarkan penelitian ini maka tindakan elevasi kaki bermanfaat untuk menjaga kestabilan tekanan darah pada pasien spinal anestesi dan diharapkan dapat diaplikasi dalam area keperawatan perioperatif. Kata kunci: elevasi kaki, kestabilan tekanan darah, spinal anestesi ABSTRACT The unstable of blood pressure as hypotension that caused by spinal anesthetic was the serious problem, if the patients had no good treatment, they probably going to have worst hypotension complication even death. Foot elevation is one of many techniques to stabilize blood pressure on spinal anesthetic patients. The aim of this study is to explore the effect of foot elevation to the blood pressure of the patients with spinal anesthetic. The study design was pre-experimental with static group comparison. 30 samples was chosen by consecutive sampling, 15 samples as control group and 15 samples as experiment group. Result of this study showed the difference of blood pressure before and five minute after spinal anesthetic. In experiment group, Systolic Blood Pressure (SBP) mean difference is 9,6 mmHg with standard deviation 12,3; Diastolic Blood Pressure (DBP) mean difference is 4,9 mmHg with standard deviation 7.0 and Mean Arterial Pressure (MAP) mean difference is 5,8 mmHg with standard deviation 8,4. The statistical result show that the p value was 0,001 for SBP, 0,000 for DBP and 0,000 for MAP. The conclusion shows that there was the significant effect of foot elevation to the blood pressure for spinal anesthetic patients at operating theater Sanglah hospital . The study shows that foot elevation is use full for maintaining the blood pressure on spinal anesthetic patients, and it can be implemented at perioperative nursing care. Keywords : foot elevation, blood pressure, spinal anesthetic
HUBUNGAN PENGGUNAAN KOMUNIKASI SBAR DENGAN KUALITAS PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER Nyoman Sudresti; Komang Ayu Mustriwati; Made Oka Ari Kamayani
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.118 KB)

Abstract

Dalam penerapan pelayanan yang mengacu pada patient safety ada beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satu standar tersebut adalah penerapan timbang terima menggunakan komunikasi dengan metode Situation, Background, Assesement and Recommendation (SBAR). Melalui pendekatan bedside handover maka perawat dapat memastikan keselamatan pasien yang mencakup lingkungan pasien seperti posisi tempat tidur, alat-alat medis disamping pasien berfungsi dengan baik dan memastikan terapi medikasi yang diberikan sesuai program. Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data tentang pasien. Penelitian ini merupakan non-eksperimen, dengan rancangan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Ruang Ratna dari tanggal 15-31 Januari 2015 dengan teknik time sampling, diperoleh sampel sebanyak 8 responden (group handover). Data dikumpulkan dengan observasi. Hasil pelaksanaan metode komunikasi SBAR kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 4 responden (50%) dengan komponen situation tertinggi yaitu 39,53% dan komponen terendah yaitu background yaitu 10,47%. Hasil pengukuran terhadap kualitas pelaksanaan bedside handover kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu 4 responden (50%), dengan komponen tertinggi adalah assurance (jaminan) yaitu sebesar 21,24% dan terendah yaitu dimensi responsiveness (kesigapan/tanggap) sebesar 17,18%. Hasil analisa data diperoleh ada hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover dengan hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif dengan p value sebesar 0,032. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan agar mengadakan pelatihan dan simulasi/ roleplay pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover. Kata kunci: komunikasi sbar, bedside handover ABSTRACT Nurses implement measurable standards assessment using the Situation, Background, assessment and Recommendation (SBAR) during handover to ensure patient safety. Aspects of patient safety include patient's environment such as the position of the bed, medical devices in addition to the patient's functioning properly and make sure appropriate medication therapy is administered correctly. The implementation of bedside handover provides information about patient care This study is a non-experimental, correlational design with cross sectional approach. The study was conducted at Ratna ward Sanglah Hospital using purposive sampling technique. Eight respondents were recruited and then observed during the bedside handover process. The results of the implementation of the SBAR communication method showed sufficient criteria were the highest as many as four respondents (50%) with the highest situation component (39.53%) and the lowest component is the background that is 10.47%. The results of the measurement of the quality of the implementation of bedside handover sufficient criteria were the highest is 4 respondents (50%), with the highest component is the assurance (guarantee) that is equal to 21.24% and its low responsiveness dimension (alertness / response) of 17.18%. The results of the data analysis obtained there was significant relationship using SBAR communication method with the quality of bedside handover with strong relationships and toward positive correlation with p value of 0.032(p<0,05). Based on the above findings suggested that training and simulation using SBAR communication at bedside handover. Keywords: SBAR Communication, Bedside Handover
KOPING STRATEGI DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN DENGAN KANKER GINEKOLOGI YANG MENJALANI KEMOTERAPI Nining Pratami; Ni Ketut Guru Prapti; Indah Mei Rahajeng
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.953 KB)

Abstract

Kualitas hidup dan strategi koping sering dikaitkan dengan pasien dengan penyakit kronis. Pengukuran kualitas hidup dan strategi koping adalah penting, terutama pada pasien seperti pasien kanker ginekologi yang menjalani kemoterapi yang mendapatkan terapi dalam jangka panjang dan mendapatkan kemungkinan efek samping sistemik. Efek samping dari kemoterapi mempengaruhi kualitas hidup fisik, sosial, emosional dan fungsional pada pasien kanker ginekologi. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kualitas hidup. Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup diperlukan penggunaan strategi koping yang tepat sehingga pasien kanker dapat beradaptasi dengan situasi tersebut. Strategi koping, yang dapat digunakan oleh pasien kanker ginekologi, adalah koping fokus masalah dan koping fokus emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan strategi koping dan kualitas hidup pada pasien kanker ginekologis yang menjalani kemoterapi. Ini adalah penelitian non eksperimental (Descriptif Correlation). Penelitian dilakukan di Bangsal Cempaka Timur di Rumah Sakit Sanglah di Denpasar. Kuesioner tentang strategi koping dan kualitas hidup diberikan kepada 62 responden yang termasuk dalam kriteria inklusi. Hasil dari 62 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden strategi koping berada dalam kategori sangat baik dan kualitas hidup responden berada dalam kategori baik. Berdasarkan hasil analisis statistik oleh Spearman Rank dengan tingkat signifikansi 95%, p <0,05 diperoleh nilai p 0,000 (nilai p <0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara strategi koping dengan kualitas hidup pada pasien dengan kanker ginekologi yang menjalani kemoterapi. Kata kunci: kanker ginekologi, strategi mengatasi, kualitas hidup Abstract Quality of life and coping strategies are often associated to patients with chronic illnesses. Quality of life and coping strategy measurements are important, especially in patients such as gynecological cancer patients undergoing chemotherapy who get therapy in the long term and get probability of systemic side effects. Side effects of chemotherapy affects the quality of life of physical, social, emotional and functional in gynecologic cancer patients. This conditions lead to decrease in quality of life. An effort to improve the quality of life is needed the use of appropriate coping strategy so that cancer patients are able to adapt to the situation. Coping strategies, which can be used by gynecologic cancer patients, are problem focused coping and emotional focused coping. This research aimed to find out correlation of coping strategy and quality of life in patients with gynecological cancer undergoing chemotherapy. This is a non experimental research (Descriptif Correlation). The research carried out in Cempaka Timur Ward at Sanglah Hospital in Denpasar. Questionnaires about coping strategy and quality of life were given to 62 respondents included in inclusion criterias. The results of the 62 respondents indicate that the majority of respondents coping strategies are in very good category and respondents quality of life are in good category. Based on the results of a statistical analysis by Spearman Rank with 95% level of significancy, p < 0.05 obtained p-value of 0.000 (p-value <0,05). These results indicate that there is a significant correlation between coping strategy with quality of life in patients with gynecological cancer undergoing chemotherapy. Keywords: gynecological cancer, coping strategy, quality of life
PENERAPAN NORTON SCALE UNTUK MENCEGAH LUKA TEKAN Wahidin Wahidin; Mugihartadi Mugihartadi
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.864 KB)

Abstract

Integritas kulit pasien yang mengalami bedrest total di lingkungan perawatan seringkali terabaikan. Norton scale merupakan alat penilaian risiko ulkus luka tekan pertama yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memantau kejadian luka tekan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh penerapan Norton Scale untuk mencegah luka tekan di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo. Metode penelitian ini dilakukan dengan quasi eksperimen dengan desain the repeated-treatment design yang dilakukan dengan pendekatan times series yang dilakukan 6 kali pengukuran. Penelitian dilakukan terhadap 41 pasien dewasa yang mengalami bedrest di RSU PKU Muhamadiyah Purworejo pada bulan Juni 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Seleksi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien dewasa bed rest yang melakukan rawat inap lebih dari 3 hari di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini dilakukan pengambilan data dengan instrumen Norton Scale, dan lembar observasi kejadian luka tekan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik uji Wilcoxon dan Friedman Test. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan bermakna setelah dilakukan penerapan Norton Scale pada kejadian luka tekan hari pertama dan hari ke 6.Perawat hendaknya mampu mengaplikasikan penerapan Norton Scale dalam melakukan pencegahan luka tekan pada pasien bedrest di rumah sakit. Kata kunci: norton scale, luka tekan ABSTRACT Skin integrity of patients with total bedrest in a treatment environment is often overlooked. Norton scale is the first risk assessment tool for wound ulcers that can be used as a tool to monitor the incidence of pressure sores. The purpose of this study was to analyze the effect of applying Norton Scale to prevent pressure sores in PKU Muhammadiyah Public Hospital Purworejo.The method of this study was carried out with a quasi-experimental design with the repeated-treatment design carried out using the times series approach which was carried out 6 times. The study was conducted on 41 adult patients who experienced bedrest in PKU Muhamadiyah Hospital Purworejo in June 2016. Sampling was done by total sampling method. The data collection technique used in this study was observation. Selection of patients who met the inclusion criteria, namely adult bed rest patients who were hospitalized for more than 3 days in PKU Muhammadiyah Public Hospital Purworejo. This study was carried out data retrieval with Norton Scale instruments, and observation sheets of the incidence of pressure sores. Data analysis was performed by univariate analysis and bivariate analysis with Wilcoxon and Friedman Test test statistics. The results showed that there were significant differences after the application of the Norton Scale on the first day and 6th day of the wound.Nurses should be able to apply the application of Norton Scale in prevention of pressure sores in bedrest patients in hospitals. Keywords: norton scale, wound pressure
PENGARUH KONSELING TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DALAM MENGIKUTI PREVENTION OF MOTHERTO CHILD TRANSMISSION PRONG I Simson Melkior Yulius Djami Djami La; Made Rini Damayanti; Sagung Mirah Lismawati
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.785 KB)

Abstract

Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)terus meningkat, mengancaman keselamatan jiwa ibu dan mempengaruhi anak yang dikandungnya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan,persalinan dan menyusui. Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Ende sebanyak 151 kasus dan pada anak berjumlah tujuh orang, serta pada perempuan usia produktif berjumlah 50 orang. Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT)bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Kegiatan PMTCT belum pernah dilaksanakan. Konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan kesehatan, sebagai proses komunikasi antara individu (konselor) dan orang lain. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang HIV-AIDS serta PMTCT sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I. Penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan rancangan one group pretest-posttestdesign. Sampel berjumlah 46 orang yang dipilih dengan teknik purposivesampling. Data diperoleh dengan cara mengisi kuesioner sebelum dan sesudah konseling pada kelompok yang sama. Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh nilai p value 0,010 (p< 0,05) untuk pengetahuan dan sikap diperoleh hasil p value 0,000 (p< 0,05) oleh karena itu dinyatakan ada pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengikuti program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) Prong I. Berdasarkan hasil diatas maka konseling dapat digunakan bagi ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT. Kata kunci: konseling, pengetahuan, sikap, PMTCT ABSTRACT The number of women infected by Human Immunodeficiency Virus(HIV) is still increasing, putting the mothers’ life safety at risk and influencing their children. The HIV can be transmitted from infected mothers to their children during pregnancy, child birth and breast feeding. The HIV-AIDS cases in Ende were 151 cases and 7 cases in children, and in women of child bearing age was 50 people. Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) aims to prevent the transmission of HIV from mother to child, however it has not been implemented. Counseling is oneof health education, as aprocess of communication between individuals (counselor) and the others. Knowledge and attitudes of pregnant women about HIV-AIDS and PMTCT is very important in the prevention ofHIV transmission from mother to child. The purpose of this research is to determine the effect of counseling to change the level of knowledge and attitudes of pregnant women in PMTCT Program Prong I. This research was a pre-experimental study using one group pretest-posttest design with 46 samples which were selected by purposive sampling. The data were collected by filling questionnaire given before and after the counseling. Based on the obtained Wilcoxon test p value 0,010 (p <0.05) for the knowledge and p value of 0.000 (p <0.05) for attitude, the results indicated that there was an influence of counseling to the changes the knowledge and attitudes of pregnant women in Prevention of MotherTo Child Transmission (PMTCT) Program Prong I. Based on the result above the counseling can be used for pregnant women in PMTCTprogram. Keywords: counseling, knowledge, attitude, PMTCT
EFEKTIFITAS SENAM KAKI DALAM MENINGKATKAN SIRKULASI TUNGKAI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Wahyu Widodo; Ahmad Muzaky
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.958 KB)

Abstract

Data Internatonal Diabetes Federation (IDF) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,4 % dari populasi penduduk dunia dan diperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta). Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap penderita diabetes mellitus tentang pencegahan luka kaki diabetik. Metode penelitian dilakukan quasi eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest postest. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang menjadi anggota prolanis tahun 2017 sebanyak 68 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling mendapatkan sampel penelitian sejumlah 29 orang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bragolan Purwodadi pada bulan Mei-Juli 2017. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Sphygmomanometer dan stetoscope yang diukur pada kondisi pre dan post intervensi. Analisis data dilakukan dengan uji paired t test. Hasil penelitian ada perbedaan rata-rata sirkulasi darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Melitus (p value: 0,0001). Bagi perawat hendaknya dapat membuat prosedur tetap senam kaki kepada pasien diabetes melitus secara teratur 3-5 kali seminggu sesuai dengan status kesegaran jasmani pasien karena dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki dan dapat mencegah kaki diabetik. Kata kunci: senam kaki, diabetes, sirkulasi tungkai ABSTRACT Internatonal Diabetes Federation (IDF) data on the global prevalence rate of DM patients in 2014 amounted to 8.4% of the world population and it is estimated that in 2035 the number of incidents of DM will increase to 55% (592 million) among people. Foot exercises are activities or exercises carried out by patients with diabetes mellitus to prevent injuries and help blood circulation in the legs. The purpose of this study was to determine whether there was an effect of health education on increasing the knowledge and attitudes of people with diabetes mellitus about prevention of diabetic foot injuries. The research method was quasi-experimental using the one group pretest posttest design. The population of this study was diabetes mellitus patients who became prolanis members in 2017 as many as 68 people. The sampling technique in this study was purposive sampling getting a sample of 29 people. The study was conducted at the Bragolan Purwodadi Health Center in May-July 2017. Data was collected using a Sphygmomanometer and stethoscope measured in pre and post intervention conditions. Data analysis was performed by paired t test. The results of this study were differences in the average blood circulation before and after foot exercises in patients with Diabetes Mellitus who were treated (p value: 0,0001). For nurses, they should be able to make regular foot gymnastics procedures for patients with diabetes mellitus regularly 3-5 times a week according to the patient's physical fitness status because it can improve blood circulation of the foot and can prevent diabetic foot. Key words: foot exercise, diabetes, leg circulation
GAMBARAN PERILAKU KELUARGA DAERAH RURAL DAN URBAN DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DAERAH ENDEMIS DEMAM BERDARAH Anik Fiatur Rohmaniah; Yulia Susanti; Livana PH
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.005 KB)

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderita dan penyebarannya cenderung meningkat. Jumlah kasus DBD tercatat 49,868 kasus, dengan angka kematian sebesar 0,80%. Kejadian DBD pada daerah rural ditunjukkan dengan adanya perilaku penyebab DBD diantaranya terdapat tumpukan sampah, menggantung pakaian di dalam kamar, tidak menyingkirkan barang-barang bekas. Perilaku daerah urban adanya saluran limbah yang tidak dibersihkan, lahan kosong yang tidak dibersihkan dan banyak persawahan. Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran perilaku keluarga daerah rural dan urban dalam pencegahan kejadian demam berdarah di daerah endemis. Metoda. Metode penelitian ini menggunakan survey deskriptif kuantitatif dan alat ukur menggunakan kuesioner yang terdiri 68 pernyataan. Sampel penelitian daerah rural 309 orang dan daerah urban 371 orang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perilaku keluarga di daerah rural baik (51,5%), pengetahuan baik (59,2%), sikap kurang baik (50,8%), dan tindakan kurang baik (51,8%), Perilaku keluarga di daerah urban kurang baik (53,4%), pengetahuan baik (81,4%), sikap kurang baik (54,2%) dan tindakan baik (52,3%). Hasil. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada masyarakat agar lebih bertanggung jawab dalam berperilaku sebagai upaya pencegahan DBD dengan selalu menerapkan 3M (Mengubur, Menguras dan Menutup), menggunakan obat anti nyamuk dan pengelolaan sampah secara mandiri. Kata kunci: perilaku, DBD, rural dan urban ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia that the number of sufferers and their distribution tends to increase. Number of dengue cases recorded 49.868 cases, with a mortality rate of 0.80%. Incidence of dengue in rural areas indicated by the behavior causes dengue which there are piles of garbage, hanging clothes in the room, did not get rid of second-hand goods. While the behavior of their urban area sewer is not cleaned, vacant land that had not been cleaned and the many rice fields. The study aims to find a picture of the behavior of rural and urban families in preventing the incidence of dengue in endemic areas. This research method using descriptive quantitative survey and measurement tools using a questionnaire comprising 68 statemen. The research sample was 309 rural and 371 urban areas. The results of this study found that the behavior of families in both rural areas (51.5%), good knowledge (59.2%), a lack of good (50.8%), and the action is not good (51.8%), family Behavior in poor urban areas (53.4%), good knowledge (81.4%), a lack of good (54.2%) and action (52.3%). The results of this study recommended to people to behave more responsibly in the effort to prevent dengue by always applying 3M (Bury, draining and Closing), using anti-mosquito chemical and waste management independently. : Keywords : behavior, DHF, rural and urban
EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN AUDIO VISUAL TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK UMUR 2-3 TAHUN DI BANJAR TAMAN PALEKAN BATUBULAN Luh Putu Karsi Ekayani; Francisca Shanti Kusumaningsih; Putu Susy Natha Astini
Coping: Community of Publishing in Nursing Vol 5 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.496 KB)

Abstract

Critical period in growing child is toddlers. According to psikoseksual theory, toddler is anal phase, they are to begin was able to control the defecate and urination. In this phase is the good time to teach children about toilet training. To teach children about toilet training can do with health education with an interesting media like audio visual. The purpose of this research is to know effectiveness of health education with audio visual against successful of toilet training in children two until three years at Taman Palekan hamlet. The study was used pre experimental design with one group pretest-posttest design. Sample was consisted of 25 children which selected by using total sampling technique. The data was collected by questionnaire before and after health education with audio visual. The result of this studi were increased success of toilet training a child who successfully category from 12% to 48%, is successful 68% to 44%, and did not success 20% to 8%. Based on Wilcoxon test p = 0.001 means p <0,05 so Ho is rejected. Based on these studies, health education with audio visual effectively to the success of children's toilet training.

Page 1 of 1 | Total Record : 8