cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur´an dan Tafsir
ISSN : 25281054     EISSN : 25408461     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir [2528-1054] is peer-reviewed journal dedicated to publish the scholarly study of Qur’an from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with: Qur’anic Studies, Qur’anic sciences, Living Qur'an, Qur’anic Stuides accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), Methodology of Qur’an and Tafsir studies. publishes twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2017)" : 8 Documents clear
PENAFSIRAN SAYYID QUTHB TENTANG AYAT-AYAT ISHLĀH (STUDI TAFSIR FĪ ZHILĀL ALQURAN) Wulandari Wulandari; Usep Dedi Rostandi; Engkos Kosasih
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.994 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1811

Abstract

Perdamaian (Islāh) memiliki dimensi personal atau internal sekaligus dimensi sosial. Individu dihimbau untuk menegakkan perdamaian dengan dirinya, hasratnya, aspirasinya dan nuraninya. Ia juga dihimbau untuk melakukan perdamaian dengan apa yang ada di sekelilingnya, dimulai dengan anggota keluarganya, tetangganya, komunitas sosial dan negaranya. Kebutuhan akan keamanan, kedamaian, dan ketentraman adalah kebutuhan manusia yang asasi, oleh karena itu pengupayaan kepada nilai tersebut merupakan kebajikan yang sangat dimuliakan. Maka dalam hal ini, agama berfungsi mendukung proses rekonsiliasi atau perdamaian dan memupuk kesatuan manusia dimana saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penafsiran Sayyid Quthb terhadap ayat-ayat Islāh dalam tafsir Fī Zhilāl Alquran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian analisis deskriptif . Metode ini dilaksankan dengan menggunakan teknik Content Analisys (analisis isi) yaitu dengan cara menganalisis makna yang termuat dalam berbagai sumber baik primer maupun sekunder.  Hasil penilitian ini menyimpulkan bahwa Islāh menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fī Zhilāl Alquran adalah dapat mewujudkan kalimatullah sebagai kenyataan di muka bumi, antara lain; keadilan, kemerdekaan, dan keamanan bagi seluruh umat manusia baik individu ataupun masyarakat. Bukan hanya sekedar untuk mencegah terjadinya peperangan dengan segala resikonya, tetapi mencegah kelaliman serta kerusakan di muka bumi. Karena itu, Islam memulai upaya perdamaian atau perbaikan (Islāh)  pertama-tama ada di dalam perasaan setiap individu, kemudian meluas ke seluruh anggota keluarga lalu ke masyarakat.
MAKNA AL-MUTAKABBIR DALAM ALQURAN (STUDI KAJIAN SEMANTIK) Nuri Meilan; Kholid Al-Walid; Solehudin Solehudin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.559 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1807

Abstract

Takhallaqū bi akhlākillāh ‘berakhlaklah kamu seperti akhlaq Allah’, jika Hadith tersebut mesti dijadikan acuan untuk berakhlak maka ada beberapa persoalan dari al-Asmā’ al-Husnā diantaranya al-Azīz, al-‘Alī, al-Jabbār, al-Qahhār, al-Mutakabbir, dll. Sifat-sifat ini walaupun namanya sama dengan yang dinisbatkan pada manusia, namun mempunyai hakikat yang berbeda. Salah satunya adalah al-Mutakabbir (Yang memiliki segala keagungan). Jika merujuk kepada Hadith di atas tentu  bertentangan dengan ayat Alquran dan Hadith yang jelas mengatakan bahwa manusia dilarang bersikap sombong dan balasan yang berbuat sombong adalah neraka. Penelitian ini membahas makna lafal  al-Mutakabbir melalui pendekatan Semantik, jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data library research (penelitian kepustakaan). Metode yang digunakan adalah deskriptif analysis yaitu menganalisis memaparkan dan menganalisis lafal  al-Mutakabbir dalam Alquran. Hasil dari penelitian ini ialah lafal  al-Mutakabbir berasal dari kata kabura mempunyai makna besar. Sedangkan jika dilihat dari kamus-kamus bahasa Arab kata kabura artinya mengagungkan, sombong, menjadi besar, membesarkan, lawan dari kata shagura (kecil), pembesar (pemimpim), sesuatu yang lebih tua atau lebih utama. Kata al-Mutakabbir ini selalu dikaitkan dengan dua subjek/ pelaku berbeda.  Subjek yang ditujukkan kepada Allah Swt., memiliki tendensi makna positif, sama dengan al-Asmā’ al-Husnā. Subjek kedua ditujukan kepada manusia yang memiliki makna negatif. 
URGENSI ASBĀB AL-NUZŪL MENURUT AL-WAHIDI Siti Muslimah; Yayan Mulyana; Medina Chodijah
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.092 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1808

Abstract

Asbāb Al-Nuzūl menjadi instrumen penting untuk memahami maksud ayat sesuai dengan konteksnya. Al-Wahidi menawarkan  basis epistemologi yang ketat agar otentisitas asbāb al-nuzūl terjaga, terutama dari sisi sumber (riwayah). Al-Wahidi berpendapat bahwa asbāb al-nuzūl daat diaplikasikan dalam konteks kekinian. Sebab diturunkannya ayat Alquran ini akan memberikan pemahaman, tidak hanya pemahaman yang tekstual tetapi pemahaman kontekstual juga terhadap suatu ayat, terutama untuk mengetahui status hukum pada masa itu, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. Pendapat yang diambil oleh Al-Wahidi ini tidak sembarang mangambil referensi untuk dicantumkan ke dalam kitabnya (Asbāb al-nuzūl). Pada setiap Hadith dan pendapat yang ia tuangkan memiliki landasan yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Mengenai pendapat para ulama terhadap konsep Al-Wahidi, apa yang dikatakan Al-Suyuthi bahwa ia mengkritik apa yang dikatakan oleh Al-Wahidi dalam menafsirkan surat al-Fīl yaitu mengenai kisah penyerbuan orang-orang Habasyah. Hal ini sama sekali tidak termasuk sebab turunnya ayat melainkan informasi tentang peristiwa masa lalu.
APLIKASI QAT’IY DAN ZANNIY PADA SUMBER DALIL Saifudin Nur
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.782 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1804

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep qaṭ’iy dan ẓanniy pada beberapa sumber dalil, baik yang berkaitan dengan qaṭ’iy al-thubūt/al-wurūd/al-naql dan qaṭ’iy al-dalālah, maupun yang berkaitan dengan ẓanniy al-thubūt/al-wurūd/al-naql dan ẓanniy al-dalālah. Dalam penelitian kualitatif ini dilakukan studi deskriptif-analitis dengan metode penelitian pustaka (library research). Hasil temuan mengungkapkan bahwa para ulama uṣūl  dan sebagian mufasir sepakat bahwa ketentuan qaṭ’iy al-thubūt/al-wurūd/al-naql  teraplikasi pada nās Alquran dan Sunah mutawa>tirah. Ketentuan qaṭ’iy al-dalālah teraplikasi pada nās Alquran dan Sunah yang memenuhi al-iḥtimālāt al-‘ashrah, ijmā’ ṣarīḥ, qiyās mujma’ ‘alayh (konsensus bersama para mujtahid), dan uṣūl al-fiqh. Adapun ketentuan ẓanniy al-thubūt/al-wurūd/al-naql  teraplikasi pada sunah ghayr mutawātirah. Sedangkan ketentuan ẓanniy al-dalālah teraplikasi pada nās Alquran, sunah, ijmā’ sukūtī, dan qiyās fardiy atau  qiyās ghayr mujma’ ‘alayh.
KARAKTERISTIK PEREMPUAN DALAM TAFSIR AYAT SUCI LENYEPANEUN KARYA MOH. E. HASIM Nadia Laraswati; Syahrullah Syahrullah; Ahmad Gibson Al-Bustomi
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.399 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1809

Abstract

Budaya Sunda sebagai budaya lokal masyarakat Jawa Barat dipengaruhi adanya Islam, sebagai agama mayoritas etnis Sunda. Nilai budaya sunda masuk kedalam ragam kehidupan sosial budaya hasil dari adaptasi  Islam dan budaya setempat. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh budaya lokal dalam membentuk konstruksi identitas Islamicate Sunda. Terlihat dengan menyebarnya penerbitan-penerbitan tentang Islam di era modern yang bentuknya  seperti tafsir Sunda beraksara Roman-Latin yang mulai dipublikasikan, khususnya tafsir Ayat Suci Lenyepaneun.  Menarik dikaji untuk mengetahui bagaimana penafsiran terhadap karakteristik perempuan, karena kedudukan perempuan di masyarakat Arab dan di masyarakat Sunda tentu berbeda, maka sebarapa jauh pengaruh dari budaya Sunda  terhadap penafsiran Alquran. Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis untuk mengetahui karakteristik perempuan pada tafsir Ayat Suci Lelenyepaneun. Hasil penelitian ini menunjukkan  karakter perempuan pada ayat-ayat Alquran, seperti: (1). QS. Al- Taḥrīm [66]: 11, (2). QS. Maryam [19]: 17-19, (3). QS. Al-Lahab [111]: 4-5, (4). QS. Al- Taḥrīm [66]: 10, (5). QS. Yūsuf[12]: 23 menunjukan lima karakter perempuan yaitu  yaitu: (1) karakter perempuan dengan kepribadian kuat, (2) karakter perempuan yang menjaga kesuciannya, (3) karakter perempuan penghasut, (4) karater perempuan pembangkang kepada suaminya, dan (5) karakter perempuan penggoda.
IMAN DAN AMAL SALEH DALAM ALQURAN (STUDI KAJIAN SEMANTIK) Dindin Moh Saepudin; M. Solahudin; Izzah Faizah Siti Rusydati Khairani
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.712 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1805

Abstract

Iman dan amal saleh, suatu term penting dalam Alquran, karena iman dan amal salalu disebutkan, terkadang iman dan amal saleh bersandingan, yang tentunya  mengisyaratkan pesan penting untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana iman dan amal saleh dalam Alquran dengan pendekatan semantik T.Izutsu.Metode yang digunakan ialah deskriptif-analisis, yaitu mengambarkan secara umum mengenai objek serta menganalisis dengan jenis penelitian kepustakaan (library research).Hasil penelitian ini menunjukan iman dan amal saleh  dalam Alquran menunjukan saling berkaitan antara  satu dengan yang lainnya, jika  amal saleh disebutkan tanpa iman maka tidak akan berguna, walaupun perbuatannya baik, tidak akan mendapatkan sesuatu. Sebaliknya, jika perbuatan itu kecil tetapi dengan iman maka akan mendapatkan pahala. Selain itu, term amal saleh dalam Alquran menunjukan makna yang luas baik kepada Allah, manusia, dan makhluk-Nya.
NILAI-NILAI ŪLŪ AL- ‘AZMI DALAM TAFSĪR IBN KATHĪR Fithria Khusno Amalia; Muhtar Solihin; Badruzzaman M. Yunus
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.35 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1810

Abstract

Qaṣṣās al-Qur’ān merupakan bagian kandungan dari Alquran, yang salah satunya  menjelaskan kisah Nabi-Nabi yang digelari Ūlū al-‘Azmi, banyak ulama mengatakan bahwa Nabi-Nabi yang diberi gelar Ūlū al-‘Azmi merupukan Nabi yang sangat sabar terhadap ujian yang Allah Swt., dibanding dengan Nabi-Nabi yang lain, namun apakah dalam Alquran hanya menjelaskan kesabaran saja? Perlu pula untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam kisah  Ūlū  al-’Azmi dalam Alquran,  penulis menggunakan penaifsiran Ibn  Kathīr sebagai mufasir yang condong kepada al-Riwāyah sebagai sandaran dalam kisah-kisah Alquran. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang berbentuk library research.  Kesimpulan dari penelitian ini ialah  nilai-nilai Ūlū al-‘Azmi dalam Alquran meliputi: (1). Bersyukur, (2). Dzi hijr (memiliki daya juang) , (3). Terbuka, (4). Rendah hati, (5). Pembelajar, (6). Gigih, (7). Semangat, (8). Pantang menyerah, (9). Tawakal, (10). Ilahiyah (terkoneksi dengan Allah), (11). Pemenang, (12). Pengendalian diri, (13). Patuh, (14). Tunduk, (15). khusyu, (16). Keyakinan, (17). Lembut hati, (18). Sopan, (19). Keteguhan, (20). Keistiqamahan, (21). Teladan, (22). Tidak pengecut dan (23). Tangguh.
PERKEMBANGAN TAFSIR DI INDONESIA ( PRA KEMERDEKAAN 1900-1945) Rifa Roifa; Rosihon Anwar; Dadang Darmawan
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (781.231 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1806

Abstract

Pada paruh pertama abad ke-20 karya-karya tafsir mulai bermunculan dan berkembang pesat di Nusantara. Hal ini merupakan fenomena baru, karena pada abad-abad sebelumnya, karya-karya tafsir Nusantara sangat jarang ditemukan.Ditambah kondisi Indonesia pada masa sebelum masa kemerdekaan berada dalam keadaan yang cukup sulit dan rumit. Kitab tafsir yang ditulis oleh para mufasir Indonesia saat itu, berupaya membangkitkan semangat bangsa untuk lepas dari penderitaan walaupun hanya dengan pernyataan yang samar-samar. Penelitian ini memfokuskan diri pada masalah perkembangan tafsir di Indonesia dari tahun 1900-1945, dilihat dari karakteristiknya yang meliputi aspek metode, sumber dan corak penafsiran, sebagaimana terlihat pada karya-karya tafsir yang lahir pada masa itu. Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan atas empat karya tafsir dari tahun 1900-1945 sebagai sumber data primer yaitu; Tafsir Al-Qurān Karīm, Tafsir Al-Furqan, Tafsir Malja Al-Thalibin, dan Tamsiyah Al-Muslimin. Penelitian ini lebih bersifat deskriptif-analitis dengan menggunakan pendekatan historis. Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan data-data sebagai berikut: untuk metode penafsiran yang terdapat pada ketiga tafsir ini yaitu, tafsir Al-Qurān Karīm, tafsir Al-Furqan, dan tafsir Malja Al-Thalibinmenggunakan metode Ijmāli. Sedangkan untuk  tafsir Tamsyiah Al-Muslimin ialah Tahlīli. Sumber penafsiran pada keempat tafsir tersebut masing-masing dari karya tersebut semua sumbernya ialah bil ra’yi.Untuk corak tafsir yang terdapat pada kedua tafsir ini yaitu tafsir Al-Qurān Karīm, dan Tamsyiah Al-Muslimin adalah corak adab al-ijtim’i.Pada tafsir Al-Furqān adalah corak lughawi. Adapun pada tafsir Malja Al-Thalibin tidak ada corak yang dominan, adakalanya Sanusi menafsirkan ayat yang berhubungan dengan masalah fiqih, kalam, atau sufi,ini menunjukan bahwa sifat coraknya adalah umum. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pada keempat tafsir ini karena berada pada masa pra kemerdekaan, tentu saja di dalam penafsirannya ada sedikitnya ayat-ayat yang menyentuh mengenai motivasi pada semangat perjuangan seperti misal contoh yang ada pada ayat 85 surah Al-Baqarah dan ayat 71 surah Al-Taubah, yang membuktikan bahwa penulisan karya tafsir pada masa ini ada kaitannya dengan persoalan sosio-politik yang terjadi dan bahkan dapat menjurus kepada jawaban-jawaban dari masalah yang terjadi, yang merupakan suatu ciri khas dari karya-karya tafsir masa itu.

Page 1 of 1 | Total Record : 8