cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Syifa al-Qulub : Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik
ISSN : 25406445     EISSN : 25406453     DOI : -
Core Subject : Health,
Syifa al-Qulub adalah Jurnal Prodi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Terbit enam bulan sekali (Januari dan Juli). Materi yang dipublikasikan merupakan hasil kajian dan penelitian. Jurnal Syifa al-Qulub memiliki tujuan memperluas wawasan, paradigma, konsep dan teori dibidang Tasawuf, Psikoterapi dan Konseling perspektif Islami dan Sufi.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub" : 8 Documents clear
Terapi Kecanduan Rokok dengan Menggunakan Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Dian Siti Nurjanah
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.3536

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya aktifitas merokok dikalangan para remaja sudah tidak bisa di hindarkan lagi, ada yang merokok di usia yang masih muda yaitu 10 tahun (Aditama, 2006). Perilaku kecanduan di kalangan remaja mengalami peningkatan (Riska Rosita, 2012) seringkali kita melihat pemandangan siswa yang merokok di sekitar kita. Mereka secara sembunyi sembungi atau terang terangan merokok dan banyak di jumpai di sekolah, di warung- warung tempat mereka jajan, tempat nongkrong bersama teman-temannya, di kampus, di pasar, bahkan di rumah. Aktifitas remaja lebih banyak dilakukan di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, kalau dilihat pengaruh teman sebaya itu lebih besar dibandingkan dengan pengaruh dari keluarga, jika ada teman sebayanya merokok maka dapat di pastikan remaja dan mahasiswa tersebut juga merokok karna kesempatan untuk diterima oleh kelompoknya lebih besar (Hurlock, Elizabeth B. 1980).Dilihat dari segi kesehatan merokok yang berasal dari logam berat yang berbahaya (Sitepoe 9, 2000) adalah penyumbang terbesar terhadap berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan kematian, Penyakit tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus, paru, pancreas, faring, laring dan kandung kemih. Juga ditemukan berbagai penyakit paru lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronis, penyakit pembuluh darah, dan jantung coroner, gangguan kehamilan, impotensi dan sebagainya (Davison, Gerald D. 2010). Apalagi perilaku merokok disertai dengan minuman keras (Nurrahmah, 2014). Di Amerika sebanyak 701 kematian akibat merokok pertahun (M. Ayus Astoni & Mohammad Zulkarnain 1998) dan di Indonesia diperkirakan 70 % kematian akibat merokok (Detik Health, Desember 2003).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan semi eksperimental. Dengan mengujicobakan model terapi SEFT pada remaja dan mahasiswa yang kecanduan merokok. Sumber data adalah Remaja pada tingkat SMP dan SMU di Sekolah Yayasan Al- Ghifari Bandung.Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses terapi kecanduan rokok dengan menggunakan metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), untuk mengetahui hasil dari terapinya terhadap remaja yang merokok sebagai solusi pada Remaja yang masih melakukan kebiasaan merokok untuk memberikan terapi alternative yang sudah kecanduan Merokok dan untuk mengetahui apa saja kendala dalam proses penyembuhan dari kecanduan merokoknya.Hasil pembahasan menunjukan bahwa Terapi Kecanduan Merokok dengan menggunakan Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yaitu dengan tiga cara Set Up, Tune In dan Tapping serta dengan Spiritualitas dari Yakin Khusyuk, Ikhlas, Pasrah dan Syukur (YKIPS) di Kalangan Remaja dapat ditanggulangi dan dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang dilakukan sekitar 10 menit sampai 1 jam dengan reaksi rasa mual, muntah, mulut terasa pahit, pusing, batuk – batuk dan tidak enak. Kendala yang dihadapi dalam terapi SEFT adalah kalau tidak ada motivasi ingin berhenti dari kecanduan merokok biasanya setelah beberapa hari kembali lagi merokok walaupun rasanya sudah tidak enak, tetapi kalau keinginan ingin berhenti kuat bisa sembuh secara permanen.
Khalwat dalam Mengendalikan Emosi Putri Fajriah Aini; Rifki Rosyad
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4321

Abstract

Perkelahian, pembunuhan  dan kriminalitas lainnya merupakan tanda dari emosi yang tidak terkendali. Emosi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh dan memunculkan ketegangan psikis. Salah satu metode yang ditempuh dalam mengendalikan emosi adalah dengan melaksanakan khalwat. Yaitu proses meditasi dan dzikir dengan kehadiran hati selama sepuluh hari atau lebih, tanpa banyak makan dan bicara salah satunya di Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengamalan khalwat pada Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, bagaimana pengalaman jama’ah dalam mengikuti khalwat dan pengaruhnya  terhadap pengendalian emosi jama’ah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan observasi partisipan serta konsep triangulasi. Sumber datanya adalah 12 orang jama’ah aktif. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa : (1) Khalwat menurut Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah adalah menyepi agar dapat beribadah dengan khusyu dan sempurna. Kegiatan yang dilakukan jama’ah selama khalwat, diantaranya : (a) Mandi Taubat (b) Dawamul Wudhu (c) Salat sunat wudhu, Salat sunat taubat, dan Salat sunat hajat suluk (d) Salat berjama’ah di awal waktu (e) Dzikir munfarid (f) Dzikir berjama’ah (g) Mengurangi berkata-kata (h) Mengurangi tidur (i) Mengurangi makan (j) Tidak memakan makanan yang berunsur hewani (2) . Pengalaman emosi yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti tarekat lebih mengarah kepada ketenangan, emosi menjadi terkontrol, lebih rajin beribadah, selalu bersyukur, sabar, berpikir positif, dan ingin berbuat baik kepada sesama makhluk Allah.  (3) Hasil yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti suluk yaitu bisa mengendalikan amarah, rendah hati, empati, menghargai orang lain, berpikir positif, pembawaan diri lebih tenang,berbicara seperlunya, makan dan tidur secukupnya, selalu muhasabah diri dan selalu mendapat ketenagan hati.
Upaya Peningkatan Moral Prespektif Wihdatul Wujud Ibnu Arabi Abdul Wasik; Alfiyah Laila Afiyatin
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4320

Abstract

Pada era ini ada sejumlah orang yang mengerti agama akan tetapi ia tidak menjalakan agama semestinya. Terbukti dengan adanya kasus  Ketua Yayasan Ponpes menyetubuhi santrinya. Selain itu terjadi pula kasus Pimpinan Ponpes kirim Calon TKI ilegal dan belum lagi kasus kosupsi yang dilakukan para pemimpin bangsa. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang konsep Wihdatul Wujud Ibnu Arabi dalam meningkatkan moral, wihdatul wujud adalah tingkat ketauhidan  tertinggi yakni bersatunya manusia dengan Tuhan, dan Ibnu Arabi merupakan tokoh termashur  dalam konsep Wihdatul Wujud.  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang bersifat eksploratif.  Kesepurnaan moral terdapat dalam konsep Insan kamil Ibnu Arabi, manusia sempurna dari segi pengetahuan serta wujudnya, dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan moralitas adalah dengan cara meningkatkan komponen-komponen yang ada, seperti; komponen afektif,  kognitif moralitas, dan perilaku, ketika tiga komponen tersebut baik, maka moralitas akan baik.
Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran dengan Penerapan Nilai Agama, Kognitif, dan Sosial-Emosional: Studi Deskriptif Penelitian di Raudhatul Athfal Al-Ihsan Cibiru Hilir Ulfi Fitri Damayanti; solihin solihin
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4322

Abstract

Pengembangan kecerdasan sejak usia dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena anak merupakan generasi penerus. Raudhatul Athfal (RA) Al-Ihsan dalam setiap pembelajarannya mengarahkan pada pengembangan kecerdasan spiritual siswanya. Fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya lewat penelitian ini adalah “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran Dengan Penerapan Nilai Agama, Kognitif, dan Sosial-Emosional.” Kecerdasan spiritual harus ditanamkan sejak usia dini, karena pada usia ini merupakan masa golden age yaitu masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai baik pada anak yang kemudian akan tertanam pada jiwanya sampai dewasa kelak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran agama, kognitif, dan sosial-emosional yang diterapkan di RA Al-Ihsan sebagai sarana pengembangan kecerdasan spiritual anak, dan untuk mengetahui perkembangan spiritual yang dicapai setelah anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan nilai agama, kognitif, dan sosial emosional di RA Al-Ihsan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan metode analisa kualitatif dengan cara penyajian datas, reduksi data, dan mengambil kesimpulan. Pengembangan kecerdasan spiritual ini dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan segala aspek agama, kognitif, dan sosial-emosional perkembangan anak usia dini. Metode yang digunakan dalam pengembangan kecerdasan spiritual ini yaitu metode bercerita, metode sosiodrama, metode outclass/karyawisata, metode tanya jawab, metode praktek, metode sosial, dan metode pembiasaan. Dari semua metode tersebut ada beberapa metode yang belum efektif diterapkan pada anak, karena dunia anak usia dini merupakan usia bermain maka fokus anak terhadap pembelajaran masih terbatas, namun metode tersebut harus terus diterapkan sehingga perlahan-lahan
Konsep Cinta (Studi Banding Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Erich Fromm) Melati Puspita Loka; Erba Rozalina Yulianti
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4323

Abstract

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Erich Fromm merupakan tokoh yang membahas tentang cinta secara mendetail sesuai dengan latar belakangnya masing-masing, psikologi dan tasawuf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep cinta menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, konsep cinta menurut Erich Fromm, serta mengetahui persamaan dan perbedaan kedua tokoh mengenai konsep cinta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah study literature yang bersifat komparatif kualitatif. Langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah hermeneutik, content analys, dan komparatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa cinta adalah menghapus segala sesuatu di dalam hati kecuali yang dicintai. Cinta adalah kekuatan aktif yang bersemayam dalam diri yang sanggup merobohkan dinding pembatas antara manusia dengan sesamanya, serta merupakan kesatuan dengan sesamanya tanpa meleburkan integritas dan keunikan setiap individu. Ibnu Qayyim membagi cinta menjadi empat, yaitu cinta kepada Allah, mencintai yang dicintai Allah, cinta untuk Allah dan karena Allah, serta cinta terhadap hal lain selain Allah. Sedangkan Erich Fromm membaginya ke dalam lima objek, yaitu cinta sesama, cinta ibu, cinta erotis, cinta diri, dan cinta kepada Allah. Persamaan yang diperoleh adalah kedua tokoh tersebut membahas cinta dengan lebih manusiawi serta berpendapat bahwa cinta adalah unsur utama di alam semesta yang paling penting untuk kehidupan manusia, karena tanpa cinta manusia akan mengarungi kehidupan yang gelap dan penuh derita. Adapun perbedaan yang diperoleh yaitu terdapat dalam faktor penyebab cinta. Ibnu Qayyim berpendapat bahwa faktor penyebab timbulnya cinta adalah berasal dari hal-hal yang bersifat positif. Sedangkan Fromm berpendapat bahwa faktor timbulnya cinta berasal dari manusia yang mengalami alienasi serta isolasi di kehidupannya.
Tasawuf dalam Karya Sastra Kontemporer Enok Risdayah; Krisna Somantri; Dedi Suyandi
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4324

Abstract

Tasawuf adalah budi pekerti, akhlak, dan moral. Merupakan inti serta bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Islam, bersumber pada Al-Quran dan al-Hadis. Bertujuan untuk mushāhadah (menyaksikan Allah) sebagai pemaknaan mendalam terhadap kata ihsān melalui safā (penycian jiwa) sebagai tarīqatuh (jalan menuju ma’rifatullah). Prilaku tasawuf adalah cerminan akhlak mulia yang semestinya hadir dalam setiap bidang kehidupan termasuk dalam dunia sastra atau sastra bercorak sufistik. Ia merupakan internalisasi ajaran-ajaran sufi dalam sastra. Inilah yang dilakukan oleh Fahd Pahdepie, novelis asal Indonesia yang mewakili generasi muda dengan creative writink-nya. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menggali sedalam-dalamnya tentang karya Fahd terutama novel berjudul “Menatap Punggung Muhammad” dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Melalui pendekatan analisis-deskriptif menunjukkan bahwa karya Fahd termasuk pada sastra kontemporer bernuansa sufistik.
Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.3535

Abstract

Tasawuf pada zaman dahulu sangat terasa di kalangan masyarakat, peran Tasawuf sangat membawa dampak yang sangat positif. Rasa persatuan yang sungguh erat, jiwa gotong royong yang sungguh terasa. Berbeda dengan zaman modern ini, dimana mulai lunturnya beberapa konsep kehidupan yang saling mengasihi dan mencintai sesama umat manusia atau bahkan sesama muslim. Terjadi di dewasa ini, bahwa umat manusia atau umat muslim telah hilang daya nalar kehidupan yang cinta damai dan saling mengasihi dan munculnya rasa saling membenci satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Nasaruddin Umar tentang konsep Tasawuf Modern, dan juga pandangan Nasaruddin Umar tentang Impikasi Tasawuf Modern dalam tinjauan pemikiran Nasaruddin Umar. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan Deskriptif Analitif, serta konsep triangulasi yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi ini dilakukan di tempat pengajian yang diadakan oleh Nasaruddin Umar sebagai Informan Kunci. Dan proses wawancara dilakukan langsung bersama Informan kunci di Rumahnya.Berdasarkan hasil data yang diperoleh dilapangan dan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa: Pemahaman konsep Tasawuf Modern adalah dengan meninggalkan segala praktek Tasawuf yang memisahkan diri dari kehidupan dunia dan menggantikannya dengan praktek Tasawuf yang tidak memisahkan diri dari tatanan sosial kemasyarakatan. Tasawuf itu pada intinya mensucikan diri dari polusi pemikiran  materealistis yang masuk kedalam pemikiran komprehensif.
Social Climber dalam Perspektif Psikologi Barat dan Tasawuf pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung Ketrin Ketrin; Naan Naan
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4327

Abstract

Social Climber merupakan suatu fenomena mobilitas sosial dari tingkat rendah menuju tingkat yang tinggi. Menurut  Dirk Wittenborn dan Jazz Johnson bahwa social climber bertujuan mengejar persahabatan dengan mereka yang status sosialnya lebih tinggi. Dari sudut pandang psikologi, social climber merupakan salah satu perilaku abnormal karena tidak dapat mengendalikan keinginannya. Sementara dari segi tasawuf social climber merupakan suatu penyakit hati dan kelainan nafs dimana seseorang tersebut mempunyai sifat riya’ dan hubbu dunya serta nafs pada dirinya cenderung bersifat nafs ammarah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi social climber dikalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam prespektif Psikologi Barat dan tasawuf. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan taknik analisis uji statistik deskriptif. Sampel yang diambil adalah 45 orang. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa mahasiswa social climber prespektif psikologi Barat masuk pada golongan medium social climber 35,5%  dan prespektif tasawuf masuk pada golongan sangat tinggi sebesar 37,7%.Adanya perbandingan hasil antara psikologi Barat dan tasawuf  ini karena indikator yang digunakan berbeda. Pada tasawuf indikatornya tertuju pada spiritualitas sehingga menjadikan penilaian lebih ketat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mahsiswa social climber  secara psikologis dikatakan normal tetapi dalam segi spiritualitas hal itu termasuk buruk, sehingga disarankan agar mahasiswa social climber memperbaiki beberapa perilaku dan gaya hidup.

Page 1 of 1 | Total Record : 8