cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 1 (2022)" : 10 Documents clear
Laporan kasus berbasis bukti: Pemberian Benzathine Penicillin G Setiap 3 Minggu Dibandingkan 4 Minggu untuk Pencegahan Infeksi Streptokokus pada Anak dengan Penyakit Jantung Rematik Muhammad Yusra Firdaus; Piprim Basarah Yanuarso
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.56-61

Abstract

Latar belakang. Infeksi Streptococcus yang memicu demam rematik dapat mendasari terjadinya penyakit jantung didapat pada anak. Demam rematik dapat dicegah baik dari pencegahan primordial, primer, dan sekunder. Anak dengan penyakit jantung rematik dapat dicegah keparahan penyakitnya dengan mencegah terjadinya infeksi Streptococcus berulang atau pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) adalah dengan pemberian Benzathine Penicillin G (BPG) setiap 3 – 4 minggu. Tujuan. Mengetahui apakah pemberian BPG setiap 3 minggu dapat mengurangi peristiwa infeksi Streptococcus pada anak dengan penyakit jantung rematik dibanding pemberian setiap 4 minggu.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed, ScienceDirect, Cochrane, dan Google Scholar dengan kata kunci “rheumatic heart disease”, “AND” “benzathine penicillin g”, “AND”, “streptococcal infection”, “AND”, “children”.Hasil. Diperoleh satu studi systematic review dan satu studi kohort yang sesuai. Kedua studi menunjukkan bahwa pemberian BPG setiap 3 minggu mengurangi kejadian infeksi Streptococcus daripada pemberian setiap 4 minggu dengan nilai NNT berturut-turut 6 dan 8. Kesimpulan. Pemberian BPG setiap 3 minggu terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi Streptococcus pada pasien dengan penyakit jantung rematik.
Status Antropometri pada Anak dengan Sindrom Down di Indonesia: Kurva Sindrom Down versus Kurva Internasional Selvia Eva Sabatini; Tithasiri Audi Audi Rahardjo; Vynda Ulvyana; Ferdy Kurniawan Cayami; Tri Indah Winarni; Agustini Utari
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.44-50

Abstract

Latar belakang. Sindrom Down merupakan kondisi abnormalitas jumlah kromosom yang paling sering ditemui. Anak dengan sindrom Down memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dibandingkan dengan anak pada umumnya sehingga kurva pertumbuhan standar tidak bisa diterapkan untuk anak dengan sindrom Down. Di Indonesia, kurva internasional seperti kurva WHO dan CDC sering dipakai untuk menilai pertumbuhan anak dengan sindrom Down. Tujuan. Membandingkan status antropometri anak dengan sindrom Down menggunakan kurva sindrom Down dan kurva internasional.Metode. Penelitian belah lintang dilakukan pada 100 anak dengan sindrom Down, interpretasi hasil pengukuran (Z-score) meliputi length for age (LAZ)/height for age (HAZ), weight for age (WAZ) dan body mass index (BMI) menggunakan kurva sindrom Down, kurva CDC 2000, dan kurva WHO. Analisis Anova dan Friedman dilakukan untuk membandingkan hasil pengukuran antropometri ketiga kurva.Hasil. Penelitian ini melibatkan 53 (53%) anak laki-laki dan 47 (47%) anak perempuan sindrom Down dengan median usia 1,62 tahun (min-maks 0,04-11,42). Terdapat perbedaan bermakna pada LAZ/HAZ pada ketiga kurva pertumbuhan (p=0,00). Pada interpretasi HAZ antar kurva, didapatkan perbedaan bermakna (p=0.00), tetapi tidak ditemukan perbedaan bermakna pada interpretasi status gizi dari ketiga kurva tersebut. Kesimpulan. Terdapat perbedaan status pertumbuhan anak dengan sindrom Down dengan kurva sindrom Down dan kurva internasional.
Kejadian dan Faktor Risiko Tuberkulosis pada Anak Penghuni Padat Penduduk: Studi pada Rusun Kudu Alexandhe Soesanto; Moh Syarofil Anam; Nahwa Arkhaesi; Rina Pratiwi
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.1-6

Abstract

Latar belakang. Tuberkulosis adalah penyakit pernafasan yang menular dengan tingkat kematian ketiga tertinggi di dunia. Infeksi tuberkulosis pada anak memiliki gejala yang sulit dikenali sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Lingkungan padat penduduk seperti rusun, memudahkan penyebaran tuberkulosis sehingga diperlukan skrining tuberkulosis pada anak untuk mencegah penyebaran penyakit.Tujuan. Mengetahui insidensi dan faktor risiko infeksi tuberkulosis pada anak penghuni rusun Kudu, Semarang.Metode. Penelitian cross-sectional telah dilakukan pada Januari hingga Februari 2021 terhadap 123 anak penghuni rusun Kudu berumur 0-18 tahun. Subjek penelitian dipilih secara konsekutif sampling. Anak mengikuti proses skrining dan antropometri untuk kemudian dilakukan pemeriksaan tuberkulin jika memenuhi syarat. Indurasi tuberkulin diamati 48 jam pasca injeksi. Penilaian faktor risiko melalui skrining dan kuesioner kondisi lingkungan.Hasil. Pemeriksaan Tuberkulin menunjukan hasil positif bagi 33 anak dengan diameter indurasi ?10mm. Analisis pengaruh variabel bebas dan insidensi tuberkulosis dilakukan menggunakan uji Regresi Logistik dengan faktor risiko yang memiliki pengaruh dengan kejadian tuberkulosis anak adalah riwayat kontak (AOR=10,3 dan p=0,007), usia anak (AOR=5,2 dan p=0,013) dan kondisi rumah yang tidak sehat (AOR=38,6 dan p=0,000).Kesimpulan. Riwayat kontak, usia anak dan kondisi rumah berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis pada anak.
Perbedaan Gambaran Elektrokardiografi pada Remaja Obes dengan Hipertensi dan Tanpa Hipertensi Bibit Murdiyanti; Indah Kartika Murni; Dian C Sulistyoningrum; Rina Susilowati; Madarina Julia
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.16-22

Abstract

Latar belakang. Prevalensi obesitas remaja semakin meningkat. Obesitas berhubungan dengan hipertensi yang dapat menyebabkan perubahan struktur mekanik dan listrik jantung. Elektrokardiografi (EKG) merupakan alat pemeriksaan aktivitas listrik jantung yang mudah dan tersedia luas. Tujuan. Mengetahui gambaran EKG pada anak obes dengan hipertensi dibandingkan dengan tanpa hipertensi.Metode. Penelitian cross-sectional dilakukan pada siswa SMA obes usia 15-18 tahun di Yogyakarta. Subjek dengan data tidak lengkap, menderita penyakit diabetes melitus, ginjal, jantung, infeksi akut, serta riwayat penyakit sistemik atau menggunakan steroid dieksklusi. Analisis bivariat menggunakan uji t test dan chi square.Hasil. Subjek penelitian adalah 177 remaja obes terdiri dari 100(56,5%) laki-laki dan 77(43,5%) perempuan. Didapatkan subjek hipertensi sebesar 30%. Pada analisis bivariat tidak didapatkan perbedaan signifikan rerata frekuensi jantung, durasi gelombang P, interval PR, interval QTc, durasi QRS, amplitudo gelombang R, dan gelombang S serta prevalens left ventricular hyperthrophy (LVH); strain pattern; pemanjangan durasi gelombang P, kompleks QRS, interval QTc; dan pergeseran axis P, QRS, dan T ke kiri (p>0,05).Kesimpulan. Penelitian ini belum bisa membuktikan adanya perbedaan bermakna gambaran EKG pada remaja obes dengan hipertensi dibandingkan tanpa hipertensi.
Hubungan antara Lama Terpasang Kateter Tenchkoff, Status Gizi, Jenis Pembedahan, dan Komplikasi pada Anak dengan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis Tinton Ardiyan; Eka I Fitriana; Shalita Dastamuar; Ziske Maritska
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.36-43

Abstract

Latar belakang. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang merugikan pada anak dengan angka kesakitan dan kematian yang terus meningkat. Continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)sebagai pilihan terapi pengganti ginjal memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan hemodialisis konvensional pada anak dengan penyakit ginjal terminal. Namun, efektivitas CAPD dalam jangka panjang perlu diantisipasi karena risiko komplikasi infeksi dan non-infeksi.Tujuan. Mengetahui hubungan faktor risiko dengan komplikasi CAPD pada pasien anak di Rumah Sakit Mohammad Hoesin.Metode. Studi cross-sectional ini dilakukan di RSMH. Sampel penelitian adalah pasien anak dengan CAPD pada bulan Juni (2016-2021) dengan rekam medis lengkap. Sampel penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hubungan antara faktor risiko dan komplikasi dianalisis menggunakan uji Chi-square.Hasil. Subjek berjumlah 14 orang berjenis kelamin laki-laki, usia>5 tahun, status gizi normal (42,9%), memiliki kelainan anatomi ginjal (57,1%), dan pembedahan secara laparoskopi (71,4%). Komplikasi infeksi terbanyak adalah peritonitis (50%), Komplikasi non infeksi adalah drainase yang buruk (42,9%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko terhadap komplikasi pada pasien anak yang mengalami CAPD di RSMH (p > 0,05).Kesimpulan. Secara deskriptif setiap faktor berperan terhadap kejadian komplikasi. Namun, tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko pada komplikasi infeksi dan non infeksi.
Kualitas Hidup Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung Fairuz Sani; Rodman Tarigan; Ahmedz Widiasta
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.31-5

Abstract

Latar belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) dapat mengakibatkan kualitas hidup anak penderita menjadi menurun baik secara fisik, emosional, sosial, maupun prestasi belajar. Terdapat sekitar 52 kasus PGK per tahunnya yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.Tujuan. Mengetahui kualitas hidup anak pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.Metode. Penelitian menggunakan metode deskriptif kategorikal dengan rancangan potong lintang (Cross-sectional) pada periode Juli – Agustus 2019. Subjek penelitian terdiri atas seluruh pasien anak berusia 2-18 tahun dan orangtua pasien dengan PGK. Sampel penelitian diperoleh dengan metode konsekutif. Subjek diekslusi apabila pasien anak PGK sedang mengalami eksaserbasi akut dan pasien atau orangtua pasien yang tidak kooperatif. Data diperoleh menggunakan kuesioner PedsQL 4.0 Generic Core Scales.Hasil. Sebanyak 60% anak dengan PGK di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki kualitas hidup yang buruk berdasarkan self-report dengan rata-rata skor total yaitu 56,85 ± 7,53. Berdasarkan parent-report, kualitas hidup anak dengan PGK termasuk ke dalam kategori yang buruk dengan rata-rata skor total sebesar 69,43±17,07.Kesimpulan. Sebagian besar anak dengan PGK yang ada di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki kualitas hidup yang buruk. Skor total terendah terdapat pada pasien anak dengan PGK yang sudah memasuki derajat akhir (PGK 5).
Hubungan Jenis dan Tingkat Kepatuhan Pengobatan Kelasi Besi Oral dengan Kadar Feritin Serum pada Penyandang Talasemia Beta Mayor Anak Erny Rachmawati Triwardhani; Lelani Reniarti; Budi Setiabudiawan
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.23-30

Abstract

Latar belakang. Jenis kelasi besi oral deferipron dan deferasiroks banyak digunakan penyandang talasemia untuk mencegah komplikasi hemosiderosis. Dalam penelitian yang berbeda, masing-masing terbukti efektif mengurangi komplikasi hemosiderosis akibat transfusi darah. Tingkat kepatuhan sangat memengaruhi keberhasilan terapi dan tingkat kepatuhan pengobatan dapat dipengaruhi regimen kelasi besi.Tujuan. Mengetahui hubungan jenis dan tingkat kepatuhan pengobatan kelasi oral terhadap kadar feritin serum pada penyandang talasemia beta mayor anak. Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancang potong lintang, dilaksanakan Januari-Februari 2019. Subjek adalah penyandang talasemia beta mayor di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, secara consecutive sampling. Wawancara menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8, pemeriksaan serum feritin. Uji statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman, uji perbandingan Mann Whitney, Kruskal Wallis dengan kemaknaan nilai p<0,05.Hasil. Terdapat 60 responden dengan kategori patuh sebanyak 38%, kategori tidak patuh sebanyak 62%. Kelompok dengan pemberian deferipron menghasilkan kadar feritin serum lebih rendah dibandingkan dengan kelompok deferasiroks (p<0,007). Kelompok patuh menghasilkan kadar feritin serum lebih rendah dibandingkan kelompok tidak patuh (p<0,001). Perbandingan feritin serum berdasarkan kombinasi jenis dan tingkat kepatuhan kelasi besi, didapatkan hasil kelompok deferipron-patuh memberikan nilai berbeda signifikan dibandingkan kelompok lainnya (p<0,001).Kesimpulan. Sebagian besar penyandang talasemia beta mayor tidak patuh mengkonsumsi obat kelasi besi. Pemberian deferipron dengan kepatuhan baik, menghasilkan kadar feritin serum paling rendah.
Status Vitamin D pada Anak dengan Leukemia Akut Shinta Ayudhia; Amirah Zatil Izzah; Firman Arbi; Finny Fitry Yani
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.51-5

Abstract

Latar belakang. Vitamin D adalah kelompok prohormon yang berperan dalam pencegahan dan pertumbuhan sel kanker sebagai antiproliferatif, pro apoptosis dan anti inflamasi. Hal ini disebabkan karena reseptor vitamin D juga terdapat pada sel hematopoesis normal dan abnormal. Namun, penelitian tentang vitamin D pada anak dengan leukemia masih sedikit. Dari beberapa penelitian yang telah ada menunjukkan kadar vitamin D pada pasien leukemia berada pada level defisiensi dan insufisiensi.Tujuan. Mengetahui status vitamin D pada pasien leukemia akut di Rumah Sakit Umum Pusat M. Djamil, Padang.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada 53 pasien anak yang baru terdiagnosis leukemia akut dari bulan Mei 2018 hingga Mei 2019. Dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D di laboratorium dan pengumpulan data karakteristik pasien.Hasil. Didapatkan 30 (56,6%) pasien berjenis kelamin laki-laki, rentang umur paling banyak usia 1-10 tahun. Status gizi kurang terdapat pada 47 (88,7%) pasien. Diagnosis leukemia limfoblastik akut didapatkan 47 (88,7%) pasien. Gejala klinis terbanyak adalah demam (96,2%), pucat (96,2%), hepatomegali (92,5%). Pasien mendapatkan paparan matahari > 30 menit sebanyak 86,8%. Rerata kadar vitamin D pada pasien leukemia akut adalah 24,01±7,91 ng/ml. Status vitamin D pada pasien leukemia akut 50,9% berada pada rentang insufisiensi.Kesimpulan. Status vitamin D pada pasien leukemia akut di RSUP M. Djamil berada pada rentang insufisiensi.
Pendekatan Tata Laksana Regurgitasi dan Gastro-esophageal Reflux Badriul Hegar
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.62-8

Abstract

Regurgitasi seringkali menyebabkan keadaan tidak nyaman pada bayi dan orangtua. Pendekatan diagnosis dan terapi yang rasional diperlukan agar kualitas hidup bayi dan ibu tetap terjaga. Kriteria diagnosis regurgitasi berdasarkan Kriteria Rome IV. Deteksi alarm sign menjadi bagian pendekatan diagnosis regurgitasi atau gastroesophageal reflux (GER). Alarm signs dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) kemungkinan GER Diseases (GERD) dan kelainan anatomi atau (2) kemungkinan alergi protein susu sapi. Bayi menangis berkepanjangan, iritabel, dan rewel tidak dapat dipakai sebagai gejala satu-satunya untuk menegakkan diagnosis GERD. Beberapa pendekatan terapi direkomendasikan saat ini, yaitu (1) parental reassurance, (2) teknik pemberian minum, (3) thickening milk, (4) alternatif susu formula, (5) posisi bayi, dan (6) tidak memberikan obat. Pemberian small frequent feeding mungkin akan mengurangi frekuensi regurgitasi, tetapi juga akan meningkatkan frekuensi GER. Proton pump inhibitor (PPI) bukan prokinetik sehingga pemberian pada bayi yang mengalami regurgitasi adalah sikap yang tidak rasional. Bayi dengan regurgitasi disertai menangis berkepanjangan tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk memberikan terapi PPI empiris.
Karakteristik Pengguna Media Daring dalam Praktik Berbagi Air Susu Ibu Belinda Layrenshia; Wiyarni Pambudi
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.7-15

Abstract

Latar belakang. Berbagi Air Susu Ibu (ASI) menjadi alternatif solusi apabila ibu tidak bisa menyusui. Penggunaan ASI donor di Indonesia meningkat 3-5 kali lipat tahun 2007-2012, dan sering dilakukan melalui media daring karena tidak adanya bank ASI. Tujuan. Penelitian ini ingin mengenali karakteristik pengguna media daring dan mengetahui pemahaman pendonor/penerima ASI donor terhadap kaidah praktik berbagi ASI. Metode. Penelitian deskriptif ini memiliki desain potong lintang dan pengambilan sampel dilakukan dengan menyebarkan tautan Google Form kepada responden yang melakukan praktik berbagi ASI di media daring seperti Instagram, Facebook, Twitter dan WhatsApp pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021.Hasil. Responden terdiri dari 154 pendonor dan 22 penerima ASI donor, 51,7% di antaranya baru memiliki anak pertama, 77.8% menyandang gelar S1 dan 69% responden adalah ibu bekerja. Dalam hal mengenali pihak pendonor/penerima, 68.2% pendonor dan 90.9% penerima ASI donor menelusuri latar belakang para penerima/pendonor. Jenis kelamin dan agama merupakan informasi yang diberikan 94,8% dan 90.3% pendonor serta ingin diketahui oleh 81,8% dan 72.7% penerima. Kesimpulan. Profil pengguna media daring yang melakukan praktik berbagi ASI di Indonesia terbanyak adalah ibu satu anak, berpendidikan S1 dan bekerja. Pemahaman terhadap kaidah praktik berbagi ASI masih perlu ditingkatkan lagi.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue