cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. jember,
Jawa timur
INDONESIA
FKIP e-PROCEEDING
Published by Universitas Jember
ISSN : 25275917     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 59 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika" : 59 Documents clear
PEACE (PROSPEK IMPLEMENTASI ARTIFICIAL INTELLIGENCE) DALAM NATURAL SCIENCE LEARNING (NSL) BERBASIS AUGMENTED REALITY (AR) DI SEKOLAH M. Nur; Arina Zulfa; Kholida Nailil Muna
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artificial Intelligence merupakan terobosan suatu teknologi yang berkembang pesat di era revolusi industri 4.0. AI mengacu pada simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berfikir seperti manusia dan meniru tindakannya. Salah satu kebermanfaatan AI adalah di bidang pendidikan seperti penggunaan teknologi untuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Teknologi computer vision merupakan cabang dari artificial intelligence dengan memanfaatkan komputer agar menghasilkan produk berbasis teknologi. Salah satu bentuk produk yang dihasilkan dari perkembangan tersebut ialah Augmented Reality (AR). AR adalah salah satu upaya teknologi yang dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual seolah-olah tidak ada batas antar keduanya. Dengan kemampuan tersebut, AR memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Tujuan dari kajian ini adalah menentukan potensi augmented reality dalam natural science learning di sekolah, ditinjau dari tingkat validasi oleh ahli materi dan ahli media, mengidentifikasi penerapannya di berbagai materi dalam IPA, serta menentukan dampaknya. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan meta-analisis. Kajian awal yang dilakukan yaitu pengumpulan berbagai data dari peneliti sebelumnya, menganilis potensinya dengan perhitungan persentase sesuai hasil kajian pustaka kemudian dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram. Kesimpulan yang dihasilkan ialah tingkat kelayakan teknologi augmented reality berturut-turut dibidang Fisika, Biologi, Kimia, dan IPA adalah 85,92%, 86,64%, 90,23%, dan 88,83%. Sehingga rata-rata secara keseluruhan 87,90%. Implementasi AR dalam natural science learning memberikan dampak yang positif dan layak digunakan di sekolah.Kata Kunci: Artificial Intelligence, Natural Science Learning, Augmented Reality.
PENGARUH SUHU DAN WAKTU TERHADAP FERMENTASI BIJI KOPI Dini Febrianti; Sri Handono Budi Prastowo; Bambang Supriadi
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara umum jenis kopi dibagi menjadi dua bagian yakni arabica dan robusta. Tingkat keasaman kopi robusta nilai pH berkisar 6,9, dipengarui oleh waktu fermentasi, sedangkan tingkat keasaman kopi arabica nilai pH berkisar 5,15. Proses fermentasi yakni tahap yang sangat penting dimana proses ini kopi tetap berwarna hijau, dengan kandungan senyawa kimia yang sangat tinggi terutama pada tingkat keasamannya dan berpengaruh pada kelunakan kopi. Pada biji kopi hijau yang diolah dengan metode Wet Process biji lebih lunak dihancurkan atau digiling dibandingkan dengan Dry Process, namun proses ini masih kurang efisiensi waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan sebagai upaya peningkatan senyawa asam klorogenat pada kopi hijau dengan menguji cobakan pengaruh suhu dan waktu fermentasi terhadap kualitas kopi hijau menggunakan metode murni eksperimen tahap fermentasi. Penelitian ini dirancang dengan mnggunakan 2 tahap penelitian secara faktorial suhu fermentasi, terdiri dari 7 tingkat yaitu 260 C - 310 C dengan waktu ditetapkan 4 jam untk penelitian 1. Sedangkan penelitian 2 memakai suhu hasil dari penelitian 1 dimana suhu yang paling baik untuk pH yang tepat pada kopi hijau menggunakan 5 tingkat waktu, yakni 1jam - 5 jam. Hasil penelitian ini ternyata suhu dan waktu mempengaruhi fermentasi.Kata Kunci: suhu, waktu fermentasi, keasaman kopi hijau
PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN MATEMATIKA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA Hari Anggit Cahyo Wibowo; Ahmad Iqbal Majid; Faiz Hasyim
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan instrumen diagnostik kemampuan matematika mahasiswa pendidikan fisika bertujuan untuk mengetahui tingkat keberagaman bekal kemampuan matematika mahasiswa. Selanjutnya berdasarkan hasil diagnostik tersebut pengajar dapat memberikan matrikulasi maupuan desain pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Pengembangan instrumen tes diagnostik ini menggunakan metode pengembangan Four-D dengan empat tahapan utama Pendefinisian (define), Perancangan (design), Pengembangan (develop), dan Penyebaran luasan (disseminate). Hasil validasi konstruk dari pengembangan instrumen ini dapat dikatakan valid, sehingga instrumen dapat digunakan untuk mengukur kemampuan matematika mahasiswa pendidikan fisika.Kata Kunci: pengembangan, instrumen, diagnostik, fisika
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI DENGAN BANTUAN SCAFFOLDING KONSEPTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENALARAN ILMIAH FISIKA SISWA SMA Puji Utami; Supeno Supeno; Singgih Bektiarso
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scientific reasoning atau penalaran ilmiah merupakan suatu kemampuan untuk dapat membantu siswa menyelesaikan persoalan kognitif, mengenalkan kepada siswa mengenai ide yang berubah, serta alasan untuk perubahan ide tersebut. Penalaran ilmiah merupakan suatu keterampilan abad 21 yang sangat penting diajarkan di kelas sains sebagai upaya untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia yang berubah. Pembelajaran fisika di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bernalar siswa melalui hasil pengamatan terhadap fenomena alam yang ada serta dapat menunjukkan alasan yang tepat tentang mengapa dan bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi. Data dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kemampuan penalaran ilmiah yang dimiliki oleh siswa masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan penalaran ilmiah adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Namun, penerapan penalaran ilmiah yang kompleks dengan model pembelajaran inkuiri masih mengalami kesulitan terutama dalam hal melibatkan siswa dalam proses inkuiri. Sehingga peneliti menawarkan solusi dengan membuat LKS berbasis inkuiri dengan bantuan scaffloding konseptual. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan dilaksanakan di kelas XI MIPA di SMA. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis inkuiri disertai scaffolding konseptual dapat digunakan untuk pembelajaran berbasis inkuiri sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan penalaran ilmiah fisika siswa SMA. Kata Kunci : scientific reasoning; scaffolding konseptual; inkuiri
PENGARUH KEMAMPUAN ENERGI PANAS BAHAN CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SERBUK KAYU SENGON TERHADAP KAPASITANSI BAHAN Klyana Ainun Prastika; Sri Handono Budi Prastowo; Alex Harijanto
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan ampas tebu dan serbuk kayu sengon yang dihasilkan oleh pabrik masih belum optimal. Kedua bahan tersebut akan dicampur dengan prosentase yang berbeda menjadi briket arang. Prosentase ampas tebu dan serbuk kayu sengon yang digunakan pada penelitian ini adalah 75%:25%, 50%:50%, dan 25%:75%. Kemampuan energi panas dari briket arang berpengaruh pada nilai kapasitansi bahan. Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahan campuran ampas tebu dan serbuk kayu sengon dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Selain itu, bertujuan untuk mengetahui kemampuan energi panas dengan menggunakan nilai kapasitansi bahan. Pada penelitian ini akan menggunakan dua metode yaitu metode pendidihan air dan metode kapasitansi. Metode pendidihan air digunakan untuk mengetahui kemampuan energi panas bahan campuran ampas tebu dan serbuk kayu sengon dalam bentuk briket arang. Metode kapasitansi dilakukan dengan mengubah bahan campuran menjadi briket arang lalu di jadikan sebagai kapasitor untuk mencari nilai kapasitansi. Hasil dari penelitian ini adalah besar energi panas briket berbanding terbalik dengan nilai kapasitansi. Semakin besar nilai energi panas suatu briket maka nilai kapasitansi semakin kecil dan juga sebaliknya. Bahan campuran yang memiliki prosentase ampas tebu lebih besar dari pada serbuk kayu sengon nilai energi panasnya kecil sedangkan untuk nilai kapasitansinya besar.Kata Kunci : Bahan Campuran, Energi Panas, Kapasitansi Bahan
MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA Ayu Wulansari; Singgih Bektiarso; Supeno Supeno
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Model pembelajaran guided inquiry merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Fakta dilapangan dalam pembelajaran guided inquiry siswa masih merasa kesulitan dalam proses pembelajaran. Untuk mempermudah siswa dalam proses pembelajarannya maka disertai teknik peta konsep. Dimana teknik peta konsep dapat digunakan untuk mengungkapkan konsepsi, menyelidiki apa yang telah diketahui, menolong siswa mempelajari cara belajar, dan sebagai alat evaluasi. Adapun langkah-langkah pembelajaran guided inquiry yaitu mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses inquiry, menyajikan permasalahan inquiry atau kejadian yang tidak sesuai, Meminta siswa merumuskan hipotesis untuk menjelaskan permasalahan atau kejadian, mendorong siswa untuk mengumpulkan data untuk menguji hipotesis, merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan, merefleksikan situasi bermasalah dan proses berpikir yang digunakan untuk menyelidiki. Dengan demikian, siswa dapat dengan memudah memahami materi kaitan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.Kata kunci: model guided inquiry, pembelajaran fisika, peta konsep
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SCIENTIFIC EXPLANATION SISWA SMA Teguh Wijayanto; Supeno Supeno; Singgih Bektiarso
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemampuan penjelasan ilmiah (scientific explanation) adalah suatu kemampuan dalam bernalar yang dapat membantu siswa dalam memahami ilmu pengetahuan dalam hal penyelidikan ilmiah. Terdapat tiga komponen penting yang harus ada dalam penjelasan ilmiah. Komponen tersebut diantaranya klaim, bukti, dan penalaran. Fakta di lapangan membuktikan bahwa siswa memiliki tingkat scientific explanation rendah, dibuktikan dalam menjawab soal penjelasan dimana siswa masih belum bisa memberikan suatu bukti nyata dalam fenomena alam yang memperkuat penjelasan. Siswa cenderung tidak jelas dalam menyampaikan kesimpulan yang telah didapatkan melalui proses penyelidikan. Sehingga perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific explanation siswa. Kemampuan scientific explanation ini dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis penyelidikan yakni Inkuiri. Pembelajaran inkuiri secara terstruktur adalah suatu model pembelajaran inkuiri dengan level terendah sehingga dapat mudah diterapkan terhadap siswa yang belum pernah diberikan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat melatih siswa untuk berpikir secara kritis dengan menemukan atau memecahkan sendiri tentang suatu permasalahan yang telah didapatkan dengan panduan guru. Pada penerapannya diperlukan suatu stimulus berupa LKPD sebagai sarana berlatih siswa dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut diterapkan untuk meningkatkan kemampuan scientific explanation siswa. Implementasi model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat meningkatkan kemampuan scientific explanation siswa.Kata Kunci: scientific explanation, inkuiri terstruktur, LKPD
PENGGUNAAN VIDEO FENOMENA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISTEM KATROL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP Asiyah Handayanti; Sri Handayani; Indrawati Indrawati
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan video fenomena pada materi sistem katrol untuk meningkatkan hasil belajar di SMP. Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan edukatif. Video fenomena termasuk video pembelajaran yang digunakan sebagai media yang cenderung mudah mengingat dan memahami pelajaran karena tidak menggunakan satu jenis indera. Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan design penelitian one group pretest – posttest penelitian ini menggunakan satu kelas yang diberikan perlakuan media pembelajaran berupa video fenomena pada materi Pesawat sederhana bagian katrol. Teknik analisis data perhitungan hasil belajar dengan menggunakan formulasi N- Gain. Hasil penelitian tentang penggunaan video fenomena tentang katrol padabab Pesawat Sederhana di peroleh hasil belajarnya tinggi di uji menggunakan N- Gain dengan mengurangi nilai posttest dan preetest serta di bagi dengan nilai maksimal dan rata-rata nilai pretest mendapatkan hasil 0,7 yang masuk ke kategori tinggi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pembelajaran tentang pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta beserta isinya IPA membahas tentang segala sesuatu yang terjadi di alam ini yang disusun secara sistematis berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Katrol adalah salah satu jenis pesawat sederhana yang mempunyai fungsi untuk bisa memudahkan pekerjaan manusia.Kata Kunci: Video Fenomena, IPA, Katrol
KETIDAKPASTIAN MOMENTUM ATOM DEUTERIUM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETIDAKPASTIAN HEISENBERG PADA BILANGAN KUANTUM n ≤ 3 Bagus Hadi Saputra; Bambang Supriadi; Sri Handono Budi Prastowo
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Deuterium merupakan salah satu isotop atom hidrogen yang memiliki sifat kuantum mirip denganatom hidrogen dengan susunan sederhana, sehingga dalam penyelesaiannya dapat diselesaikan denganpersamaan Schrodinger dalam koordinat bola. Kedudukan elektron dalam atom tidak dapat ditentukandengan pasti, yang dapat ditentukan adalah probabilitas menemukan elektron sebagai fungsi jarak dariinti atom. Probabilitas menemukan elektron didalam atom dapat diketahui berdasarkan fungsigelombang radialnya. Penelitian ini bertujuan menentukan ketidakpastian momentum denganpendekatan ketidakpastian Heisenberg atom deuterium pada bilangan kuantum (n ≤ 3). Jenispenelitian ini adalah penelitian non eksperimen berupa pengembangan teori yang sudah ada. Hasilpenelitian berupa (1) simulasi distribusi probabilitas radial yang memberikan informasi keberadaanelektron dalam atom deuterium, serta menunjukkan bahwa semakin jauh keberadaan elektron dari inti,maka semakin kecil peluang ditemukannya elektron dalam atom deuterium (2) data distribusiketidakpastian momentum bergantung pada bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantumazimuth, serta jarak elektron dari inti atom. Semakin meningkat jarak elektron dari inti atompada bilangan kuantum utama dan azimuth yang sama, maka akan menghasilkan kenaikan simultandalam ketidakpastian posisi radial serta menghasilkan penurunan simultan dalam ketidakpastianmomentum radial, sehingga semakin kecil ketidakpastian (semakin besar kepastian) dalam mengukurposisi yang tepat, semakin tidak akurat momentum partikelnya.Kata kunci: Pendekatan Ketidakpastian Heisenberg, Ketidakpastian Momentun Atom Deuterium,Bilangan Kuantum n ≤ 3.
KOEFISIEN TRANSMISI InN (Indium Nitrit) PENGHALANG TUNGGAL HINGGA PENGHALANG TIGA DENGAN METODE SCHRODINGER Nelly Candra Agustin; Caecarico Imas Wasisto Nugroho; Maulana Andi Pratama
FKIP e-PROCEEDING Vol 4 No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan nilai koefisien transmisi yang dimiliki oleh bahan semikonduktor Indium Nitride InN pada potensial penghalang tunggal hingga rangkap tiga. Tunneling effect merupakan keadaan ketika partikel berenergi memasuki daerah potensial energi sebesar dengan syarat. Resonance Tunneling merupakan fenomena ketika memiliki nilai koefisien transmisi mendekati atau bernilai 1. Koefisien transmisi merupakan probabilitas yang dimiliki oleh partikel untuk dapat menerobos penghalang potensial. Bahan semikonduktor InN memiliki energi gap sebesar 1.9 – 2.05 eV dengan Lattice Constants sebesar 3.533. Metode Schrodinger merupakan metode sederhana yang membandingkan konstanta normalisasi fungsi gelombang transmisi dengan fungsi gelombang datang untuk mendapatkan nilai koefisien transmisi. Pada potensial penghalang tunggal, koefisien transmisi tebesar 94.04 % didapatkan ketika energi partikel 3 eV. Pada potensial penghalang ganda, koefisien transmisi terbesar 100% didapat ketika energi partikel 1.176 eV. Pada potensial penghalang rangkap tiga, koefisien transmisi terbesar 100% didapat ketika energi partikel 0.783 eV dan 1.734 eV.Kata kunci: Koefisien transmisi, tunneling effect, resonance tunneling, metode Schrodinger.