Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH INJEKSI HORMON HUMAN CORIONIC GONADOTROPIN (hCG) TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KEBALI (Oesteochilus Schlegeli Blkr) Eko Dewantoro; Purnamawati .; Rachimi .; Rudi Alfian; Akhmad Fadil
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 8, No 2 (2020): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v8i2.2117

Abstract

The purpose of this study is to determine the optimal dose of hCG homrone on gonad maturation of parent prospective of kebali fish through regular injection. The research was carried out in Aquatic Environment Laboratory of Fisheries and Marine Science Faculty, Universitas Muhammadiyah Pontianak and Floating Net Cage (KJA) in Kelurahan Parit Mayor of Pontianak, that was carried out for 60 days. The expermental design used was a randomized block design (RBD) consisting of 3 groups and each group consisted of 6 treatments. As a treatment is hCG hormone was injected periodically from doses of 0 to 250 IU/kg of fish. Variables observed were Gonad Maturity Level (TKG), Gonado Somatic Index (GSI), Hepato Somatic Index (HSI), fecundity and eggs diameter. The results showed a dose of 150 until 250 IU/kg of fish can reach TKG IV with a greater proportion, a dose of 100 IU/kg of fish can reach TKG III, while the doses below only reach TKG I and II. The average value of HSI in each treatment was 0.74-1.57% and the GSI value is 1.64-4.51% with the highest HSI and GSI achieved at hCG injection with a dose of 150 IU/kg of fish that was with an index value of 1.57% and 4.51% respectively. The average of fish fecundity at hCG hormone doses of 100–150 IU/kg of fish ranged from 11,592–18,059 eggs, with the highest fecundity (18,059 eggs) achieved at the hormone dose of 250 IU/kg of fish. The range of eggs diameter produced after gonad maturation were 0.07–0.37 mm, hCG injection treatments of 150–250 IU/kg generally produces eggs that are 0.24–0.31 mm in size, and the injection dose was 250 IU/kg in part large eggs have a diameter of 0.28–0.31 mm. Water quality during the study was quite supportive for the maturation process of the ovary. Periodic injection of hCG hormone at a dose of 150 IU / kg of fish is the best dose for gonad maturation of kebali fish.
KONDISI PERAIRAN DI SEKITAR KARAMBA JARING APUNG SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK BERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON Rachimi Rachimi; Eko Prasetio; Thanty Ratna Dewi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 2 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.368 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i2.1472

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis plankton serta dapat mengetahui kondisi perairan di karamba jaring apung pada Sungai Kapuas berdasarkan bioindikator plankton. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Peneliti tidak melakukan kontrol dan rekayasa atau manipulasi variabel penelitian. Plankton yang ditemukan di perairan Sungai Kapuas terdiri atas 23 jenis plankton, yang terdiri dari 22 fitoplankton dan 1 zooplankton. Kelimpahan jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 12,244.898-36,054.422 ind/L. Keanekaragaman jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 0,6822-0,3191.Nilai indeks keanekaragaman (H’) di Sungai Kapuas tergolong tidak stabil. Nilai Indeks Dominansi plankton berkisar antara 0,0159-0,1064, nilai indeks dominansi di karamba Sungai Kapuas tergolong rendah, hal ini menunjukan bahwa nilai dominansi tidak ada jenis yang mendominansi. Indeks Keseragaman (E) plankton yang ditemukan berkisar antara 0,2219-0,0804. Perairan Sungai Kapuas secara umum masih tergolong layak untuk kegiatan budidaya berdasarkan parameter plankton dengan dilihat dari parameter fisika dan kimia yang masih mendukung. Kata Kunci :Plankton, Karamba Jaring Apung, Sungai Kapuas
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragnans Houtt) SEBAGAI ANESTESI DALAM PROSES TRANSPORTASI SISTEM BASAH CALON INDUK IKAN BELIDA (Notopterus chitala ) Dayatino .; Eka Indah Raharjo; Rachimi .
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.383 KB) | DOI: 10.29406/rya.v1i1.232

Abstract

Penelitian ini di laksanakan di BBI Kelansin Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu dari 31 Juli sampai 6 Agustus 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kosentrasi optimal dari ekstrak biji pala yang dapat digunakan sebagai ansestasi untuk calon Induk ikan belida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan meliputi A.0(kontrol),B. 3ppm C.5ppm dan D 7ppm. Sebagai unit percobaan calon induk ikan belida dengan ukuran 400-600 gram yang diangkut dengan mobil selama 12 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada masa induksi konsentrasi tercepat untuk memingsankan ikan belida adalah 7 ppm dengan waktu 7 menit. Untuk masa sedatif yang tercepat terhadap penyadaran ikan belida adalah dengan konsentrasi 3 ppm.Sedangkan kelangsungan hidup tertinggi terlihat pada konsentrasi 3 ppm dengan kelangsungan hidup 83,33%, dan tingkat kelangsungan hidup terendah terlihat pada perlakuan D (7 ppm) yaitu 16,67%. Konsentrasi ekstrak biji pala yang optimal untuk  pengangkutan ikan belida ukuran 400-600 adalah 3 ppm.Kata Kunci: Ekstrak Biji Pala, ikan belida, Anestasi
EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN JELAWAT (Leptobarus hoevenni) YANG DIINFEKSI DENGAN BAKTERI Aeromonas hydrophila Meriyanti .; Rachimi .; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v2i1.1983

Abstract

Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila merupakan penyebab Motile Aeromonad Septicemia (MAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap kelangsungan hidup ikan jelawar (Leptobarus hoevenni)  yang di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (KN 0 ml), B (KP 0 ml dan injeksi bakteri), C (20 ml ekstrak daun sirih/100 g pakan ), D (30 ml ekstrak daun sirih/100 g pakan) dan E (40 ml ekstrak daun sirih/100 g pakan ). Ikan di Uji tantang tantang dilakukan dengan menyuntikan suspensi bakteri Aeromonas hydrophila dengan dosis 108 sel/cfu sebanyak 0,1 ml secara intramuscular. Variabel pengamatan meliputi gejala klinis, perubahan bobot,proses recovery dan kelangsungan hidup.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan pelet dengan ekstrak daun sirih terbukti efektif untuk mengobati infeksi Aeromonas hydrophila. pengobatan E (40 ml ekstrak daun sirih/ 100 g pakan) adalah pengobatan yang paling efektif untuk meningkatan kelangsungan hidup dan penyembuhan ikan jelawat yang terinfeksi bakteri aeromonas hydrophila  dengan nilai perubahan bobot 1,87 gram dan kelangsungan hidup 93,33 %.Kata kunci: Sirih, Ikan jelawat, Aeromonas hydrophila
PENGARUH SUHU PEMBIUSAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulata sinensis) SELAMA TRANSPORTASI SISTEM KERING SUHU RENDAH Riski Indra Ismandar; Eko Dewantoro; Rachimi .
Jurnal Borneo Akuatika Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v2i1.1631

Abstract

Jenis crustasea yang termasuk primadona ekspor ialah udang red cherry (Neocaridina denticulate sinensis). Dalam jumlah banyak, udang ini menarik untuk dilihat karena warnanya sangat cerah sehingga banyak digunakan dalam akuascaping. Sebagai komodita ekspor, transportasi ke daerah tujuan harus mendapat perhatian khusus, sehingga udang yang di kirim memiliki kelangsungan hidup yang tinggi dan sehat.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu pembiusan yang tebaik bagi pengangkuran udang red cherry. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan 4 perlakuan dan 3 Ulangan, dengan suhu sebagai perlakuan yaitu A (13o C), B (15o C), C (17o C) dan D (19o C). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), variabel pengamatan tingkat kelangsungan hidup, perubahan bobot dan waktu induksi, pengamatan tingkah laku udang sebelum dan sesudah pembiusan dan pengamatan waktu sedatif, Analisis data menggunakan deskriptif. Tingkat kelangsungan hidup terbaik yaitu pada perlakuan B (13o C) yaitu (76,67). Perubahan bobot udang red cherry yaitu pada perlakuan A (13o C) dengan hasil (0,1 mg), dan waktu induksi tercepat yaitu pada perlakuan A (13o C) dengan waktu (203 detik).Kata Kunci:udang red cherry; suhu; pembiusan; transportasi sistem kering
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI VIRUS KHV (KOI HERVES VIRUS) PADA IKAN MAS (CPYRINUS CARPIO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) Syarif Aprianto; Rachimi .; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v2i1.1987

Abstract

Ikan mas(Cyprinus carpio) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan mas atau Ikan karper adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Pontianak sendiri ikan mas adalah jenis ikan budidaya keramba serta kolam, ikan ini digemari para pembudidaya karena selain mudah untuk pembesarannya, ikan mas tahan terhadap perubahan kualitas air yang sangat cepat. Virus merupakan HPIK ( Hama Penyakit Ikan Karantina) golongan satu (1) berdasarkan Kepmen karantina ikan no 26 tahun 2013. Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi KHV pada bagian insang ikan terjadi necrosis. Pemeriksaan virus dapat di identifikasi dengan beberapa cara diantaranya menggunakan metode PCR (Polymerase chain reaction. KHV yang juga dikenal sebagai Cyprinid herpesvirus-3 (CyHV-3) merupakan virus yang menginfeksi ikan mas dan ikan koi pada lingkungan budidaya maupun alam liar. Pada pemeriksaan dan identifikasi KHV yang dilakukan saat penelitian antara lain pemeriksan gejala klinis, pemeriksaan organ insang, identifikasi KHV, tingkat prevalensi, penyebaran serangan dan analisa kualitas air. Inilah rangkaian alur pemeriksaan virus KHV pada ikan mas yang dilakukan di SKIPM Kelas I Pontianak
KONDISI PERAIRAN DI SEKITAR KARAMBA JARING APUNG SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK BERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON Rachimi Rachimi; Eko Prasetio; Thanty Ratna Dewi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 2 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.368 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i2.1472

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis plankton serta dapat mengetahui kondisi perairan di karamba jaring apung pada Sungai Kapuas berdasarkan bioindikator plankton. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Peneliti tidak melakukan kontrol dan rekayasa atau manipulasi variabel penelitian. Plankton yang ditemukan di perairan Sungai Kapuas terdiri atas 23 jenis plankton, yang terdiri dari 22 fitoplankton dan 1 zooplankton. Kelimpahan jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 12,244.898-36,054.422 ind/L. Keanekaragaman jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 0,6822-0,3191.Nilai indeks keanekaragaman (H’) di Sungai Kapuas tergolong tidak stabil. Nilai Indeks Dominansi plankton berkisar antara 0,0159-0,1064, nilai indeks dominansi di karamba Sungai Kapuas tergolong rendah, hal ini menunjukan bahwa nilai dominansi tidak ada jenis yang mendominansi. Indeks Keseragaman (E) plankton yang ditemukan berkisar antara 0,2219-0,0804. Perairan Sungai Kapuas secara umum masih tergolong layak untuk kegiatan budidaya berdasarkan parameter plankton dengan dilihat dari parameter fisika dan kimia yang masih mendukung. Kata Kunci :Plankton, Karamba Jaring Apung, Sungai Kapuas
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragnans Houtt) SEBAGAI ANESTESI DALAM PROSES TRANSPORTASI SISTEM BASAH CALON INDUK IKAN BELIDA (Notopterus chitala ) Dayatino .; Eka Indah Raharjo; Rachimi .
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.383 KB) | DOI: 10.29406/rya.v1i1.232

Abstract

Penelitian ini di laksanakan di BBI Kelansin Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu dari 31 Juli sampai 6 Agustus 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kosentrasi optimal dari ekstrak biji pala yang dapat digunakan sebagai ansestasi untuk calon Induk ikan belida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan meliputi A.0(kontrol),B. 3ppm C.5ppm dan D 7ppm. Sebagai unit percobaan calon induk ikan belida dengan ukuran 400-600 gram yang diangkut dengan mobil selama 12 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada masa induksi konsentrasi tercepat untuk memingsankan ikan belida adalah 7 ppm dengan waktu 7 menit. Untuk masa sedatif yang tercepat terhadap penyadaran ikan belida adalah dengan konsentrasi 3 ppm.Sedangkan kelangsungan hidup tertinggi terlihat pada konsentrasi 3 ppm dengan kelangsungan hidup 83,33%, dan tingkat kelangsungan hidup terendah terlihat pada perlakuan D (7 ppm) yaitu 16,67%. Konsentrasi ekstrak biji pala yang optimal untuk  pengangkutan ikan belida ukuran 400-600 adalah 3 ppm.Kata Kunci: Ekstrak Biji Pala, ikan belida, Anestasi
PENGARUH INJEKSI HORMON HUMAN CORIONIC GONADOTROPIN (hCG) TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KEBALI (Oesteochilus Schlegeli Blkr) Eko Dewantoro; Purnamawati .; Rachimi .; Rudi Alfian; Akhmad Fadil
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 8, No 2 (2020): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (657.1 KB) | DOI: 10.29406/jr.v8i2.2117

Abstract

The purpose of this study is to determine the optimal dose of hCG homrone on gonad maturation of parent prospective of kebali fish through regular injection. The research was carried out in Aquatic Environment Laboratory of Fisheries and Marine Science Faculty, Universitas Muhammadiyah Pontianak and Floating Net Cage (KJA) in Kelurahan Parit Mayor of Pontianak, that was carried out for 60 days. The expermental design used was a randomized block design (RBD) consisting of 3 groups and each group consisted of 6 treatments. As a treatment is hCG hormone was injected periodically from doses of 0 to 250 IU/kg of fish. Variables observed were Gonad Maturity Level (TKG), Gonado Somatic Index (GSI), Hepato Somatic Index (HSI), fecundity and eggs diameter. The results showed a dose of 150 until 250 IU/kg of fish can reach TKG IV with a greater proportion, a dose of 100 IU/kg of fish can reach TKG III, while the doses below only reach TKG I and II. The average value of HSI in each treatment was 0.74-1.57% and the GSI value is 1.64-4.51% with the highest HSI and GSI achieved at hCG injection with a dose of 150 IU/kg of fish that was with an index value of 1.57% and 4.51% respectively. The average of fish fecundity at hCG hormone doses of 100–150 IU/kg of fish ranged from 11,592–18,059 eggs, with the highest fecundity (18,059 eggs) achieved at the hormone dose of 250 IU/kg of fish. The range of eggs diameter produced after gonad maturation were 0.07–0.37 mm, hCG injection treatments of 150–250 IU/kg generally produces eggs that are 0.24–0.31 mm in size, and the injection dose was 250 IU/kg in part large eggs have a diameter of 0.28–0.31 mm. Water quality during the study was quite supportive for the maturation process of the ovary. Periodic injection of hCG hormone at a dose of 150 IU / kg of fish is the best dose for gonad maturation of kebali fish.