Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN PERSEPSI MASYARAKAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KELAS A, KELAS B DAN KELAS C KOTA BANDUNG Lili Mulyatna; Deni Rusmaya; Deri Baehakhi
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 1 No. 1 (2017): Vol. 1 No.1. September 2017
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.552 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v1i1.1363

Abstract

Kebisingan di lingkungan rumah sakit merupakan suatu permasalahan yang cukup serius dan harus diperhatikan. Sesuai dengan fungsinya rumah sakit merupakan tempat untuk merawat orang yang sakit, maka lingkungan rumah sakit sangat membutuhkan suasana yang tenang, nyaman dan terbebas dari kebisingan. Usaha untuk menanggulangi kebisingan di rumah sakit dapat dilakukan dengan cara penanggulangan kebisingan pada sumbernya, jejak perambatannya serta pada penerimanya. Untuk mengetahui unsur-unsur tersebut maka dilakukan penelitian ini agar dapat mengetahui tingkat kenyamanan para pekerja maupun pasien berdasarkan kualitas tingkat kebisingan rumah sakit. Salah satu upaya untuk mengetahui tingkat kenyamanannya yang dilakukan adalah membuat kuisioner yang ditujukan kepada pasien, dokter, perawat serta karyawan. Dipilih tiga rumah sakit yaitu RSUP Hasan Sadikin, Rumah Sakit Advent Bandung dan Rumah Sakit Santo Yusup karena ketiga rumah sakit tersebut berdekatan dengan jalan raya, pasar dan pusat perbelanjaan lainnya. Hasil kuisioner menunjukan bahwa 53,84% responden di Rumah Sakit Hasan Sadikin, 46,15% responden di RumahSakit Advent Bandung dan 66,67% responden di Rumah Sakit Santo Yusup merasakan kebisingan. Sumber bising yang paling besar dari RSHS dan RS Santo Yusup yaitu percakapan, sedangkan di RSAB sumber bising yang paling besar itu dari kendaraan bermotor karena dekat sekali dengan jalan raya. Di setiap Rumah Sakit didapat data berdasarkan responden bahwa kebisingan yang berlangsung tidak terjadi secara terus menerus dan ada pada saat-saat tertentu terutama pada jam besuk pasien. Dari persepsi para responden di ketiga rumah sakit tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang berada di rumah sakit baik itu dokter, perawat, karyawan maupun pasien mereka masih merasakan kebisingan, namun kebisingan tersebut terjadi pada saat-saat tertentu seperti pada saat jam besuk jadi intensitas kebisingannya tidak terus-menerus
Determination of Tebing Keraton Recreation Demand Functions With Travel Cost Method Deni Rusmaya; Astri Widiastuti Hasbiah; Tsabit Walad al Wahad
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 6 No. 1 (2022): Vol. 6 No.1. March 2022
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.531 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v6i1.5346

Abstract

Forest recreation services as additional products that are intangible. It can not be quantified because it does not have a price on the normal market system. It underlies a study to determine the economic value of recreation, with case studies Tebing Keraton using the Individual Travel Cost Method. Analysis of data obtained from questionnaires using data processing equipment SPSS version 21 with multiple linear regression method to get the Tebing Keraton recreation demand functions. The variables that influence the number of visits are travel cost, total income, age, mileage, and gender. Coefficient values of variables determine the trend in increasing or decreasing the number of tourist visits. In this study, the demand functions divided into two recreational functions for students/scholar and for working people considering total income per month category. Based on the regression results, demand functions for students/scholar, is Y=-2.179–0.0000347X1+0.286X2+0.159X3-0.0000794X4-0.267X5, and for working people is Y=1.994–0.00000164X1+0.53X2-0.32X3-0.003X4-0.334X5. The regression result obtained a coefficient of determination (R2) that the percentage of the diversity of demand number of visits to Tebing Keraton which can be explained by the independent variables in the model. R2 value of model for students/scholar is 67.1%, which is more than 0.5, showing the moderate accuracy. While for working people, the value of R2 is 48.9%, which is in the range of 0.31 – 0.5, indicate the weak accuracy.
PENENTUAN FASILITAS SANITASI BERDASARKAN PERSEPSI SANTRI DI TAHFIDZ QUR’AN MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ASSALAM KOTA BANDUNG Deni Rusmaya; Anni Rochaeni; Nike Purnama Dewi
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 3 No. 1 (2019): Vol. 3 No.1, Maret 2019
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.995 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v3i1.1497

Abstract

Kegiatan yang melibatkan sanitasi di pondok pesantren merupakan hal yang harus diperhatikan agar kualitas kesehatan dan lingkungan tersebut tetap terjaga dengan baik. Salah satu pondok pesantren yang memiliki santri relatif banyak di Bandung adalah Tahfidz Qur’an Madrasah Tsanawihyah (MTS) Assalam. Pemeliharaan kesehatan dan lingkungan di MTS Assalam harus disertai dengan perencanaan dengan fasilitas kesehatan yang baik. Kajian ini dilakukan untuk merencanakan fasilitas sanitasi berdasarkan persepsi santri di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an MTS Assalam, Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah menyebarkan kuisioner terhadap responden, yaitu santri, berjumlah 72 orang. Hasil survey ini memperlihatkan bahwa dominasi persepsi santri (71%) terhadap fasilitas penanganan air limbah tergolong resiko sedang, terhadap drainase paling dominan (50%) tergolong resiko rendah, terhadap pengelolaan sampah dominan (55%) tergolong resiko sedang. Secara keseluruhan, dominasi persepsi santri sebanyak 71% menggolongkan fasilitas sanitasi pada resiko sedang. Dari persepsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perlu ditingkatkan kondisi sanitasi di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an MTS Assalam dengan merencanakan fasilitasnya dengan baik secara kuantitas dan kualitas.
KAJIAN MENGENAI PANDANGAN PENGGUNA TERHADAP SARANA SANITASI DI SMK NEGERI COMPRENG, KABUPATEN SUBANG Deni Rusmaya; Hary Pradiko; Reviardi Redi Nugroho
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 3 No. 1 (2019): Vol. 3 No.1, Maret 2019
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.749 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v3i1.1498

Abstract

Sarana sanitasi sekolah merupakan kebutuhan penting yang harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya untuk menjaga kondisi lingkungan dan kesehatan tetap baik dan terjaga. SMK Negeri Compreng merupakan satu-satunya sekolah kejuruan yang terdapat di Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di SMK Negeri Compreng berkaitan dengan fasilitas sanitasi berdasarkan pandangan penggunanya. Metode yang digunakan adalah penyebaran kuisioner terhadap pengguna fasilitas sanitasi. Berdasarkan survey tersebut, diperoleh bahwa sebanyak responden 79,4% berpendapat fasilitas air bersih layak. Sedangkan terhadap fasilitas air limbah, terdapat 62,9% responden yang berpendapat fasilitas tersebut layak. Responden yang menyatakan bahwa fasilitas drainase layak hanya 32,4%, sedangkan yang menyatakan bahwa fasilitas pengelolaan sampah layak adalah 40,8%. Dilihat secara keseluruhan fasilitas sanitasi, sebanyak 54% responden menyatakan masih layak digunakan. Hasil kajian memperlihatkan bahwa prioritas perbaikan fasilitas sanitasi adalah pada sarana drainase dan pengelolaan sampah.
PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PENGHUNI PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD KAWASAN SANTRI PUTRA TERHADAP SANITASI Astri Widiastuti Hasbiah; Deni Rusmaya; Ade Saputra
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 3 No. 1 (2019): Vol. 3 No.1, Maret 2019
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (938.054 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v3i1.1499

Abstract

Pesantren Al-Ittihad yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat merupakan sarana pendidikan dengan fasilitas asrama bagi santri-santrinya. Kegiatan di asrama memiliki kemiripan dengan kegiatan domestik jika ditinjau dari segi sanitasinya. Untuk mempertahankan kualitas hidup dan belajar para santri, diperlukan kondisi fasilitas sanitasi yang memadai dari segi kualitas dan kuantitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi fasiltas sanitasi di kawasan santri putra Pesantren Al-Ittihad berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada penghuninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana air bersih dan air minum masih baik, secara kualitas maupun kuantitas. Sarana air limbah masih mencukupi namun memerlukan saluran untuk pengolahan grey water. Saluran drainase sudah tersedia dengan baik, namun perlu peningkatan pemeliharaan agar tidak terjadi pendangkalan atau tertutup sampah. Dalam pengelolaan sampah, walaupun sudah terdapat pemilahan, namun masih terdapat sisa sampah yang tidak ditangani dengan baik, terutama di sekitar tempat pembuangan sampah sementara.
PLANNING OF DOMESTIC WASTEWATER FACILITIES (CASE STUDY: BABAKAN VILLAGE, CIPARAY DISTRICT, BANDUNG REGENCY) Deni Rusmaya; Evi Afiatun; Muhammad Al Hadad
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 5 No. 2 (2021): Vol. 5 No.2. September 2021
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.466 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v5i2.3895

Abstract

Babakan Village has a problem that there is still a lack of facilities for wastewater. This condition can be seen from the access to the toilets of 2436 households; only around 1506 families have access to family/ shared latrines and 625 households that meet technical requirements. For this reason, this plan is useful for increasing access and meeting community needs for domestic wastewater treatment facilities in the study area. This planning stage begins with a survey and sanitation inspection to determine 3 priority areas for handling. Determinants of this priority area use the method of scoring and weighting the risk. The weighting results put sub village 02 with a score of 2.3, sub village 05 with a score of 2.25, and RW 10 with a risk value of 2 as the priority area for planning handlers. Primary data collected will be used as a consideration for determining the technology to be applied. The technology chosen for processing is the communal septic tank for people who do not have treatment. In contrast, for the washing bath, toilet with a biofilter unit for people who do not have wastewater infrastructure.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT DI PESANTREN PUTRI AL-ITTIHAD, KABUPATEN CIANJUR Astri Widiastuti Hasbiah; Deni Rusmaya; Damar Apriani
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 3 No. 1 (2019): Vol. 3 No.1, Maret 2019
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.395 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v3i1.1495

Abstract

Pemenuhan fasilitas sanitasi merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam kehidupan domestik manusia. Sebagai asrama yang ditempati oleh santri, Pesantren Putri Al-Ittihad harus menjaga fasilitas sanitasinya guna menjaga kesehatan para santri putrinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sanitasi di pesantren tersebut serta menganalisis kebutuhan air minum dan fasilitas sanitasi yang diperlukan dalam kegiatan keseharian santrinya. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah pengamatan lapangan serta wawancara kepada 95 santri sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kualitas, air bersih masih dapat diterima santri karena tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, namun secara kuantitas masih belum memenuhi dan perlu ditambah dari sumber air berupa mata air yang terletak di sekitar pesantren. Pengelolaan sampah belum optimal karena sampah organik belum dimanfaatkan. Jika kegiatan pengomposan dilakukan, maka perlu rumah pengomposan dengan luas 13,5 m3. Terdapat 137 ruang mandi yang disediakan untuk 1785 santri. Berdasarkan ketentuan dan perhitungan, jumlah MCK seharusnya minimal 179 ruang. Fasilitas dan teknologi lain yang perlu disediakan adalah lubang biopori untuk mengatasi genangan dan septic tank untuk mengolah air limbah.
PERENCANAAN JALUR PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN BOGOR, KOTA BOGOR, DAN KOTA DEPOK MENUJU STASIUN PENGUMPUL ANTARA (SPA) Deni Rusmaya; Anni Rochaeni; Hendra Mulyana
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 2 No. 1 (2018): Vol. 2 No.1, Maret 2018
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.382 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v2i1.1450

Abstract

Sampah merupakan sisa kegiatan manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa di ketiga daerah rencana (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok) sudah tidak memiliki TPA yang layak. Oleh karena itu pihak provinsi menyediakan TPA terpadu yang dapat melayani ketiga daerah tersebut. maka diperlukannya perencanaan jalur operasional menuju TPA terpadu tersebut. Perencanaan jalur dibuat menuju Stasiun Pengumpul Antara (SPA) terlebih dahulu sebelum menuju TPA. Perencanaan ini dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu jumlah timbulan sampah sampai akhir tahun perencanaan kemudian menganalisa jalur existing yang ada dan membuat jalur yang baru. Dari hasil penelitian didapat timbulan sampah yang terlayani sampai akhir tahun perencanaan yaitu Kabupaten Bogor mencapai 12.845,30 m3/hari dengan persentase pelayanan 58 % untuk daerah domestik. Sedangkan timbulan sampah non domestik akan mencapai 3.537,51 m3/hari dengan persen pelayanan 100 %. Kota Bogor mencapai 6.824,86 m3/hari dengan persentase pelayanan 100 % untuk daerah domestik. Sedangkan timbulan sampah non domestik akan mencapai 219,47 m3/hari dengan persen pelayanan 100 %. Dan Kota Depok mencapai 11.179,43 m3/hari dengan persentase pelayanan 87 % untuk daerah domestik. Sedangkan timbulan sampah non domestik akan mencapai 395,32 m3/hari dengan persen pelayanan 100 %. Dari hasil pengamatan di lapangan, maka dibuat jalur terbaik menurut waktu dan jarak tempuh pengumpulan dan pengangkutan. Dalam perencanaan ini dilakukan juga analisa terhadap data dan perhitungan yang mengacu pada literatur dan dengan rumus-rumus yang ada dapat pula dihitung proyeksi kebutuhan armada sampai akhir tahun perencanaan.
Removal of Reactive Yellow 4R Azo Dye from Synthetic Aqueous Solution by Alkali Hydrothermally Activated Fly Ash Fadjari Lucia Nugroho; Deni Rusmaya; Angela Deviliana
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 54 No. 3 (2022)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2022.54.3.12

Abstract

Dye-containing wastewater affects the aesthetic quality, transparency and gas solubility of natural water bodies, hence colored wastewater must be treated before being discharged. Physical removal of dyes from wastewater can be achieved using activated carbon. However, this technique is expensive, so there is a need to find less expensive alternatives. A waste product generated from coal-fired plants known as fly ash is a sorbent that can be used to remove pollutants from solution. This study investigated the effectiveness of using alkali (NaOH) hydrothermally activated fly ash to remove Reactive Yellow 4R azo dye from synthetic aqueous solution. Na2O in alkali hydrothermally activated fly ash increases thirteen-fold. SEM observations revealed that the raw fly ash consisted of smooth round shaped particles, whereas the activated fly ash was composed of granular crystalline particles. Batch adsorption experiments of the dye at 25 °C showed that increasing the activated fly ash quantity (0.5 to 3.5 g) increased the removal efficiency from 30% to 39.3%. The Freundlich isotherm adsorption model best described the adsorption of Reactive Yellow 4R dye by alkali hydrothermally activated fly ash with KF = 1.49 x 10-21 mg/g. The dye adsorption kinetics by activated fly ash followed the Lagergren pseudo second order model, with calculated qe = 2.65 mg/g; k2 = 0.06 g/mg; and calculated h = 0.42 mg/g min‑1. Dye removal occurred primarily through surface adsorption and very little through intra-particle diffusion.
IDENTIFIKASI MIKROORGANISME PADA EM1 DAN MUDBALL (DEDAK PADI, TANAH LIAT DAN EM1) YANG DIGUNAKAN DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI BUATAN Fadjari Lucia Nugroho; Deni Rusmaya; Muthia Damayanti
INFOMATEK Vol 19 No 2 (2017): Volume 19 No. 2 Desember 2017
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.99 KB) | DOI: 10.23969/infomatek.v19i2.631

Abstract

Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan. Semua mahluk hidup memerlukan air untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Air sungai termasuk salah satu bentuk badan air permukaan yang banyak digunakan oleh masyarakat. Namun sangat disayangkan bahwa dengan berjalannya waktu sungai tidak hanya digunakan sebagai sumber air tetapi juga tempat untuk membuang air limbah termasuk limbah domestik. Masih banyak yang secara langsung membuang air limbah domestik ke sungai, seperti halnya yang dialami sungai Cikapundung di Kota Bandung. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Salah satu upaya penanggulangan penurunan kualitas air sungai akibat pencemaran oleh limbah domestik adalah dengan menyisihkan langsung kontaminan dari air sungai dengan menggunakan Mudball yang terbuat dari dedak padi, tanah liat dan EM1 aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang terkandung dalam EM1 aktif dan Mudball. Identifikasi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan morfologi melalui pewarnaan Gram dan pewarnaan spora, sedangkan identifikasi jamur juga dilakukan dengan pemerikasaan morfologi preparaat basah. Hasil menunjukkan adanya perbedaan jenis mikroorganisme yang ditemukan pada EM1 aktif dengan yang ditemukan di Mudball di mana bakteri pada EM1 aktif teridentifikasi sebagai Bacillus sp sedangkan pada Mudball bakteri yang ditemukan berbentuk baksil, Gram negatif dan tidak berspora sehingga tidak termasuk jenis Bacillus sp. Jamur yang teridentifikasi adalah Bipolaris sp pada EM1 aktif dan Mucor sp pada Mudball.