Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

IMPLEMENTASI WHOLE LANGUAGE APPROACH SEBAGAI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA AWAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD NON FORMAL Meha, Nehru; Roshonah, Adiyati Fathu
Jurnal Pendidikan Vol 15 No 2 (2014)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted to implementa holistic approach to language (whole language approach) as the development of early language learning model of children aged 5-6 years in Non-Formal early childhood. As commonly known, ordinary people generally narrows aspects of language learning on only one small part of language development include reading and writing. On the other hand, the whole language approach has not been widely known specially applied nearly language learning in early childhood Non-Formal, but if implemented correctly and consistently, this approach is able to foster interest in literacy children naturally and fun. Whole language has been implemented nearly childhood language learning in developed countries that have a high interest in literacy. This study used action research methods by giving the action in each cycle from planning, action, observation, and reflection. This research was carried out in Non-Formal Childhood Education Mawar in South Tangerang January to July 2014. The subjects of this study consisted of 10 children aged 5-6 years were selected based on the observation of pre-cycle. The results of observations processed through data analysis techniques with descriptive statistics, namely to find the percentage and the average value of the initial improvements in language skills acquired through observation, interviews and discussions, as well as document review. The results showed that the implementation of the whole language approach that include simmertion, demonstration, expectation, responsibility, employment, approximation, feedback can improve early reading skills of young children. Based on pre-cycle observations initially beginning literacy percentage of 30.25% is still a child. In the first cycle after the action as much as7 times the meeting obtained by an increase in the percentage amounted to 85.50%. Based on these data showed an increase in the percentage of literacy of the observation of pre-cycle by 55.25%.The implications of this study are expected to approach whole language can be used as the development of early language learning model early childhood 5-6 years in Non-Formal early childhood, because it is natural and fun and developmentally age children. Penelitian ini dilakukan untuk mengimplementasikan pendekatan bahasa holistik (whole language approach) sebagai pengembangan model pembelajaran berbahasa awal anak usia 5-6 tahun di PAUD Non Formal. Sebagaimana lazim diketahui, masyarakat awam umumnya menyempitkan aspek pembelajaran berbahasa hanya pada salah satu bagian kecil perkembangan bahasa meliputi membaca dan menulis. Di sisi lain, pendekatan whole language belum banyak diketahui apalagi diterapkan di dalam pembelajaran berbahasa awal anak usia dini di PAUD Non Formal, padahal apabila diimplementasikan secara benar dan konsisten pendekatan ini mampu menumbuhkan minat literasi (keaksaraan) anak secara alamiah dan menyenangkan. Whole language telah diterapkan dalam pembelajaran berbahasa anak usia dini di negara-negara maju yang memiliki minat literasi tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) dengan memberikan tindakan pada setiap siklus mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Non Formal Mawar Tangerang Selatan pada bulan Januari sampai Juli 2014. Subyek penelitian ini terdiri dari 10 orang anak usia 5-6 tahun yang dipilih berdasar hasil observasi pra siklus. Hasil observasi diolah melalui tekhnik analisis data dengan statistik deskriptif, yaitu mencari persentase dan nilai rata-rata peningkatan kemampuan berbahasa awal yang diperoleh melalui observasi, interview dan diskusi, serta kajian dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan whole language yang meliputi immertion, demonstration, expectation, responsibility, employment, approximation, and feedbackdapat meningkatkan kemampuan membaca awal anak usia dini. Berdasarkan observasi pada pra siklus pada awalnya persentase kemampuan membaca permulaan anak masih sebesar 30,25%. Pada siklus I setelah dilakukan tindakan sebanyak 7 kali pertemuan diperoleh peningkatan persentase menjadi sebesar 85,50%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan peningkatan persentase kemampuan membaca dari hasil observasi pra siklus sebesar 55,25%. Implikasi dari penelitian ini diharapkan pendekatan whole language dapat dijadikan sebagai pengembangan model pembelajaran berbahasa awal anak usia dini 5-6 tahun di PAUD Non Formal, karena sifatnya yang alamiah dan menyenangkan serta seusia dengan tahapan perkembangan anak.
Dampak Pelatihan “Count Me In” Bagi Penguatan Kerelawanan (Volunteering) dalam Civil Society Organization (CSO) Adiyati Fathu Roshonah; Tjahjo Suprajogo; Agus Yuniawan Isyanto; Diah Andika Sari
AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman Vol 7 No 1 (2020): Juli 2020
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M), STIT Islamiyah Karya Pembangunan Paron, Ngawi, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.992 KB) | DOI: 10.53627/jam.v7i1.3923

Abstract

Public education has a strategic position in developing human resources and encouraging the improvement of the quality of education through the principle of lifelong education. Although the scope is not as intensive as formal education, its role cannot ignore in the effort to educate the nation's life. Community education involves many individuals in Civil Society Organizations (CSO). One way to increase the capacity and capability of human resources in organizations is through training activities (training). NICE Foundation Indonesia has filled out Count Me In Training for volunteers who have been contributing to community education. This study conduct to evaluate the Count Me In Training of 10 (ten) CSOs using the Kirkpatrick & Kirkpatrick Four Level Evaluation Model. The results showed objectives Count Me In Training achieved as evidenced by an increase in knowledge and changes in the behaviour of participants, as well as an increase in individual and organizational performance in volunteerism management
IMPLEMENTASI WHOLE LANGUAGE APPROACH SEBAGAI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA AWAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD NON FORMAL Nehru Meha; Adiyati Fathu Roshonah
Jurnal Pendidikan Vol. 15 No. 2 (2014)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.767 KB) | DOI: 10.33830/jp.v15i2.415.2014

Abstract

This study was conducted to implementa holistic approach to language (whole language approach) as the development of early language learning model of children aged 5-6 years in Non-Formal early childhood. As commonly known, ordinary people generally narrows aspects of language learning on only one small part of language development include reading and writing. On the other hand, the whole language approach has not been widely known specially applied nearly language learning in early childhood Non-Formal, but if implemented correctly and consistently, this approach is able to foster interest in literacy children naturally and fun. Whole language has been implemented nearly childhood language learning in developed countries that have a high interest in literacy. This study used action research methods by giving the action in each cycle from planning, action, observation, and reflection. This research was carried out in Non-Formal Childhood Education Mawar in South Tangerang January to July 2014. The subjects of this study consisted of 10 children aged 5-6 years were selected based on the observation of pre-cycle. The results of observations processed through data analysis techniques with descriptive statistics, namely to find the percentage and the average value of the initial improvements in language skills acquired through observation, interviews and discussions, as well as document review. The results showed that the implementation of the whole language approach that include simmertion, demonstration, expectation, responsibility, employment, approximation, feedback can improve early reading skills of young children. Based on pre-cycle observations initially beginning literacy percentage of 30.25% is still a child. In the first cycle after the action as much as7 times the meeting obtained by an increase in the percentage amounted to 85.50%. Based on these data showed an increase in the percentage of literacy of the observation of pre-cycle by 55.25%.The implications of this study are expected to approach whole language can be used as the development of early language learning model early childhood 5-6 years in Non-Formal early childhood, because it is natural and fun and developmentally age children. Penelitian ini dilakukan untuk mengimplementasikan pendekatan bahasa holistik (whole language approach) sebagai pengembangan model pembelajaran berbahasa awal anak usia 5-6 tahun di PAUD Non Formal. Sebagaimana lazim diketahui, masyarakat awam umumnya menyempitkan aspek pembelajaran berbahasa hanya pada salah satu bagian kecil perkembangan bahasa meliputi membaca dan menulis. Di sisi lain, pendekatan whole language belum banyak diketahui apalagi diterapkan di dalam pembelajaran berbahasa awal anak usia dini di PAUD Non Formal, padahal apabila diimplementasikan secara benar dan konsisten pendekatan ini mampu menumbuhkan minat literasi (keaksaraan) anak secara alamiah dan menyenangkan. Whole language telah diterapkan dalam pembelajaran berbahasa anak usia dini di negara-negara maju yang memiliki minat literasi tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) dengan memberikan tindakan pada setiap siklus mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Non Formal Mawar Tangerang Selatan pada bulan Januari sampai Juli 2014. Subyek penelitian ini terdiri dari 10 orang anak usia 5-6 tahun yang dipilih berdasar hasil observasi pra siklus. Hasil observasi diolah melalui tekhnik analisis data dengan statistik deskriptif, yaitu mencari persentase dan nilai rata-rata peningkatan kemampuan berbahasa awal yang diperoleh melalui observasi, interview dan diskusi, serta kajian dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan whole language yang meliputi immertion, demonstration, expectation, responsibility, employment, approximation, and feedbackdapat meningkatkan kemampuan membaca awal anak usia dini. Berdasarkan observasi pada pra siklus pada awalnya persentase kemampuan membaca permulaan anak masih sebesar 30,25%. Pada siklus I setelah dilakukan tindakan sebanyak 7 kali pertemuan diperoleh peningkatan persentase menjadi sebesar 85,50%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan peningkatan persentase kemampuan membaca dari hasil observasi pra siklus sebesar 55,25%. Implikasi dari penelitian ini diharapkan pendekatan whole language dapat dijadikan sebagai pengembangan model pembelajaran berbahasa awal anak usia dini 5-6 tahun di PAUD Non Formal, karena sifatnya yang alamiah dan menyenangkan serta seusia dengan tahapan perkembangan anak.
Dampak Pelatihan “Count Me In” Bagi Penguatan Kerelawanan (Volunteering) dalam Civil Society Organization (CSO) Adiyati Fathu Roshonah; Tjahjo Suprajogo; Agus Yuniawan Isyanto; Diah Andika Sari
AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman Vol 7 No 1 (2020): Juli 2020
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M), STIT Islamiyah Karya Pembangunan Paron, Ngawi, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53627/jam.v7i1.3923

Abstract

Public education has a strategic position in developing human resources and encouraging the improvement of the quality of education through the principle of lifelong education. Although the scope is not as intensive as formal education, its role cannot ignore in the effort to educate the nation's life. Community education involves many individuals in Civil Society Organizations (CSO). One way to increase the capacity and capability of human resources in organizations is through training activities (training). NICE Foundation Indonesia has filled out Count Me In Training for volunteers who have been contributing to community education. This study conduct to evaluate the Count Me In Training of 10 (ten) CSOs using the Kirkpatrick & Kirkpatrick Four Level Evaluation Model. The results showed objectives Count Me In Training achieved as evidenced by an increase in knowledge and changes in the behaviour of participants, as well as an increase in individual and organizational performance in volunteerism management
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN MANAJEMEN PROYEK PADA LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT (LSM) Diah Andika Sari; Tjahjo Suprajogo; Agus Yuniawan Isyanto; Adiyati Fathu Roshonah
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Keguruan dan Pendidikan (JPM-IKP) Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM-IKP)
Publisher : FKIP Universitas Trilogi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran masyarakat didalam membantu pemerintah didalam pembangunan dan Pendidikan sudah tak bisa dipungkiri lagi. Keterbatasan SDM yang ada dalam hal kompetensi dan keterampilan manajerial menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. NAMA Foundation melalui NICE Foundation menjawab keterbatasan ini dengan memberikan pelatihan tentang manajemen proyek, yang diberikan kepada 10 lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang berlokasi di sekitar Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Subang Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah program pelatihan untuk  peningkatan kapasitas Lembaga didalam mengelola kegiatan/manajemen proyek yang diberikan kepada LSM tersebut berdampak positif kepada LSM. Hasil penelitian ini merupakan hasil evaluasi pelatihan pada level 1, dari  empat level metode penelitian evaluasi Kirkpatrick, yang terdiri dari level 1: reaksi, level 2 belajar, level 3 perilaku, dan level 4 hasil. Dari  hasil penelitian ini didapatkan bahwa reaksi peserta pelatihan terhadap pelatihan manajemen proyek yang diselenggarakan oleh NAMA Foundation melalui NICE Foundation Indonesia ini sangat positif dan bermanfaat untuk mereka, sehingga mereka berharap akan kelangsungan program tersebut.
Pengaruh Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar Siswa di Era Pandemi Covid-19 Adiyati Fathu Roshonah; Tiara Dwitami
Jurnal Al-Manar Vol 10, No 1 (2021): Juni
Publisher : STAI Masjid Syuhada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36668/jal.v10i1.255

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan media pembelajaran Power Point melalui aplikasi Google Meet terhadap proses pembelajaran online terhadap hasil belajar siswa kelas IV C di SDN Pisangan 01 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain metode eksperimen yang dipilih dalam penelitian ini adalah True Experimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Data diperoleh dengan tes tertulis berupa soal dan dokumentasi. Analisis perhitungan statistik menggunakan uji-t melalui program SPSS 20 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal variance asumsi) dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sig. (2-tailed) adalah 0,001 < dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penerapan media pembelajaran power point melalui aplikasi google meet lebih unggul daripada diskusi melalui chat room di Grup WhatsApp. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata untuk kelompok eksperimen sebesar 81,8 dan pada kelompok kontrol sebesar 45,3. Perbedaan yang signifikan ini tentunya juga didukung oleh faktor lain seperti peran orang tua dalam membimbing siswa belajar di rumah dan tersedianya fasilitas yang mendukung siswa dalam pembelajaran online.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA UJARAN ANAK USIA 4- 5 TAHUN MELALUI METODE QIRAATI (Di RA Raudhatul Muthmainnah, Cikarang Barat, Bekasi) Hidjanah Hidjanah; Adiyati Fathu Roshonah
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1, No 1 (2017): Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/yby.1.1.47-52

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Metode Qiraati mampu meningkatkan kemampuan bahasa ujaran anak usia 4-5 tahun. Penelitian dilaksanakan di kelompok A Raudhatul Athfal RaudhatulMuthmainnah Cikarang Barat Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan di Raudhatul Athfal Raudhatul Muthmainnah Cikarang Barat Bekasi. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi, catatan lapangan dan dokumentasi yang dilakukan dalam setiap siklus. Hasil yang dicapai menunjukkan adanya peningkatanpada kemampuan bahasa ujaran anak usia 4-5 tahun setelah diberikan tindakan sebanyak dua siklus. Peningkatan kemampuan anak terlihat dari data hasil persentase disetiap siklus, hasil persentase di pra siklus sebesar 27%. Persentase pra siklus rendah karena belum diberikannya kegiatan pembelajaran denganmenggunakan metode qiraati. Hasil persentase pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 59,75%, hal ini karena sudah menggunakan metode qiraati, namun belum secara maksimal menguasainya. Dan hasil persentase pada siklus II menjadi sebesar 87,75% karena anak sudah terbiasa dengan metode qiraati yaitumengucapkan dengan lancar, cepat, tepat dan benar tanpa dieja. Implikasi dari penelitian ini adalah pemilihan metode yang tepat oleh masyarakat dan sekolah dalam pengajaran bahasa ujaran akan sangat memberikan hasil yang optimal dalam kemampuan bahasa ujaran anak usia dini. Sehingga pembelajaranbahasa ujaran untuk tingkat selanjutkan akan lebih mudah dan tidak ada lagi penggegasan kepada anak usia dini dalam pembelajaran bahasa ujaran, khususnya dalam pengajaran membaca.
HUBUNGAN BIMBINGAN PERKAWINAN TERHADAP KELEKATAN ANAK PADA KOMUNITAS IBU MUDA Rohimi Zamzam; Adiyati Fathu Roshonah; Farihen Farihen
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 5, No 2 (2021): Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/yby.v5i2.10994

Abstract

Agar pondasinya kuat maka diperlukan persiapan keluarga sakinah melalui pranikah yang disampaikan kepada pasangan calon suami istri. Kelekatan emosi (attachment), dan ikatan (bonding), merupakan hal  penting dalam tumbuh kembang anak. Pada masa awal kehidupannya anak mengembangkan hubungan emosi yang mendalam dengan orang dewasa yang secara teratur merawatnya. Jika kelekatan positif dan aman, maka seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten, memiliki hubungan sosial positif dan matang secara emosional. Sebaliknya, jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak aman, saat seseorang tumbuh mungkin dirinya akan menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam penanganan emosi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelekatan anak pada orang tua dipengaruhi oleh program bimbingan perkawinan di awal pernikahan yang didapat oleh pasangan suami-istri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen satu kelompok untuk komunitas ibu muda yang memiliki balita usia 2-6 tahun, sejumlah 24 orang ibu. Responden mengisi angket yang diberikan melalui google form. Penelitian dilaksanakan untuk komunitas ibu muda Puri Duren Asri 4 Jatiasih Kota Bekasi. Hubungan bimbingan Perkawinan terhadap kelekatan anak diperoleh bahwa ada sebanyak 18 (85,7%) kelekatan anak dengan bimbingan perkawinan yang baik, sedangkan kelekatan anak yang kurang baik ada 6 (35,3%). Hasil Uji Statistik diperoleh nilai P value 0,002, maka disimpulkan ada perbedaan yang siqnifikan bimbingan perkawinan dengan kelekatan anak. Dari hasil analisis factor resiko diperoleh nilai OR =11,00, artinya bimbingan perkawinan yang kurang baik mempunyai resiko 11 kali terhadap kurang baiknya kelekatan anak, dibandingkan dengan bimbingan perkawinan.
Aksi Sosial Pembersihan Lingkungan Di Kelurahan Lebak Bulus Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Lativa Qurrotaini; Adiyati Fathu Roshonah; Lidiyatul Izzah
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 1 No 1 (2021): JAMSI - September 2021
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.205 KB) | DOI: 10.54082/jamsi.2

Abstract

Wilayah Cilandak merupakan wilayah yang strategis, konsekuensi yang ditimbulkan dari hal tersebut, akan memunculkan volume dan jenis sampah yang dihasilkan. Hal ini merupakan  satu  permasalahan  yang  dialami  di daerah Cilandak. Oleh karenanya, melalui kegiatan ini tim kami bersama mitra telah melakukan pengumpulan dan pengelolaan sampah lebih lanjut sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Solusi yang telah tim kami bersama mitra lakukan untuk mengatasi persoalan yang ada. Satu, mulai dari lingkungan rumah. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah mengajak serta masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan menjaga kebersihan rumah dan halaman. Dua, hal penting lainnya yaitu selalu rutin membiasakan gotong royong sesama warga untuk membersihkan lingkungan sekitar. Tiga, memisahkan jenis sampah. Menggunakan jenis tong sampah yang berbeda untuk sampah organik dan non organik adalah hal yang baik. Metode yang digunakan yakni menerapkan langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang telah tim lakukan bersama mitra untuk mengatasi permasalahn mitra. Hasil dari kegiatan ini yaitu berupa aksi sosial yang dilakukan untuk membersihkan lingkungan wilayah Cilandak untuk mengurangi penumpukan sampah Kegiatan tersebut berlangsung untuk mengatasi persoalan sampah dan menghasilkan wilayah Cilandak yang bersih dan pengelolaan sampah teratasi dengan baik.
PELATIHAN LITERASI DIGITAL UNTUK GURU PAUD DI WILAYAH SUKABUMI JAWA BARAT Adiyati Fathu Roshonah; Anita Damayanti; Sriyanti Rahmatunnisa; Khusniyati Masykuroh
AN-NAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 1 (2021): AN-NAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nas.1.1.47-56

Abstract

Banyak guru PAUD yang belum memahami manfaat penyajian pembelajaran melalui perangkat IT khususnya para guru PAUD di wilayah Sukabumi Jawa Barat, terutama hal-hal yang berkaitan bagaimana cara untuk memperoleh program-program yang tepat dan baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran digital dengan biaya yang murah dan mudah. Berdasarkan hal tersebut maka pelatihan literasi digital untuk guru PAUD di wilayah Sukabumi Jawa Barat sangat diperlukan, agar guru terampil memperoleh dan memanfaatkan program-program pembelajaran berbasis teknologi digital serta menerapkannya di setiap pembelajaran. Pelatihan literasi digital yang dimaksud adalah bagaimana guru memanfaatkan situs pembelajaran melalui aplikasi play store pada hand phone android untuk memperoleh free books dan men-download berbagai materi atau media pembelajaran dengan youtube. Subjek sasaran kegiatan adalah 18 orang guru PAUD se-kota Sukabumi dan mahasiswa PGPAUD di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI). Penentuan sasaran merupakan hasil kajian kebutuhan di tengah masyarakat Sukabumi yang belum memahami pemanfaatan dan penggunaan  perangkat pembelajaran IT yang murah dan mudah dari aplikasi di playstore dan youtube HP android  atau laptop yang dimilikinya, untuk lebih menarik minat belajar literasi anak. Melalui subjek sasaran kegiatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan cara meningkatkan literasi pada anak usia dini melalui program-program digital, diharapkan guru PAUD menjadi agen perubahan yang modern dan berkeunggulan di tengah masyarakat.