Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 1 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.061 KB)

Abstract

Saat ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi, dimana setiap tahun bertambah 3-4 juta jiwa. Berdasarkan data BKKBN PPM untuk KB IUD adalah 77,7 % sedangkan peminat KB IUD yang ada di RS.Assakinah Medika hanya 21,42 % angka ini jauh dari PPM yang di tentukan BKKBN. Kecenderung masih rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD kemungkinan sangat berhubungan dengan pendidikan dan pekerjaan akseptor. Pendidikan akseptor dalam menerima informasi tentang program KB dan faktor pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam keputusan ber-KB. Semakin rendah pendapatan, makin rendah pula motivasi akseptor dalam mengikuti KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di SidoarjoTahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, populasi dalam penelitian adalah seluruh jumlah akseptor KB di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2015. Pengambilan sampel secara systematic sampling dengan besar sampel 200 akseptor KB IUD. Analisa menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian, akseptor KB yang menggunakan KB IUD (20 %),akseptor yang tidak menggunakan KB IUD (80 %). Mayoritas yang menggunakan KB adalah akseptor dengan pendidikan yang Tinggi (28,00 %) dan ibu yang bekerja (21,38 %). Diskusi: pendidikan dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi akseptor KB dalam mengikuti KB. Diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan konseling tentang KB supaya akseptor bisa memilih sesuai dengan keadaan kesehatan dan memberikan komunikasi, informasi, edukasi pada akseptor KB maupun calon akseptor KB sehingga mengerti benar tentang jenis,efek kontrasepsi dan manfaat kontrasepsi.
FAKTOR UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 2 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.285 KB)

Abstract

Indonesia menghadapi masalah dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2015 sebesar 1,49 persen pertahun. Untuk mengatasi hal ini pemerintah menggalakkan Keluarga Berencana. Ketepatan klien dalam memilih kontrasepsi sangat mendukung keberhasilan dari program Keluarga Berencana. Pemilihan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Di desa Kendal Pecabean dari tahun ke tahun peminat kontrasepsi suntik paling banyak. Pada tahun 2016 peminat kontrasepsi suntik sebanyak 444 orang (57,6%) melebihi PPM tahun 2016 sebesar 30,28%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umur dan paritas akseptor KB terhadap pemilihan kontrasepsi suntik. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menjadi populasinya adalah seluruh akseptor KB di desa Kendal Pecabean periode Januari-Juni tahun 2017 sebanyak 396 orang, pengambilan sampelnya dilakukan secara Systematic Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 191 orang. Instrumen penelitian melalui data sekunder dengan melihat data pendataan keluarga Desa Kendal Pecabean kemudian diolah dengan menggunakan tabulasi frekuensi dan dilakukan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian didapatkan akseptor mayoritas umur 20-35 tahun yaitu 98 orang (51,31%) dan paritasnya mayoritas primipara yaitu 123 orang (64,40%), yang memilih kontrasepsi suntik yaitu 107 orang (56,02%). Hasil tabulasi silang mayoritas akseptor yang memilih kontrasepsi suntik yaitu berumur 20-35 tahun sebanyak orang 64 orang (65,31%) dan primipara sebanyak 72 orang (58,54%)..  Diskusi: Pemilih kontrasepsi suntik  mayoritas pada umur 20-35 tahun dan primipara. Oleh karena itu, agar calon akseptor tepat memilih kontrasepsi sesuai dengan umur dan paritas maka diperlukan konseling, penyuluhan, dan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan safari KB.
PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 1 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.837 KB)

Abstract

Angka kejadian dan kematian diare pada anak di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI, yang melindungi bayi terhadap infeksi. Data yang diperoleh di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya mengenai data kejadian diare dalam tiga tahun terakhir pada bayi yakni mulai tahun 2014-2016 dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2014-2016 di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya terjadi peningkatan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 3-4% dan melebihi angka toleransi,  sedangkan angka toleransi dari Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya terhadap kejadian diare pada balita sebesar 10%. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan Survey Cross Sectional. Populasi penelitian adalah Seluruh bayi berusia 0-6 bulan di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya sebanyak 1.849 bayi. Pengambilan sampel secara probability sampling dengan sistematik random samplingdan didapatkan besar sampel 225 bayi.  Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bayi yang mendapatkan PASI menderita diare sebesar 124 bayi (86,71 %) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI tidak menderita diare sebesar 62 bayi (75,61 %). Dengan uji Chi-Square didapatkan hasil sebagai berikut, bahwa x2 hitung > x2 tabel (87,84 > 3,84), yang artinya ada hubungan antara pemberian PASI pada bayi usia 0-6 bulan dengan kejadian diare. Diskusi: ada hubungan antara pemberian PASI pada bayi usia 0-6 bulan dengan kejadian diare di rumah sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya. Oleh karena itu, bidan sebagia tenaga kesehatan perlu menggalakan dan memotiuvasi para ibu untuk terus memebrikan ASI eksklusif 0-6 bulan.
SENSITIVITAS, SPESIFISITAS DAN AKURASI PENGUKURAN KONTRAKSI UTERUS KALA I FASE AKTIF IBU BERSALIN MENGGUNAKAN TOKODINAMOMETER Bainuan, Lina Darmayanti; Husin, Farid; Anwar, Anita Deborah; Arifin, Achmad; Wirakusumah, Firman Fuad
Majalah Kedokteran Bandung Vol 50, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.328 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v50n1.1213

Abstract

Pada umumnya, pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan dengan menekan fundus uteri, namun demikian cara tersebut menyebabkan ketidaknyamanan dan hanya dapat mengetahui frekuensi kontraksi sedangkan durasi dan intensitas kontraksi pengukurannya bersifat subjektif. Cara lain yang digunakan adalah menggunakan Kardiotokografi, namun harganya mahal danl lebih sulit untuk menginterpretasikan hasil. Tokodinamometer dapat digunakan untuk menilai kemajuan persalinan karena dapat dibaca langsung, sederhana, dan harga terjangkau, sehingga dapat digunakan di komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sensitivitas, spesifisitas dan akurasi Tokodinamometer dalam mengukur kontraksi uterus kala I fase aktif pada ibu bersalin. Rancangan penelitian merupakan studi observasional analitik dengan desain Cross sectional (potong silang). Sampel penelitian berjumlah 47 orang yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, dengan teknik concecutive sampling. Pengambilan data dengan mengukur kontraksi uterus  menggunakan Tokodinamometer dan Kardiotokografi (KTG) diukur secara bersamaan sebanyak 2 kali. Analisis menggunakan uji Wilcoxon?s, dan uji diagnostik. Hasil penelitian didapatkan, frekuensi dan intensitas kontraksi uterus tidak terdapat perbedaan (p>0,05), sedangkan durasi kontraksi terdapat perbedaan bermakna (p< 0,05) antara ibu bersalin kala I fase aktif yang diukur menggunakan Tokodinamometer dan KTG. Tokodinamometer memiliki nilai sensitivitas (90,47%), spesifisitas (78,26%) dan akurasi (87,21%). Tokodinamometer dapat digunakan untuk pemantauan kontraksi uterus di komunitas.Kata kunci : Fase aktif, Kontraksi uterus, Tokodinamometer Sensitivity, Specificity, and Accuracy Measurement of Stage I Active Labor Uterus Contraction Using TokodynamometerExamination of uterine contractions is generally done by pressing the uterine fundus. This method can cause discomfort and can only reveal the frequency of contraction while the duration and intensity of contraction measurement is subjective, leading to inaccurate decision making in early phase of labor. Labor monitoring should be done by cardiotocography. However, this device is expensive and interpretation of results needs specific skills.  Since  contraction assessment is important to understand the progress of labor, a device that can be used at the community level is needed. This study aimed to analyze the sensitivity, specificity and accuracy of Tokodynamometer in measuring uterine contraction in the first stage of active phase of labor. This was a crossectional analytic observational study on 47 women who met the inclusion criteria in Bandung City Maternal and Child Hospital t RSKIA Bandung, with concecutive sampling technique. Tokodynamometer and Cardiotocography were used to measure uterine contractions simultaneously. Each measurement was done twice or according to mother condition. Data collected were analyzed using  Wilcoxon?s test and diagnostic test. The results showed that the frequency and intensity of uterine contractions did not differ (p>0.05), whereas the duration of contraction was significantly different with p=0.012 (p<0.05) between measurements taken using Tokodinamometer and CTG in active phase of labor. The Tokodynamometer has sensitivity specificity and accuracy values of 90.47 %, 78.26 %), and 87.21 %,, respectively. Tokodynamometer has almost similar sensitivity, specificity, and accuracy to Cardiotocography as the gold standard. Thus, Tokodynamometer can be used for monitoring uterine contractions in community setting.Key words: Active phase, uterine contractions, Tokodynamometer
TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 1 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.061 KB)

Abstract

Saat ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi, dimana setiap tahun bertambah 3-4 juta jiwa. Berdasarkan data BKKBN PPM untuk KB IUD adalah 77,7 % sedangkan peminat KB IUD yang ada di RS.Assakinah Medika hanya 21,42 % angka ini jauh dari PPM yang di tentukan BKKBN. Kecenderung masih rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD kemungkinan sangat berhubungan dengan pendidikan dan pekerjaan akseptor. Pendidikan akseptor dalam menerima informasi tentang program KB dan faktor pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam keputusan ber-KB. Semakin rendah pendapatan, makin rendah pula motivasi akseptor dalam mengikuti KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di SidoarjoTahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, populasi dalam penelitian adalah seluruh jumlah akseptor KB di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2015. Pengambilan sampel secara systematic sampling dengan besar sampel 200 akseptor KB IUD. Analisa menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian, akseptor KB yang menggunakan KB IUD (20 %),akseptor yang tidak menggunakan KB IUD (80 %). Mayoritas yang menggunakan KB adalah akseptor dengan pendidikan yang Tinggi (28,00 %) dan ibu yang bekerja (21,38 %). Diskusi: pendidikan dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi akseptor KB dalam mengikuti KB. Diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan konseling tentang KB supaya akseptor bisa memilih sesuai dengan keadaan kesehatan dan memberikan komunikasi, informasi, edukasi pada akseptor KB maupun calon akseptor KB sehingga mengerti benar tentang jenis,efek kontrasepsi dan manfaat kontrasepsi.
FAKTOR UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 2 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.285 KB)

Abstract

Indonesia menghadapi masalah dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2015 sebesar 1,49 persen pertahun. Untuk mengatasi hal ini pemerintah menggalakkan Keluarga Berencana. Ketepatan klien dalam memilih kontrasepsi sangat mendukung keberhasilan dari program Keluarga Berencana. Pemilihan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Di desa Kendal Pecabean dari tahun ke tahun peminat kontrasepsi suntik paling banyak. Pada tahun 2016 peminat kontrasepsi suntik sebanyak 444 orang (57,6%) melebihi PPM tahun 2016 sebesar 30,28%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umur dan paritas akseptor KB terhadap pemilihan kontrasepsi suntik. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menjadi populasinya adalah seluruh akseptor KB di desa Kendal Pecabean periode Januari-Juni tahun 2017 sebanyak 396 orang, pengambilan sampelnya dilakukan secara Systematic Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 191 orang. Instrumen penelitian melalui data sekunder dengan melihat data pendataan keluarga Desa Kendal Pecabean kemudian diolah dengan menggunakan tabulasi frekuensi dan dilakukan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian didapatkan akseptor mayoritas umur 20-35 tahun yaitu 98 orang (51,31%) dan paritasnya mayoritas primipara yaitu 123 orang (64,40%), yang memilih kontrasepsi suntik yaitu 107 orang (56,02%). Hasil tabulasi silang mayoritas akseptor yang memilih kontrasepsi suntik yaitu berumur 20-35 tahun sebanyak orang 64 orang (65,31%) dan primipara sebanyak 72 orang (58,54%).. &nbsp;Diskusi: Pemilih kontrasepsi suntik &nbsp;mayoritas pada umur 20-35 tahun dan primipara. Oleh karena itu, agar calon akseptor tepat memilih kontrasepsi sesuai dengan umur dan paritas maka diperlukan konseling, penyuluhan, dan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan safari KB.
PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 1 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.837 KB)

Abstract

Angka kejadian dan kematian diare pada anak di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI, yang melindungi bayi terhadap infeksi. Data yang diperoleh di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya mengenai data kejadian diare dalam tiga tahun terakhir pada bayi yakni mulai tahun 2014-2016 dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2014-2016 di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya terjadi peningkatan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 3-4% dan melebihi angka toleransi,&nbsp; sedangkan angka toleransi dari Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya terhadap kejadian diare pada balita sebesar 10%. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan Survey Cross Sectional. Populasi penelitian adalah Seluruh bayi berusia 0-6 bulan di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya sebanyak 1.849 bayi. Pengambilan sampel secara probability sampling dengan sistematik random samplingdan didapatkan besar sampel 225 bayi. &nbsp;Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bayi yang mendapatkan PASI menderita diare sebesar 124 bayi (86,71 %) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI tidak menderita diare sebesar 62 bayi (75,61 %). Dengan uji Chi-Square didapatkan hasil sebagai berikut, bahwa x2 hitung &gt; x2 tabel (87,84 &gt; 3,84), yang artinya ada hubungan antara pemberian PASI pada bayi usia 0-6 bulan dengan kejadian diare. Diskusi: ada hubungan antara pemberian PASI pada bayi usia 0-6 bulan dengan kejadian diare di rumah sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya. Oleh karena itu, bidan sebagia tenaga kesehatan perlu menggalakan dan memotiuvasi para ibu untuk terus memebrikan ASI eksklusif 0-6 bulan.
TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTAG PERAWATAN LUKA PERINEUM Bainuan, Lina Darmayanti
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 6 No 2 (2019): Journal Midwifery
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Perlukaan jalan lahir dapat terjadi karena kesalahan sewaktu memimpin persalinan. Selain itu pada jalan lahir dapat pula terjadi karena disengaja seperti tindakan episotomi. Adapun penyebab infeksi perineum disebabkan oleh organisme yang menyerang bekas implantasi atau laserasi akibat persalinan. Berdasarkan data yang di peroleh di BPS Ny. Retno Soepomo Surabaya di dapatkan ibu yang mengalami robekan perineum tahun 2016 sampai 2018 mengalami peningkatan sebanyak (32,9%). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pendidikan dan sikap ibu nifas tentang perawatan luka perineum. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif . Populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas yang kontrol pada hari ke-7 dengan luka jahitan perineum bulan Juli dengan teknik non probability sampling yang pengambilan sampel secara sampel jenuh, dengan sampel 42 orang dengan menggunakan kuesioner sebagai data primer dan data sekunder, analisa data dengan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian didapatkan ibu nifas yang berpendidikan rendah mayoritas luka perineum tidak sembuh (85,71 %) dibandingkan dengan ibu nifas berpendidikan tinggi mayoritas luka perineum sembuh (75%), sedangkan ibu nifas dengan sikap ibu nifas kurang setuju dengan luka perineum tidak sembuh (81,82%) dibandingkan dengan ibu nifas yang mempunyai sikap setuju mayoritas luka perineum sembuh (71,43%). Diskusi: Ibu yang melakukan perawatan luka perineum dapat dipengaruhi oleh pendidikan dan sikap ibu tentang perawatan luka perineum. Oleh karena itu petugas kesehatan sebaiknya memberikan saran atau petunjuk yang benar tentang bagaimana cara melakukan perawatan luka perineum untuk keberhasilan kesembuhan luka perineum.
PENGARUH PEMBERIAN TAPEL PERUT DAN JUS CITRUS AURANTIFOLIA TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA IBU NIFAS Lina Darmayanti Bainuan; Henny Juaria
Bahasa Indonesia Vol 7 No 1 (2018): Jurnal Kebidanan
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/keb.v7i1.95

Abstract

Latar Belakang: Selama masa kehamilan terjadi penambahan berat badan karena pembesaran uterus sehingga mengakibatkan perut ibu teregang dan menimbulkan stretchmark. Sebagian besar ibu mengalami kenaikan berat badan yang melebihi batas normal mengalami kesulitan untuk menurunkan berat badannnya setelah melahirkan, perut ibu mengalami kekenduran dan berisiko obesitas di masa mendatang. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian tapel perut dan jus jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap penurunan berat badan pada ibu nifas. Metode : Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental design, Multiple Group Control. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan secara normal di wilayah kerja Puskesmas Balongsari dan Puskesmas Manukan Kulon Surabaya periode April – Juli 2018 Sampel penelitian berjumlah 36, pengambilan dengan teknik sistematic random sampling, yang terdiri kelompok intervensi 1 (n=12) responden diberikan tapel perut,kelompok intervensi 2 (n=12) diberikan tapel perut dan jus dan kelompok kontrol (n=12) responden. Analisis menggunakan uji Anova (analisis of variance). Hasil : Temuan menunjukkan Penurunan Berat badan rata-rata pada kelompok intervensi Tapel 3,4 Kg, kelompok intervensi Tapel dan jus C.Aurantifolia 5,07 Kg, dan kelompok kontrol 2,56 Kg. Uji statistik antara kelompok intervensi 1 (Tapel) dengan kelompok kontrol tidak berbeda signifikan (p=0,804), sedangkan antara kelompok kontrol dan intervensi 2 (Tapel+Jus) terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,006). Kesimpulan : Tapel dan jus C.Aurantifolia yang digunakan bersamaan lebih berpengaruh dalam menurunkan berat badan pada ibu nifas dan untuk mengembalikan bentuk tubuhnya serta mencegah terjadinya obesitas dimasa mendatang.
Pengelolaan Kesehatan Keluarga Secara Mandiri Melalui Pemanfaatan Tanaman Toga Di RW 04 Kelurahan Putat Gede Kecamatan Sukomanunggal Surabaya Ely Tjahjani; Lina Darmayanti Bainuan; Endang Buda Setyowati
Pelita Abdi Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2021): November 2021
Publisher : Pelita Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Increasing human resources in health development through community empowerment can be realized through community participation, one of which is the planting of TOGA (Family Medicine Park). Planting TOGA in the home environment is very important, especially for families in carrying out initial treatment before going to health services. This community service activity is Community Empowerment in utilizing TOGA plants which begins with licensing, observation and socialization. Based on field observations, most of the people in RW 4, Putat Gede sub-district (90.20%) do not have family medicinal plants. Therefore, it is necessary to conduct socialization or counseling about the benefits and efficacy of TOGA so that people have knowledge and are encouraged to plant TOGA. Methods : The target of this service activity is the community of RT 02 and RT 05 RW 04, Putat Gede village. The purpose of this community service is that it is hoped that the community can know and utilize various kinds of TOGA plants and provide motivation for the importance of planting TOGA. Results : The results obtained by socializing the use of TOGA to 45 people there was an increase in participants' knowledge, the average pretest was 65.08 and post-test was 79.99 and TOGA was planted in the RW hall as a pilot. Conclusion : Counseling given to the community provides an increase in the community's ability to use TOGA