Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

STUDI POTENSI VERNAKULAR KAMPUNGNITIPRAYAN BANTUL SEBAGAI DASAR PERANCANGAN PUSAT SENI DAN BUDAYA agus wijaayadi; Endah Tisnawati
Jurnal Arsitektur GRID Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v2i1.372

Abstract

Kampung Nitiprayan merupakan salah satu area di Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara geografis memiliki posisi strategis, karena terletak tidak jauh dari beberapa kawasan yang berbasis budaya, misalnya Kasongan,Kraton Yogyakarta, tidak jauh dari tempat tinggal seniman kondang, sertadekat dengan kawasan pendidikan(Brontowiyono dan Lupiyanto, 2011). Walaupun memiliki potensi seni budaya yang sangat baik, tetapi saat ini Kampung Nitiprayan belum memiliki sebuah tempat berkesenian yang terpusat atau terpadu. Berbagai kegiatan kesenian masih diselenggarakan secara spontan dan sporadis,tersebar di wilayah kampung. Diperlukan sebuah tempat yang dapat menampung berbagai kegiatan seni budaya dalam sebuah fasilitas yang juga dapat digunakan sebagai tempat usaha produktif serta etalase informasi warga masyarakat. Banyaknya kegiatan seni dan budaya di Kampung Nitiprayan yang mendasari perancangan Pusat Seni dan Budaya di kawasan  tersebut, dengan tujuan memberi wadah  pusat kreatifitas, tempat berkarya, dan pertunjukan dari seniman lokal. Pemilihan  penerapan konsep vernakular didasari dari konteks lingkungan sosial, budaya dan sumber daya alam setempat yang memiliki ciri khas dan karakter berbeda dengan kampung lain di Yogyakarta.Naskah ilmiah ini akan membahas berbagai potensi vernakular yang menjadi ciri khas Kampung Nitiprayan. Penggalian data dilakukan menggunakan metode pengamatan lapangan dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian disusun berdasar tema-tema berbasis arsitektur vernakular. Pada akhirnya, hasil analisis ini digunakan menjadi dasar perencanaan Gedung Pusat Seni dan Budaya di Kampung Nitiprayan. Hasil rancangan tetap mempertahankan ciri khas Kampung Nitiprayan sebagai kampung seni yang bernuansa tradisional dan menyatu dengan alam. Desain yang dihasilkan tetap menerapkan bentuk-bentuk dengan unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural, seperti pada tata letak ruang dalam denah, pemilihan sistem struktur, detail-detail bagian bangunan, dan ornamen (baik ornament pada bangunan maupun ornamen yang terdapat pada elemen lansekap).
PENERAPAN NILAI-NILAI REGIONALISME ARSITEKTUR PADA BANGUNAN PUSAT INFORMASI WISATA KABUPATEN CILACAP Meiga Permata Novia Putri; Endah Tisnawati; Setiawan Ardyanto
Jurnal Arsitektur GRID Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v2i1.376

Abstract

Pusat Informasi Wisata merupakan perancangan bangunan yang diharapkan mampu memberikan informasi dan promosi bagi wisatawan domestik dan mancanegara sekaligus dapat memberikan peningkatan dalam sektor perekonomian masyarakat (Permen Pariwisata RINo.3 Tahun 2018). Pusat Informasi Wisata dibutuhkan untuk penyaluran informasi wisata dan menjadikan kota yang aktraktif yang dapat mefasilitasi masyarakat serta wisatawan. Pertumbuhan wisatawan dan obyek wisata di Kabupaten Cilacap dalam 3 (tiga) tahun terakhir membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan pendapatan daerah.Sementara saat ini belum terdapat fasilitas sarana pusat informasi wisata di Kabupaten Cilacap.Perancangan Pusat Informasi Wisata di Kabupaten Cilacap dengan penerapan nilai-nilai Regionalisme Arsitektur bertujuan untuk menyatukan konsep masa depan dan konsep tradisional, dapat menjadikan peluang pengembangan citra atau ciri khas baru. Regionalisme aristektur menekankan pada perancangan yang merepon iklim, pola budaya atau perilaku dan ikenografis atau simbol. Tampilan bangunan menampilkan kekhasan mengeluarkan identitas formal dan simbolik ke dalam bentuk kreatif dalam menentukan bentuk, pola tata massa tampilan bangunan dan material bangunan.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKO-WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG WISATA REJOWINANGUN Endah Tisnawati; Dita Ayu Rani Natalia; Desrina Ratriningsih; Angling Randhiko Putro; Wiliarto Wirasmoyo; Henry P. Brotoatmodjo; Adwiyah Asyifa’
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 15, No 1 (2019): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.68 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v15i1.24859

Abstract

ABSTRACTCommunity-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of tourist objects and attractions,social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth. Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village  ABSTRAKEkowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,  yang  tidak  hanya menyuguhkan sumber  daya  wisata  yang  masih  alami,  namun  juga  berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat  sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata Rejowinangun  merupakan  kampung dengan banyak potensi  dan mulai  dikembangkan  sebagai  kawasan  ekowisata,  namun  masih  memiliki  banyak  permasalahan,  baik  dari aspek  lingkungan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  sumberdaya  manusia,  sehingga  aktivitas  wisata  di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat  di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk  mencapai tujuan tersebut,  dilakukan  analisis  pada  semua  aspek,  yaitu  analisis  pada  aspek  objek  dan  daya  tarik  wisata,  aspek kemasyarakatan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  penyelenggaraan  pemberdayaan  masyarakat.  Dalam pengumpulan data, metode  yang  digunakan  adalah  partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun
EVALUASI PURNA HUNI DI PERUMAHAN CONDONGCATUR DITINJAU DARI ASPEK PENGGUNAAN DAN PERUBAHAAN RUANG Dita Ayu Rani Natalia; Endah Tisnawati
NALARs Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.18.1.35-44

Abstract

ABSTRAK. Perumahan merupakan hunian massal yang bersifat komoditi dengan bentuk bangunan yang tipikal dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat. Bangunan akan mengalami perubahan ketika tidak dapat memenuhi kebutuhan penghuni atau mengalami kerusakan. Proses atau cara yang digunakan oleh penghuni atau pengguna untuk melakukan perubahan pada bangunan untuk mencapai kenyamanan dan kebutuhan pengguna adalah berbeda-beda. Hubungan antara pengguna lingkungan hunian yang terbangun dengan perilaku penghuni tersebut menyebabkan adanya upaya evaluasi untuk mengetahui keterkaitan pengguna bangunan terhadap performa bangunan termasuk fasilitas dan fungsinya. Proses evaluasi untuk penggunaan bangunan dalam mencapai hal tersebut disebut dengan Evaluasi Pasca Huni (EPH). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek Evaluasi Purna Huni yang terjadi di Perumahan Condongcatur dari aspek Evaluasi Purna Huni yang terkait dengan penggunaan dan perubahan ruang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualititaif dengan analisis Post Occupancy Evaluation (POE) atau Evaluasi Purna Huni (EPH). Hasil penelitian yang telah dilakukan menujukkan bahwa adanya perubahan fungsi pada bangunan sebagai ruang usaha maupun ruang lain. Acara komunitas juga mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang. Perubahan pada bangunan dilakukan secara horisontal maupun vertikal dengan adanya penambahan konstruksi. Faktor yang mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang disebabkan adanya perkembangan kawasan, kebutuhan ruang, penambahan anggota keluarga serta keamanan dan keselamatan bangunan. Kata kunci: evaluasi purna huni, perumahan, ruang ABSTRACT. Housing is a commodity mass residences that have a typical building and is built to meet residential needs for the community. Buildings will experience changes when they cannot meet the needs of residents or are damaged. The method used by residents or users to make changes to the building to achieve user comfort and needs are different. The relationship between the user of the residential built environment and the behavior of the occupants led to an evaluation effort to determine the relationship of building’s users to the performance of the building including its facilities and functions. The evaluation process for building’s use in achieving this is called the Post-Occupational Evaluation (EPH). This study aims to identify aspects of the Post-Occupational Evaluation that occur in Condongcatur Housing from the Post Evaluation aspect related to space use and change. The research method used is qualitative with the Post-Occupancy Evaluation (POE) analysis. The results of the research show that there is a change in the function of the building as a business space or other space. Community events also affect the use and replace the space. Changes in buildings are carried out horizontally and vertically with the addition of construction. Factors that influence the use and modification of space are due to the development of the area, space requirements, the acquisition of family members and the security and safety of buildings. Keywords: post-occupational evaluation, housing, space
PERANCANGAN RUANG EKSPRESI REMAJA PADA GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA Muhammad Johar Nehru; Endah Tisnawati; Setiawan Ardyanto
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 3, No 4 (2019): Purwarupa Vol 3 No 4 September 2019
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2476.626 KB)

Abstract

Remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mencari identias diri, masa tersebut berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan psikis. Remaja mempunyai sifat yang cenderung menggebu-gebu dan mempunyai tingkat emosi yang tinggi. Sifat-sifat tersebut adakalanya baik dan buruk. Kenakalan remaja yang terjadi saat ini merupakan sifat buruk dari remaja yang diluapkan kedalam suatu aktifitas yang negatif. Tetapi sifat positif yang terluapkan dari remaja dapat terlihat pada prestasi dan hobi yang mampu memberikan rasa percaya diri dalam berekspresi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis. Rancangan Ekspresi remaja pada prinsipnya mengarah pada ruang-ruang yang tersedia pada bangunan baik ruang luar maupun ruang dalam.
Strategi Perancangan Pusat Pengolahan Teh Terpadu di Kabupaten Kepahiang Bengkulu dengan Pendekatan Arsitektur Organik Aditya Ariantama Putra; Endah Tisnawati
Jurnal Teknologi dan Desain Vol. 1 No. 2 (2020): Jurnal Teknologi dan Desain
Publisher : Pradita University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51170/jtd.v1i2.25

Abstract

Tersedianya sumber daya alam pertanian yang melimpah membuat pemerintah harus memikirkan cara mengelolah dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut agar mampu menolong ekonomi, sosial dan alam daerah Kabupaten Kepahiang. Potensi yang paling menonjol yang ada di Provinsi Bengkulu selain pertambangan adalah perkebunan dan pertanian khususnya pertanian teh, pertanian teh yang tersedia sangat melimpah dan saat ini juga sangat di minati oleh masyarakat seiring dengan kesadaran masyarakat akan teh yang bisa di bermanfaat menjadi minuman yang menyehatkan dan juga permintaan pasar internasional pada teh dari indonesia yang semakin tinggi.Meskipun begitu, potensi ini tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan fasilitas yang mendukung potensi pengolahan teh di daerah Kabupaten Kepahiang. Permasalahan tersebut menjadi dasar dalam membuat konsep, dari masalah yang ada maka konsep pusat pengolahan teh terpadu menggunakan pendekatan arsitektur organik. Pendekatan tersebut menjawab masalah yang ada. Arsitektur organik memiliki karakter yang harmonis dengan alam sehingga dalam mendesain pusat pengolahan teh, alam menjadi fokus utama. Oleh karena itu perencanaan Pusat Pengolahan Teh Terpadu di Kabupaten Kepahiang diharapkankan dapat menjadi penyedia fasilitas yang mampu mengembangkan potensi yang ada serta menjadi ikon baru dari daerah Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
Implementasi Sejarah Perjuangan dalam Perencanaan Museum Muhammad Rizal; Endah Tisnawati
Jurnal Teknologi dan Desain Vol. 2 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Desain
Publisher : Pradita University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51170/jtd.v2i2.87

Abstract

Museum telah jamak diartikan sebagai suatu lembaga, atau juga bisa sebagai suatu tempat, yang menyajikan suatu informasi terbuka kepada publik, mudah diakses, bergerak dalam bidang konservasi, penelitian dan publikasi warisan bersejarah, serta berkotribusi untuk pendidikan, penelitian serta rekreasi (ICOM (2007) dalam Brown & Mairesse (2018)). Saat ini museum di beberapa negara digunakan sebagai etalase, yang menyajikan informasi tertentu yang diinginkan oleh rezim yang sedang berkuasa (Denton, 2014). Irian Barat atau saat ini lebih dikenal dengan nama Papua merupakan wilayah NKRI yang dulunya berada dalam kekuasaan Belanda. Irian Jaya Barat masuk bergabung menjadi bagian NKRI sejak tahun 1963. Perjuangan yang dilakukan pemerintah Indonesia demi membebaskan Irian Jaya Barat dilakukan dengan berbagai upaya, yakni dalam bentuk diplomasi, politik, ekonomi bahkan dengan menggunakan senjata. Naskah illmiah ini akan menguraikan bagaimana bahasan mengenai proses sejarah sebuah kawasan dapat menjadi dasar perencanaan museum yang berada di Kota Sorong, Papua. Tahapan yang dilakukan dalam penulisan naskah ilmiah ini meliputi (1) studi pustaka mengenai museum dan memorabilia; (2) studi pustaka mengenai proses perjuangan pembebasan Irian Jaya Barat; (3) melakukan analisis mengenai elemen konsep dasar perancangan museum perjuangan pembebasan Irian Jaya Barat berdasar memorabilia dan visualisasi desain; (4) rumusan kesimpulan. Pembahasan penerapan konsep melalui pemaknaan lokasi sebagai lansekap sejarah, ruang museum sebagai media penceritaan sejarah dan gubahan massa bangunan museum sebagai media penceritaan sejarah. Kata Kunci : museum, memorabilia, perjuangan pembebasan Irian Jaya Barat, dasar perancangan
Variety of Changes in Spatial Patterns of Residential Space in Soropadan Village as an Impact of the Development of Economic Activities Suparno; Endah Tisnawati; Aisha Astriecia
Jurnal Internasional Teknik, Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 4 No 2 (2022): International Journal of Engineering, Technology and Natural Sciences
Publisher : University of Technology Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.698 KB) | DOI: 10.46923/ijets.v4i2.183

Abstract

Reduced open land, traffic jams on the village's main road, disruption of the safety and comfort of the living environment are only a few effects that can result from the conversion of homes into student dormitories in the form of boarding houses. This also takes place in open residential neighborhoods outside of Yogyakarta, specifically in Soropadan Village, Condongcatur Village, Depok District, and Sleman. Descriptive qualitative research methodology is employed in this study. The decision is taken taking into account the occurrences that are seen in the field. Direct field observations were used to gather the primary data selection technique, which was subsequently used to collect data utilizing qualitative data techniques. In order to understand the numerous changes in the spatial pattern of residential housings discovered in the boarding house type student dormitory in Soropadan Village as a result of the development of economic activities, this study attempts to determine the tendency of the spatial pattern of settlements. The study's findings include the similarity of changes to the spatial layout of residences into boarding-type student dormitories with a linear layout, the spatial arrangement of boarding rooms and shared rooms forming a centralized layout with the shared room serving as the center of activity in student boarding houses, and the propensity to add boarding rooms. The location of the service area, including restrooms, laundry facilities, and kitchens, is always at the rear of the building, immediately before the road. Economic development, environmental changes, population increase, and the creation of local infrastructure are all reasons that can cause a home's usage to change from a residential to a dorm-style boarding house for students.