Artikel ini bertujuan untuk mengungkap informasi seputar perkembangan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo dalam era renovasi terbesar pada tahun 1999. Peneliti menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa tahap (1) heuristik, yakni pengumpulan yang terdiri dari informasi lisan serta sumber buku literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. (2) kritik, (3) interpretasi. (4) historiografi. Hasil dari penelitian bahwa sejarah berdirinya Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo yang dimana pendiri dari Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ialah pemimpin Kesultanan Palembang, yakni Sultan Mahmud Badaruddin I. Masjid ini dibangun dengan alasan untuk mencukupi masyarakat kota Palembang untuk menunaikan sholat. Pada Hari Jumat tanggal 10 September 1999 pukul 10.00 WIB adalah langkah pertama penuh sejarah, awal mulanya pengerjaan restorasi dan renovasi masjid Agung Palembang oleh Gubernur Laksamana muda H. Rosihan Arsyad, bersama ketua umum Prof. Dr. Kiagus Haji Oejang Gajah Nata, DABK, dan sekretaris yakni Raden Haji Muhammad Saleh Djon. Bangunan masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo sudah bisa dikatakan sebagai warisan budaya lokal bahkan sekaligus sebagai warisan budaya Nusantara. Salah satu tradisi atau budaya lokal yang masih dilestarikan di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo sejak berdirinya adalah prosesi atau tertib acara pada saat melakukan sholat Jum’at, tradisi atau budaya ini sekaligus menjadi karakteristik yang khas di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ilmu pendidikan sejarah di Indonesia dan di Eropa.Â