Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Formalisasi Tradisi “Me Bu Gateng” sebagai Upaya Penanggulangan Stunting di Kabupaten Bireuen Rizki Yunanda; Ibrahim Chalid; Richa Meliza
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 16, No 1 (2022)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v16i1.25585

Abstract

The article aims to describe the formalization of the Me Bu Gateng tradition as a Gampong Qanun to prevent stunting in the community in Bireuen Regency. This study uses a qualitative approach, and data collection is carried out through observation, interviews, and document studies. This study indicates that the formalization of the Bu Gateng tradition as a Gampong Qanun is an innovation program carried out by the Bireuen Regency Government in strengthening and supporting stunting prevention efforts. The formalization of this tradition was realized by the joint work between agencies in supporting stunting prevention efforts in Bireuen Regency. The “me bu gateng” program has become a patterned project on infant health and nutrition knowledge during pregnancy. The formalization of the tradition in the Gampong Regulation has succeeded in changing the tradition from twice during pregnancy to every month until the end of pregnancy. This condition has resulted in the fulfillment of nutrition for both mother and baby to protect the baby from stunting. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan formalisasi tradisi Me Bu Gateng sebagai Qanun Gampong untuk mencegah stunting pada masyarakat di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Kajian ini menunjukkan bahwa formalisasi tradisi Bu Gateng sebagai Qanun Gampong merupakan program inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bireuen dalam memperkuat dan mendukung upaya pencegahan stunting. Formalisasi tradisi ini diwujudkan dengan kerja sama antar instansi dalam mendukung upaya pencegahan stunting di Kabupaten Bireuen. Program “me bu gateng” telah menjadi proyek berpola tentang pengetahuan kesehatan, gizi dan nutriai bayi selama kehamilan. Formalisasi tradisi dalam bentuk Peraturan Gampong telah berhasil mengubah tradisi dari dua kali selama kehamilan menjadi setiap bulan hingga akhir kehamilan, dan kondisi ini telah menghasilkan pemenuhan gizi serta nutrisi bagi ibu dan bayi sehingga bayi terhindar dari stunting.
RADIKALISME DALAM PERSFEKTIF ISLAM DAYAH DI ACEH Rizki Rizki Yunanda
Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA) Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Sosiologi Agama FIS Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.728 KB) | DOI: 10.30829/jisa.v2i2.6383

Abstract

Radikalisme merupakan sebuah gerakan aliran menyimpang (sesat) yang menginterpretasi teks Al-quran secara tertutup. Konflik Aswaja (Ahlussunnah Waljama’aah) atau pemikiran Islam dayah dengan salafi wahabi merupakan pertentangan melawan paham radikalisme dari Islam dayah. Dalam persfektif Islam dayah Tidak ada relevansi antara jihad dengan radikal, idiologi radikalisme diciptakan oleh golongan wahabi Aceh dan tidak berkembang di kalangan Islam dayah di Aceh. Tulisan ini mengkaji mengenai perfektif Islam dayah terhadap radikalisme. Data yang ditemukan menunjukkan Islam dayah menegaskan Istilah radikalisme dan terorisme adalah samatan oleh golongan anti Islam. Islam agama yang mengajarkan cinta damai dan rukun terhadap umat beragama. Karena itu tindakan radikalisme tidak dilakukan oleh yang beragama Islam, namun dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan Islam, selain itu radikalisme juga merupakan ciptaan atau peranakkan oleh sekelompok kepentingan yang ingin mengkotak-kotakkan Islam, bunuh diri tidak ada dalam Islam, bunuh diri adalah paham sesat yang memamfaatkan kebodohan masyarakat awam terhadap pengetahuan tentang Agama. Kebanyakan terikontamidasi dengan pemahaman sesat dalam pergerakan mengatasnamakan jihad. buktinya pergerakan Jama’ah Islamiyah Indonesia yang berkembang di Aceh tahun 2010. Tidak ada ulama Aceh terlibat ketika itu, sebaliknya para ulama mengeluarkan fatwa dan sepakat untuk menolak kehadiran kelompok yang dianggap sesat dan menyimpang di Aceh.
GERAKAN SOSIAL DAN MODEL AGENSI DALAM AKSI PEMBERANTASAN NARKOBA (Studi Kolaboratif Elite Aparatur Gampoeng dan Teungku Dayah Dalam Pemberantasan Narkoba di Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe) Rizki - Yunanda
Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA) Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Prodi Sosiologi Agama FIS Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30829/jisa.v3i1.7404

Abstract

Artikel ini menunjukkan arti penting Gerakan Sosial dan model agensi dalam aksi Pemberantasan Narkoba di Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe. Isu ini strategis dan menarik diteliti karena Satu dekade terakhir, mafia narkoba telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat pasar peredarannya. Realitas penyebarannya meluas baik secara geografis maupun dari segi penggunanya. Satu dekade lalu, secara geografis penyebarannya berpusat di Kota dan tempat-tempat hiburan malam, saat ini melebar hingga ke pelosok Desa. Pengguna narkoba sepuluh tahun lalu terbatas pada kalangan tertentu, kini tidak lagi terbatas. Anak-anak, remaja dan bahkan terdapat pula disebagian daerah di Indonesia kaum agamawan pun menjadi pencandunya. Argumen utama tulisan ini menggunakan kerangka konsep agensi Giddens sebagai gerakan kolektif. Argumen tulisan akan diakhiri dengan uraian mengenai strategi Agensi gerakan yang bersifat suci karena didorong melalui justifikasi norma Islam melahirkan keberanian luar biasa masyarakat Ujoeng Pacu dalam menghadapi mafia narkoba. Artikel ini berangkat dari hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus sebagai strategy of inquiry. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, pengamatan, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya yang diperkaya dengan studi literatur yang ekstensif.
REINTEGRASI EKS GERAKAN ACEH MERDEKA (STUDI KEBERLANJUTAN MODAL USAHA MANTAN KOMBATAN GAM DI NISAM ACEH UTARA) Rizki Yunanda
Jurnal Intervensi Sosial dan Pembangunan Vol 2, No 1 (2021): JURNAL INTERVENSI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (JISP)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jisp.v2i1.4682

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang reintegrasi eks Gerakan Aceh Merdeka, dengan tujuan untuk mengetahui keberlanjutan proses reintegrasi pasca 15 tahun perdamaian Aceh. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Proses reintegrasi mantan kombatan GAM di Kecamatan Nisam Aceh Utara belum berjalan maksimal karena pelaksanaannya tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan. Dalam penyaluran bantual modal usaha terindikasi terjadinya pengaruh politik untuk kepentingan kelompok tertentu. (2) Adanya indikasi praktek cuci tangan melalui finalisasi data serta mekanisme komplain perorangan bagi mantan kombatan GAM, tidak adanya tim yang dibentuk ditingkat Kecamatan hingga di tingkat Desa sebagai peninjau, juga menjadi permasalahan keberlanjutan reintegrasi di Aceh. (3) Pemberian modal usaha reintegrasi tidak sepenuhnya bermamfaat dalam pemberdayaan ekonomi karena tidak adanya pemberdayaan yang keberlanjutan dan kejelasan atas konsep strategisnya (blueprint), hanya tertuju pada aspek ekonomi (Insich) yang bersifat bantuan (charity). Pelaksanaan pemberian bantuan modal tidak disertai teknis pelaksanaan kerja. (4) Fasilitator tidak bekerjasama dengan penerima dalam mengatur strategi menggunakan uang. Pemberian uang tidak melalui beberapa tahap. Pemberian uang sebagai bantuan modal usaha sesuai petunjuk dari panglima sagoe (elit GAM) se tingkat Kecamatan. Kata Kunci: Reintegrasi, Eks Gerakan Aceh Merdeka, Keberlajutan, Modal Usaha   
WALI NANGGROE ACEH : Transformasi, Eksistensi dan Model Penguatan Kelembagaan M. Nazaruddin; Nirzalin Nirzalin; Ade Ikhsan Kamil; Abdullah Akhyar Nasution; Rizki Yunanda
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 2, No 2 (2021): Multidimensi Problematika Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v2i2.5649

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang eksistensi dan transformasi Lembaga Wali Nanggroe dan perkembangannya dari peran dan fungsi Wali Nanggroe secara kultural kepada institusi formal dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Artinya tulisan ini ingin melihat lebih jauh bagaimana imajinasi sosiologis ideal Lembaga Wali Nanggroe dalam dualitas kedudukan saat ini antara hukum formil sebagai pemangku adat dan pemimpin ideologi dan politik secara sosiologis dalam meraih harkat , marwah dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, peneliti menemukan bahwa Lembaga Wali Nanggroe dapat menjadi salah satu pilar kelembagaan sosial politik dalam konsepsi kuadra politika sehingga tidak saja dapat berperan pada wilayah kultural tetapi juga pada wilayah sosial politik. Keywords: Eksistensi, Transformasi Kelembagaan,Wali Nanggroe, Dualitas Fungsi, Kuadra Politika. 
Strategi Orang Tua Keluarga Miskin dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Muzakkir Muzakkir; Rizki Yunanda
Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial Vol 7, No 1 (2021): Dinamika Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jsds.v1i1.3803

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang “Strategi Orang Tua Keluarga Miskin Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak”. Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Namploh Papeun Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui. Apa yang menjadi motivasi para orang tua dari keluarga miskin mendorong anaknya untuk menempuh pendidikan hingga keperguruan tinggi dan bagaimana strategi para orang tua dari keluarga miskin dalam mendorong anaknya untuk menempuh pendidikan hingga keperguruan tinggi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Motivasi McClelland. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh melalui proses wawancara mendalam serta menggunakan pengumpulan dokumentasi sebagai data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi para orang tua dari keluarga miskin mendorong anaknya untuk menempuh pendidikan hingga keperguruan tinggi karena budaya malu jika tidak menyekolahkan anaknya. Selain itu juga dipenguruhi oleh keinginan anak yang kuat untuk tidak menatap di Gampong kecuali bersekolah. Sehingga apapun pekerjaan mereka bukan menjadi persoalan. Karena menyekolahkan anak tetap menjadi pilihan bagi mereka walaupun harus berhutang. Bagi orang tua keluarga menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi adalah bagian dari sebuah kesenangan dalam kehidupan sosial masyarakat setempat dengan yang lain, sangat tidak lazim bagi para orang tua, mereka sangat malu dengan masyarakat Gampong jika anaknya tidak  melanjutkan pendidikan.
MODAL SOSIAL KELOMPOK MINA BAHARI DALAM MENGATASI EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN PESISIR BAGAN PERCUT SEI TUAN Putri Sofia Anjani; Nirzalin Nirzalin; M. Husen MR; Rizki Yunanda
Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial Vol 8, No 2 (2022): Jaringan Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jsds.v8i2.9127

Abstract

This study examines social capital in the Mina Bahari fisherman group, Bagan Percut Coastal Village, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The Mina Bahari group who has social capital in their daily lives and uses it as a tool to survive. This study uses a qualitative method. The purpose of this study is to describe the description of social capital in the Mina Bahari fisherman group in overcoming socio-economic problems. Data collection was carried out in April 2022 by conducting in-depth interviews with informants consisting of the head of the Mina Bahari fishing group, members of the Mina Bahari fishermen, the Head of Percut Village, the Marine and Fisheries Service and the surrounding community. The results show that social capital plays an active role in problem solving, survival and adaptation in fishing groups in the Bagan Percut Coast. Sustainability of adaptation is seen from the coping strategy through contributions in the group which is a means to realize concern among fellow members, cooperation in helping fellow members, a sense of trust, values and norms that apply in the group. In addition, fisherman groups also build social networks with village governments and from the Marine and Fisheries Service in overcoming poverty in fishing groups with various activities.Penelitian ini mengkaji tentang modal sosial pada kelompok nelayan Desa Pesisir Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kelompok yang memiliki modal sosial dalam kehidupan dan menjadikan sebagai alat untuk bertahan hidup. Tujuan dari penelitian adalah memaparkan deskripsi modal sosial pada kelompok nelayan Mina Bahari dalam mengatasi sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial berperan aktif dari kepercayaan, norma dan jaringan sosial dalam penyelesaian masalah, keberlangsungan hidup dan adaptasi dalam kelompok nelayan di Pesisir Bagan Percut. Keberlangsungan adaptasi dilihat dari strategi mengatasi melalui iuran dalam kelompok yang menjadi sarana untuk mewujudkan kepedulian antar sesama anggota, kerjasama dalam membantu sesama anggota, rasa kepercayaan, nilai dan norma yang berlaku dalam kelompok. Selain itu, kelompok nelayan juga membangun jaringan sosial dengan pemerintah desa dan dari Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mengatasi kemiskinan kelompok nelayan dengan berbagai kegiatan.
ADAPTASI ETNIS MELAYU TAMIANG DALAM DINAMIKA SOSIAL DAN CULTURE MASYARAKAT ACEH Dedi Fariadi; Teuku Kemal Fasya; Rizki Yunanda; Yusmalinda Yusmalinda
Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial Vol 9, No 1 (2023): Pengendalian Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jsds.v9i1.10215

Abstract

This research examines the presence of the Tamiang Malay ethnic group in Aceh, especially in the classification known as host ethnics, which is decreasing in existence amidst the rampant migration of other tribes, especially the Javanese who inhabit plantation areas in Aceh Tamiang. The purpose of this study is to provide a description of the construction of Tamiang Malay culture in the social and cultural dynamics of the Acehnese people. This study uses qualitative methods by collecting observational data, interviews, and documentation studies. The results of the study show that the existence of the Tamiang Malay ethnicity is divided into two Malay community groups that differ in the use of accents in the pronunciation of the language. The Malay tribe who inhabit the upstream part of the Tamiang daily dialect uses the letter "o" and the downstream Tamiang tribe uses the letter "e". The Tamiang Malay ethnicity continues to experience degradation with the large number of immigrants, especially the Javanese ethnicity, resulting in statistical changes. Currently it is estimated that the remaining 40% of the Tamiang Malay Ethnicity, on average they inhabit the coast or the downstream part of Tamiang which are scattered in several sub-districtsPenelitian ini mengkaji tentang tentang keberadaan suku bangsa Melayu Tamiang di Aceh, terutama pada klasifikasi yang disebut sebagai etnis tempatan (host ethnics) yang semakin berkurang keberdaannya di tengah maraknya migrasi suku lain, terutama suku jawa yang mendiami areal perkebunan di Aceh Tamiang. Tujuan dari penelitian adalah memaparkan deskripsi tentang konstruksi budaya Melayu Tamiang dalam dinamika sosial dan culture masyarakat Aceh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan etnis Melayu Tamiang terpecah menjadi dua kelompok komunitas masyarakat melayu yang berbeda dalam penggunaan logat dalam pengucapan bahasa. Suku melayu yang mendiami bagian hulu Tamiang dialek sehari-hari menggunakan kalimat dengan huruf “o” dan suku Tamiang bagian hilir dialeknya menggunakan huruf “e”. Etnis Melayu Tamiang terus mengalami degradasi dengan banyaknya pendatang, terutama Etnis Jawa, sehingga terjadi perubahan statistik. Saat ini diperkirakan Etnis Melayu Tamiang tersisa 40 %, rata-rata mereka mendiami pesisir atau bagian hilir Tamiang yang tersebar di beberapa kecamatan.
Depoliticization of the Uleebalangs Descendants Due to a History of Past Violent Conflicts Teuku Kemal Fasya; Rizki Yunanda; Dedi Fariadi
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10161

Abstract

The study deals with the tragedy of violence that victimized the Uleebalangs and their descendants. This event happened at the beginning of Indonesia's independence (late 1945 to 1946) and continued when the DI/TII movement emerged between 1953 and 1962, known as Prang Cumbok ( war of Cumbok ). This research was conducted on the descendants of Uleebalangs who know the stories of violence experienced by their families in the city of Lhokseumawe, in the province of Aceh. This fact is interesting to examine because it is valuable in reconstructing the historical truth of the massacre of the Uleebalangs by the PUSA group. The study was conducted using a qualitative ethnographic approach. Data collection was carried out through live in, observation, in-depth interviews, focus group discussions (FGD) and document reviews. The data analysis process was carried out interactively through six different steps; data collection, data verification, data models, data coding, thematic data networks, meaning and conclusion. The results of this study indicate that the tragedy of Prang Cumbok is one of the dark stories that happened in Aceh at the beginning of Indonesia's independence. This tragedy has been forgiven by most of the families of the victims, but it has not been forgotten. Therefore, a fair historical reconstruction of the Cumbok tragedy is central to sustainable development planning in Aceh.Studi Penelitian ini membahas tentang tragedy kekerasan yang menjadikan Uleebalang dan keluarganya sebagai korban. Peristiwa itu terjadi pada awal kemerdekaan (akhir 1945 hingga 1946) dan berlanjut ketika Gerakan DI/TII muncul (1953-1962), yang terkenal dengan sebutan perang Cumbok. Beberapa studi kasus kekerasan pernah dialami oleh beberapa keluarga keturunan Ulee Balang di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Kenyataan ini menarik dikaji  untuk merekonstruksi kebenaran sejarah pembantaian Ulee Balang oleh kelompok PUSA. Studi dilakukan dengan pendekatan kualitatif etnografis. Pengumpulan data dilakukan melalui Live in, observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD) dan studi dokumen. Proses analisis data dilakukan secara interaktif melalui tahapan; pengumpulan data, verifikasi data, pola-pola data, pengodean data, jaringan tematik data, makna dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Tragedi perang Cumbok merupakan salah satu sejarah kelam yang terjadi di Aceh pada awal kemerdekaan Indonesia. Tragedi tersebut telah dimaafkan oleh sebagian besar keluarga korban, namun tidak dilupakan. Perlu ada rekonstruksi sejarah tragedi Cumbok yang adil untuk kepentingan perencanaan pembangunan berkelanjutan di Aceh.
Tradisi Upacara Peutren Aneuk pada Masyarakat Aceh Barat: Proses, Makna dan Nilai Reva Riana; Iromi Ilham; Teuku Kemal Fasya; Rizki Yunanda
Aceh Anthropological Journal Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v7i1.10984

Abstract

This article aims to discuss how the process of carrying out the peutren aneuk ritual (getting off the ground ceremony) in the people of West Aceh and analyze the meaning and values contained in this traditional ceremony. This discussion is important as an effort to transmit knowledge and educational facilities to the younger generation so that local ritual traditions and local wisdom can be maintained and continue to be passed down. The research method used is qualitative with three data collection techniques, namely participatory observation, interviews and document study. The process of data analysis includes the stages of data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the study show that the tradition of the peutren aneuk ceremony in the people of West Aceh is carried out as a form of respect and gratitude to Allah SWT for the birth of a baby. The peutren aneuk ritual tradition is carried out when the baby is 7 to 44 days old. The process of the peutren aneuk ritual ceremony includes peusijuk, peucicap, turning chicken hearts, cuko 'ok, splitting a coconut, peugideung tanoh, bringing it to the mosque, silat (if you have a vow), reciting the Koran, samadiah, and reciting the barzanji. While the meaning and value of the whole process of carrying out the ceremony can be interpreted from three symbolic dimensions, namely speech, behavior, and the objects used. For example, speech symbols are present in the form of narrative poems that contain good advice and prayers.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana proses pelaksanaan ritual peutren aneuk (upacara turun tanah) pada masyarakat Aceh Barat serta menganalisis makna dan nilai yang terkandung dalam upacara adat tersebut. Pembahasan ini penting dilakukan sebagai salah satu upaya transmisi pengetahuan dan sarana edukasi kepada generasi muda agar tradisi ritual dan kearifan lokal setempat dapat terjaga dan terus diwariskan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi partisipatif, wawancara dan studi dokumen. Proses analisis data mencakup tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi upacara ritual peutren aneuk dalam masyarakat Aceh Barat dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran bayi. Tradisi upacara ritual peutren aneuk dilakukan dalam rentan waktu bayi berumur 7 sampai 44 hari. Proses upacara ritual peutren aneuk meliputi peusijuk, peucicap, membolak-balik hati ayam, cuko ’ok, membelah kelapa, peugideng tanoh, membawa ke masjid, silat (jika memiliki nazar), mengaji, samadiah, dan membaca berzanji. Sementara makna dan nilai dari segenap proses pelaksanaan upacara dapat ditafsirkan dari tiga dimensi simbolik, yaitu ucapan, perilaku, dan benda-benda yang digunakan. Misalnya, simbol ucapan hadir dalam bentuk penuturan syair-syair yang berisi nasehat dan doa kebaikan.