Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

KOPI: OTENTISITAS MATERIAL DAN GAYA HIDUP Kamil, Ade Ikhsan
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i2.2777

Abstract

This paper aims to see the extent to which coffee is a consumable commodity that is devoid of meaning, but coffee is also seen as a material that has been commodified so as to cause different meanings for people who consume it. By using qualitative research methods, the author wants to show that how changes in coffee as a commodity can become a lifestyle that has an impact on the meaning of the coffee commodity itself as if coffee has changed itself and given meaning to itself.Abstrak:  Tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kopi sebagai sebuah komoditas konsumsi yang hampa makna, namun kopi juga dilihat sebagai sebuah materi yang mengalami komodifikasi sehingga menimbulkan pemaknaan yang berbeda bagi orang yang mengonsumsinya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis ingin menunjukkan bahwa bagaimana perubahan kopi sebagai komoditas dapat menjadi gaya hidup yang berdampak pada pemaknaan komoditas kopi itu sendiri seolah-olah kopi telah merubah dirinya sendiri dan memberikan makna terhadap dirinya
PROBLEMATIKA DI BALIK PROSES RELOKASI KORBAN BENCANA DI SITI AMBIA Juhaina, Juhaina; Fasya, T. Kemal; Kamil, Ade Ikhsan
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i1.2788

Abstract

Bencana alam selalu memunculkan dampak pembangunan baru di wilayah tertentu. Pembangunan dikonsepsikan sebagai usaha untuk kemajuan ekonomi yang berarti keluar dari zona kemiskinan. Masyarakat harus saling mendukung dalam hal pembangunan, karena masyarakat menentukan keadaan sosial dan pembangunan suatu negara. Dari dampak bencana gempa yang ditimbulkan maka muncullah pembangunan daerah pascabencana untuk memulihkan kembali luka mayarakat. Namun, masyarakat terlihat gagap terhadap pembangunan tersebut, hal ini dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat yang lebih memilih kembali ke lokasi awal bencana daripada menempati relokasi bantuan. Penelitian ini mengambil tema pembangunan pasca bencana, dengan pendekatan Antropologi Pembangunan. Studi Antropologi Pembangunan yang digunakan mengangkat judul “Rekonstruksi Kampung Siti Ambia Pascabencana” (Studi Antropologi Pembangunan di Kampung Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Kabuaten Aceh Singkil). Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah jenis sosial kualitatif. Kampung Siti Ambia adalah salah satu Kampung di Kecamatan Singkil yang terkena bencana gempa pada 28 Maret 2005. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yakni, data primer dan data sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa masyarakat lebih memillih kembali ke tempat semula daripada menempati lokasi bantuan. Padahal lokasi bantuan jauh lebih baik daripada lokasi semula yang mereka tinggali. Dengan penelitian ini penulis berharap akan menambah wawasan mengenai pembangunan pasca gempa dalam studi Antropologi Pembangunan, serta memberi pandangan mengenai pembangunan terhadap masyarakat.
Angon Jawi: Etnografi Sumber Pendapatan Alternatif Petani Karet di Desa Batu Godang, Kecamatan Angkola Sangkunur Kamandanu, Ari; Kamil, Ade Ikhsan
Aceh Anthropological Journal Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v5i1.4607

Abstract

Artikel ini berfokus pada upaya proses pemenuhan kebutuhan ekonomi petani karet melalui Angon Jawi di Batu Godang, Kecamatan Angkola Sangkunur. Artinya, artikel ini berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam mengapa petani karet memilih menjadi buruh angon jawi untuk dijadikan sumber ekonomi tambahan dan bagaimana proses pemenuhan kebutuhan ekonomi melalui proses angon jawi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan petani karet memilih angon jawi menjadi sumber pendapatan alternatif demi pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu 1) lokasi lahan yang berdekatan dengan perkebunan karet milik PTPN III yang menguntungkan para petani karet menjadi buruh angon jawi sebagai sumber pendapatan tambahan, 2) Minimnya modal menjadi buruh angon jawi, 3) Resiko pekerjaan yang minim. 4) Waktu bekerja yang hanya setengah hari dan tidak mengikat kepala keluarga.
WALI NANGGROE ACEH : Transformasi, Eksistensi dan Model Penguatan Kelembagaan Nazaruddin, M.; Nirzalin, Nirzalin; Kamil, Ade Ikhsan; Nasution, Abdullah Akhyar; Yunanda, Rizki
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 2, No 2 (2021): Multidimensi Problematika Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v2i2.5649

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang eksistensi dan transformasi Lembaga Wali Nanggroe dan perkembangannya dari peran dan fungsi Wali Nanggroe secara kultural kepada institusi formal dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Artinya tulisan ini ingin melihat lebih jauh bagaimana imajinasi sosiologis ideal Lembaga Wali Nanggroe dalam dualitas kedudukan saat ini antara hukum formil sebagai pemangku adat dan pemimpin ideologi dan politik secara sosiologis dalam meraih harkat , marwah dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, peneliti menemukan bahwa Lembaga Wali Nanggroe dapat menjadi salah satu pilar kelembagaan sosial politik dalam konsepsi kuadra politika sehingga tidak saja dapat berperan pada wilayah kultural tetapi juga pada wilayah sosial politik. Keywords: Eksistensi, Transformasi Kelembagaan,Wali Nanggroe, Dualitas Fungsi, Kuadra Politika. 
BUR TELEGE : ETNOGRAFI GERAKAN KOLEKTIF MASYARAKAT DALAM MEMBANGUN WISATA ISLAMI Kamil, Ade Ikhsan; Ilham, Iromi; Ikramatoun, Siti; Meliza, Richa; Sjaffruddin, Sjaffruddin
Aceh Anthropological Journal Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v5i2.5650

Abstract

Lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 membuka peluang bagi desa untuk mandiri dan otonom. Keistimewaan tersebut salah satunya untuk berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan kawasan wisata islami. Berdasarkan hal tersebut, kebangkitan pariwisata Buttelege membuka asa baru dalam penelitian tentang desa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji 3 hal utama, pertama; bagaimana proses awal munculnya ide untuk membangun daerah Pariwisata Burtelege dengan memanfaatkan dana desa. Kedua; mellihat bagaimana dampak sosial, peruubahan dan perkembangan. Ketiga; mengkaji negosiasi yang dibangun oleh inisiator dalam menjawab tantangan hadirnya wacana wisata islami. Dengan menggunakan pendekatan etnografi, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dinamika sosial-ekonomi terkait dengan pengembangan kawasan wisata Burtelege. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada faktor awal dari pembangunan dan pengembangan Burtelege sebagai kawasan wisata.tiga faktor tersebut adalah keinginan untuk mengubah stereotip kampung, mengembalikan keaktifan pemuda dan keinginan mengorganisasikan parkir di hari Minggu sebagai stimulan. Selain itu, partisipasi masyarakat berupa kegiatan swadaya telah menstimulus perkembangan Burtelege sebagai kawasan wisata islami.
Pendekatan Budaya dalam Resolusi Konflik Politik Aceh: Suatu Catatan Reflektif Muhammad Sahlan; Iromi Ilham; Khairul Amin; Ade Ikhsan Kamil
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 16, No 1 (2022)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v16i1.25272

Abstract

This reflective paper aims to discuss the importance of using a cultural approach to resolve political conflicts and see the past as a learning space to create a civilization in the present and future. In the context of conflict, Aceh has become a medium for learning how the political conflict between GAM and the Indonesian government is resolved. The experience of past conflicts, a series of failed negotiations, and the cultural approach to the Helsinki negotiations, in parallel, serve as important lessons and evidence that “historical-humanism” does not work in a vacuum. This article illustrates that a cultural approach is a key to successful negotiations for a resolution. This is due to several things: first, building an estuary of peace with a cultural approach taking into account the representations and interests of the two conflicting parties, related to technicalities and mechanisms and matters of a substantive nature. Second, understanding and appreciating the perspective of others is important to know what messages and aspirations have not been conveyed properly so far. And third, acknowledging past mistakes and sins, then sincerely and boldly apologizing to those who were hurt, is a form of acknowledging regret for what has been done.AbstrakTulisan reflektif ini bertujuan untuk membahas pentingnya menggunakan pendekatan budaya untuk menyelesaikan konflik politik dan melihat masa lalu sebagai ruang belajar untuk menciptakan peradaban di masa sekarang dan masa depan. Dalam konteks konflik, Aceh menjadi media pembelajaran bagaimana konflik politik antara GAM dan pemerintah Indonesia diselesaikan. Pengalaman konflik masa lalu, serangkaian negosiasi yang gagal, dan pendekatan kultural terhadap negosiasi Helsinki, secara paralel, menjadi pelajaran dan bukti penting bahwa “humanisme-historis” tidak bekerja dalam ruang hampa. Artikel ini menggambarkan bahwa pendekatan budaya adalah kunci keberhasilan negosiasi untuk sebuah resolusi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: pertama, membangun muara perdamaian dengan pendekatan budaya dengan memperhatikan representasi dan kepentingan kedua pihak yang bertikai, terkait teknis dan mekanisme serta hal-hal yang bersifat substantif. Kedua, memahami dan menghargai cara pandang orang lain penting untuk mengetahui pesan dan aspirasi apa yang selama ini belum tersampaikan dengan baik. Dan ketiga, mengakui kesalahan dan dosa masa lalu, kemudian dengan tulus dan berani meminta maaf kepada yang tersakiti, merupakan bentuk pengakuan penyesalan atas apa yang telah dilakukan.
Ulama: Roh Kebudayaan untuk Rekonsiliasi di Aceh Muhammad Sahlan; Khairul Amin; Ade Ikhsan Kamil; Iromi Ilham
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v13i2.18460

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang posisi Ulama Aceh sebagai roh kebudayaan untuk proses rekonsiliasi pasca konflik Aceh. Dengan menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif, artikel ini menunjukkan bahwa dalam konteks sosio kultural masyarakat aceh, posisi ulama masih menempati strata yang tinggi. Kontribusi dan peran ulama dalam lintas sejarah hingga saat ini telah mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh.  Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi kultural ulama sebagai ruh kebudayaan masyarakat Aceh dapat menjadi solusi dari rekonsiliasi Aceh untuk perdamaian yang berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa pelibatan ulama aceh secara praktis dalam kerja rekonsiliasi dapat menjadi salah satu faktor pendukung perdamaian berkelanjutan di Aceh.
Dari Pohon Hidup Ke Kayu Mati: Perubahan Pencarian Keselamatan Orang Dayak dalam Kehidupan Desa di Kalimantan Barat Ade Ikhsan Kamil
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.247 KB)

Abstract

AbstractThe study attempted to show why rituals in Nek Lhan's community life were slowly getting lost. The presence of a new religion which is considered paradoxical in faith to Duwata I see as an act of domination by an agency that acts as an intellectual actor. The same thing with new commodities in the economic system Nek Lhan farmers is considered to be contrary to the old economy, namely Ladang and rubber. By using the ethnographic method, I want to show the negotiations made in resolving the contradictions that exist in the religious and economic life of the Nek Lhan community. I concluded that one of the negotiations carried out with the new moral economic was because of the change in the search for safety from the Tree of Life into the form of dead wood, the cross.Keywords: Faith, Agency, Nek Lhan, EconomicAbstrakStudi ini berusaha untuk memperlihatkan mengapa ritual dalam kehidupan masyarakat di Nek Lhan perlahan mulai hilang. Kehadiran agama baru yang dianggap paradoks dengan kepercayaan terhadap Duwata saya lihat sebagai tindakan dominasi oleh agensi yang berperan sebagai aktor intelektual. Hal yang sama dengan komoditas baru dalam sistem ekonomi petani Nek Lhan dianggap bertentangan dengan ekonomi lama yaitu ladang dan karet. Dengan menggunakan metode etnografi saya ingin menunjukkan negosiasi yang dilakukan untuk menyelesaikan pertentangan yang ada dalam kehidupan keagamaan dan ekonomi masyarakat Nek Lhan. Saya berkesimpulan bahwa salah satu negosiasi yang dilakukan dengan aproriasi moral ekonomi baru karena perubahan pencarian keselamatan dari Pohon hidup (tree of life) ke dalam wujud kayu ‘mati’ yaitu salib.Kata Kunci: Kepercayaan, Agensi, Nek Lhan, Ekonomi
KOPI: OTENTISITAS MATERIAL DAN GAYA HIDUP Ade Ikhsan Kamil
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i2.2777

Abstract

This paper aims to see the extent to which coffee is a consumable commodity that is devoid of meaning, but coffee is also seen as a material that has been commodified so as to cause different meanings for people who consume it. By using qualitative research methods, the author wants to show that how changes in coffee as a commodity can become a lifestyle that has an impact on the meaning of the coffee commodity itself as if coffee has changed itself and given meaning to itself.Abstrak:  Tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kopi sebagai sebuah komoditas konsumsi yang hampa makna, namun kopi juga dilihat sebagai sebuah materi yang mengalami komodifikasi sehingga menimbulkan pemaknaan yang berbeda bagi orang yang mengonsumsinya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis ingin menunjukkan bahwa bagaimana perubahan kopi sebagai komoditas dapat menjadi gaya hidup yang berdampak pada pemaknaan komoditas kopi itu sendiri seolah-olah kopi telah merubah dirinya sendiri dan memberikan makna terhadap dirinya
PROBLEMATIKA DI BALIK PROSES RELOKASI KORBAN BENCANA DI SITI AMBIA Juhaina Juhaina; T. Kemal Fasya; Ade Ikhsan Kamil
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i1.2788

Abstract

Bencana alam selalu memunculkan dampak pembangunan baru di wilayah tertentu. Pembangunan dikonsepsikan sebagai usaha untuk kemajuan ekonomi yang berarti keluar dari zona kemiskinan. Masyarakat harus saling mendukung dalam hal pembangunan, karena masyarakat menentukan keadaan sosial dan pembangunan suatu negara. Dari dampak bencana gempa yang ditimbulkan maka muncullah pembangunan daerah pascabencana untuk memulihkan kembali luka mayarakat. Namun, masyarakat terlihat gagap terhadap pembangunan tersebut, hal ini dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat yang lebih memilih kembali ke lokasi awal bencana daripada menempati relokasi bantuan. Penelitian ini mengambil tema pembangunan pasca bencana, dengan pendekatan Antropologi Pembangunan. Studi Antropologi Pembangunan yang digunakan mengangkat judul “Rekonstruksi Kampung Siti Ambia Pascabencana” (Studi Antropologi Pembangunan di Kampung Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Kabuaten Aceh Singkil). Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah jenis sosial kualitatif. Kampung Siti Ambia adalah salah satu Kampung di Kecamatan Singkil yang terkena bencana gempa pada 28 Maret 2005. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yakni, data primer dan data sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa masyarakat lebih memillih kembali ke tempat semula daripada menempati lokasi bantuan. Padahal lokasi bantuan jauh lebih baik daripada lokasi semula yang mereka tinggali. Dengan penelitian ini penulis berharap akan menambah wawasan mengenai pembangunan pasca gempa dalam studi Antropologi Pembangunan, serta memberi pandangan mengenai pembangunan terhadap masyarakat.