Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

POLA PEMBAGIAN PERAN UTOH PEURAHO DALAM PEMBUATAN KAPAL NELAYAN DI LHOKSUEMAWE, ACEH Azzahra, Wina; Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i2.2781

Abstract

Tulisan ini ingin melihat lebih jauh bagaimana pola pembagian peran Utoh Peuraho di Lhokseumawe dalam dinamika perubahan lingkungan alam, dan kondisi sosial,ekonomi, politik dan budaya dan hubungannya dengan situasi industri kapal modern.dengan menggunakan pendekatan etnografi penulis ingin menunjukkan bahwa pembagian peran utoh peuraho sangat berkaitan dengan ketersediaan bahan baku serta proses komunikasi yang dibangun oleh pemodal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Utoeh Peuraho merupakan salah satu profesi yang masih sangat dibutuhkan di tengah masyarakat pesisir di Lhokseumawe. Pola pembagian peran utoh peuraho terbentuk saling berkaitan satu dengan lainnya. Dengan status kedudukan tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu : toke (pemilik kapal), kepala utoh (kepala tukang), dan utoh peuraho (awak pembuat kapal). Fungsi dari peran yang dimiliki oleh toke, kepala utoh, dan utoh peuraho berbeda-beda dan saling kerterkaitan satu sama lainnya. Dimana toke merupakan yang menyediakan modal dalam pembuatan kapal. Kepala utoh merupakan seseorang yang mendesain kapal dan mengatur pekerjaan utoh peuraho. Sedangkan utoh peuraho merupakan seseorang yang menerima perintah dari kepala utoh pada pembuatan kapal.
GENTRIFIKASI DAN PERGOLAKAN LAHAN DI KELURAHAN TANJUNG TONGAH KECAMATAN SIANTAR MARTOBA KOTA PEMATANGSIANTAR Anggraeni, Dwi; Fasya, Teuku Kemal; Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i2.2778

Abstract

This article has the theme of land conversion or gentrification that occurred in Tanjung Tongah Village, Martoba District, Pematangsiantar City. In depth, this study will observe and analyze the background of the gentrification process at the research location. This research uses qualitative social methods that are descriptive in nature with observation techniques, in-depth interviews, documentation study and literature study. The results showed that there are several factors behind the occurrence of gentrification in Tanjung Tongah Village, including unclear land ownership status by the community, factors of urban development and urbanization as well as factors of economic turmoil experienced by land owners. Abstrak:  Artikel ini bertema alih fungsi lahan atau gentrifikasi yang terjadi di kelurahan Tanjung Tongah, Kecamatan Martoba, Kota Pematangsiantar. Secara mendalam penelitian ini akan mengamati dan menganalisis latarbelakang terjadinya proses gentrifikasi di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan metode sosial kualitatif yang bersifat deskriftif dengan teknik observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya gentrifikasi di Kelurahan Tanjung Tongah, di antaranya status kepemilikan lahan yang tidak jelas oleh masyarakat, faktor pembangunan kota dan urbanisasi serta faktor gejolak ekonomi yang dialami oleh masyarakat pemilik lahan.
KEHIDUPAN PEREMPUAN NELAYAN DI GAMPONG UJONG BLANG KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE Tanjung, Selpia Arwida; Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v3i1.2789

Abstract

Pokok masalah yang diajukan dalam paper adalah perlunya meninjau kembali tentang kehidupan yang dijalani oleh perempuan-perempuan pencari tiram dan kontribusi ekonomi yang diberikan oleh mereka untuk perekonomian rumah tangga nelayan di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Kota ini memiliki sumber daya alam laut yang melimpah sebagai wilayah pesisir, selayaknya dengan sumber daya alam yang ada dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang menempati kota tersebut, terkhusus bagi keluarga yang berada di pesisir yaitu Gampong Ujong Blang. Penelitian ini menggunakan kajian antropologi ekonomi dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh para perempuan pencari tiram sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan. Keberadaan mereka juga untuk mendukung pendapatan suami yang sangat terbatas dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan, terkadang hasil yang didapat oleh perempuan melebihi dari pendapatan suami, tetapi ini semua tergantung bagaimana keahlian mereka dalam mengolah tiram pasca pencarian.
ZIMBO Analisis Isi terkait Nilai Sosial dan Budaya Dalam Cerita Rakyat Di Simalungun Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v2i2.1159

Abstract

The tale of the Zimbo is one of folklore that can be found in ethnic Simalungun. Currently, in order to understanding character a group of people can also be done by reviewing content or substance of folk tales that they have. To study the value content of of social-cultural values in a folklore will be useful in identifying collective potential or characters the owners of the story. This article is written base on the document study by using content analysis method. The collection of data in this study is entirely done by studying a whole of Zimbo story. The written source of Zimbo tale retrieved from the publication of the Ministry of Education and Culture at 1996. The results of the analysis content done found that the story of Zimbo contain some social and culture values. genarally, the story of Zimbo shows that Simalungun ethnic was a religious community, keep the harmony of nature, very democratic, anti-imperialism and other socio-cultural values. Thus, dissemination of the values that exist in the content of the story of Zimbo will be very useful in the forming character Ke-Simalungunan on the young generation.
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER DAN ANALISIS AKTOR SERTA KELEMBAGAAN TERKAIT ISU PUBLIK PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN KERBAU BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI GAYO LUES Nasution, Abdullah Akhyar; Ilham, Iromi; Fasya, Teuku Kemal
Aceh Anthropological Journal Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v4i2.3120

Abstract

Tradisi beternak kerbau saat ini masih dapat dijumpai di banyak daerah di nusantara, namun secara kualitas dan kuantitas sudah jauh berkurang, termasuk tradisi uwer (beternak) kerbau yang dipraktekkan oleh masyarakat Gayo Lues. Salah satu penyebab adalah kurangnya perhatian stakeholder setempat terhadap permasalahan ini. Padahal, praktek uwer tidak hanya berpotensi mengembangkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, namun juga sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Jika tidak dilakukan proteksi, tidak menutup kemungkinan kerbau akan hilang dalam budaya kehidupan Gayo. Kondisi ini menjadi dasar bagi peneliti untuk mengkaji tentang identifikasi stakeholder dan analisis aktor serta kelembagaan terkait pengembangan kawasan peternakan yang berbasis keraifan lokal di Gayo Lues. Lebih lanjut, penelitian ini juga membahas tentang bagaimana para aktor dan lembaga terkait dengan pengelolaan dan isu pengembangan peternakan di kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan studi etnografi dan metode analisis jaringan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan Focuss Group Discussion (FGD). Penelitian ini menghasilkan beberapa diskusi, yaitu: Pertama, banyak aktor dan lembaga yang terlibat dalam usaha pengembangan peternakan kerbau di Gayo Lues, namun kurangnya sinergitas dan kerjasama antar aktor berimplikasi pada degradasi kebudayaan peternakan kerbau yang berbasis kearifan lokal; kedua, kurangnya stategi yang dimiliki oleh pemangku kebijakan berimplikasi pada kurang minatnya masyarakat untuk melanjutkan tradisi uwer saban hari. Seharusnya banyak potensi yang bisa dilihat, dikembangkan dan dimanfaatkan terkait praktek peternakan kerbau di Gayo Lues; dan ketiga, sistem sosial yang diperankan oleh pemerintah, peternak kerbau, tokoh adat, juga toke kerbau harus dimaksimalkan sehingga bisa mencegah terjadinya economic inequality dan cultural insecurity.
BERNAZAR DI KUBURAN KERAMAT MUYANG BUNIN: STUDI KASUS DI DESA BUNIN KECAMATAN LOKOP SERBAJADI KABUPATEN ACEH TIMUR Jahuri, Jahuri; Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v4i1.3153

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana prosesi ziarah dan penunaian nazar yang diperaktekkan oleh masyarakat di kuburan Muyang Bunin serta untuk mengetahui motif dan alasan para peziarah melakukan ritual ziarah penunaian nazar di kuburan keramat Muyang Bunin pada masyarakat Desa Bunin Kecamatan Lokop Serbajadi Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Kemudian untuk mengkaji peneliti melakukan penelusuran melalui observasi lapangan, dokumentasi dan wawancara dengan beberapa narasumber dan beberapa tokoh masyarakat seperti kadam/penjaga makam, aparat desa, peziarah dan penduduk setempat serta mengumpulkan data terkait dengan kepercayaan, tingkah laku dan ritual nazar masyarakat peziarah pada kuburan keramat Muyang Bunin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan nazar di kuburan keramat Muyang Bunin disebabkan beberapa hal yaitu adanya  kepercayaan peziarah terhadap   unsur kekeramatan pada makam tersebut, juga kepercayaan yang sudah sejak zaman nenek moyang mereka melakukan tradisi ini. Maka dari itu tidak mengherankan lagi bagi masyarakat sekitar untuk tetap melaksanakan peran yang secara turun temurun masih dilaksanakan sampai sekarang.
MEMPERTAHANKAN TRADISI PACU JAWI: ETNOGRAFI TENTANG PENGETAHUAN DAN PRAKTEK MEMELIHARA SAPI PACUAN DI NAGARI III KOTO, KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA BARAT Pratama, Adilla; Nasution, Abdullah Akhyar
Aceh Anthropological Journal Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v4i1.3154

Abstract

Penelitian ini berjudul Mempertahankan Tradisi Pacu Jawi (Etnografi Tentang Pengetahuan Dan Praktek Memelihara Sapi Pacuan Di Nagari III Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat). Penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pacu Jawi bagi masyarakat dan untuk mengetahui sistem pengetahuan dan praktek perawatan Jawi Pacuan. Metode dalam penelitian ini penulis menggunakan metodelogi penelitian Kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Teknik pengumpulan data observasi partisipatif, wawancara tak terstruktur, dan studi dokumen. hasil penelitian menunjukan nilai-nilai yang terdapat dalam Pacuan Jawi di masyarakat Padang Luar ada nilai kerjasama ini tercermin dalam pacu jawi dimana masyarakat dan panitia bekerjasama agar acara pacu jawi dapat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dalam kerja sama masyarakat dan panitia untuk mempersiapkan lokasi untuk pacuan jawi tersebut. Disini masyarakat dan panitia menyiapkan tenda dan mencari air untuk mengaliri sawah yang akan dipakai untuk pacuan jawi, kerjasama antar pemilik Jawi dan pemilik jawi lainnya serta seorang joki dalam memasang Tajak kepada Jawi tersebut, kerjasama antar penonton dapat juga kita lihat untuk saling menjaga keamanan dan kenyamanan saat menonton Pacuan Jawi. Sistem pengetahuan dan perawatan jawi pacuan yang dimiliki masyarakat Padang Luar, khususnya peternak jawi pacuan mereka membuat kandang yang agak berbeda dari jawi ternak lainnya, kalau jawi pacuan kandangnya biasa dilantai menggunakan bambu, bambu ini disusun dengan serapi-rapinya agar Jawi tersebut nyaman dan tidak terkena penyakit Rematik. Perawatan Jawi Pacuan ini tidak jauh beda dibandingkan Jawi ternak lainnya, yang membedakannya Jawi Pacuan ini harus dilatih dan diberi makanan tambahan untuk menunjang dan membuat Jawi berkembang begitu cepat.
WALI NANGGROE ACEH : Transformasi, Eksistensi dan Model Penguatan Kelembagaan Nazaruddin, M.; Nirzalin, Nirzalin; Kamil, Ade Ikhsan; Nasution, Abdullah Akhyar; Yunanda, Rizki
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 2, No 2 (2021): Multidimensi Problematika Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v2i2.5649

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang eksistensi dan transformasi Lembaga Wali Nanggroe dan perkembangannya dari peran dan fungsi Wali Nanggroe secara kultural kepada institusi formal dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Artinya tulisan ini ingin melihat lebih jauh bagaimana imajinasi sosiologis ideal Lembaga Wali Nanggroe dalam dualitas kedudukan saat ini antara hukum formil sebagai pemangku adat dan pemimpin ideologi dan politik secara sosiologis dalam meraih harkat , marwah dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, peneliti menemukan bahwa Lembaga Wali Nanggroe dapat menjadi salah satu pilar kelembagaan sosial politik dalam konsepsi kuadra politika sehingga tidak saja dapat berperan pada wilayah kultural tetapi juga pada wilayah sosial politik. Keywords: Eksistensi, Transformasi Kelembagaan,Wali Nanggroe, Dualitas Fungsi, Kuadra Politika. 
LEMBAGA WALI NANGGROE DAN MASA DEPAN PERDAMAIAN ACEH Nazaruddin, Muhammad; Nirzalin, Nirzalin; Ilham, Iromi; Nasution, Abdullah Akhyar; Sjafruddin, Sjafruddin
Aceh Anthropological Journal Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v5i2.5625

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang keberadaan Lembaga Wali Nanggroe dalam relasinya dengan masa depan perdamaian Aceh. Teknik pengumpulan data dalam studi ini adalah observasi, wawancara mendalam serta kajian dokumen yang relevan dengan topik. Hasil kajian menyatakan bahwa Wali Nanggroe adalah institusi khusus yang memang sudah berakar dalam kultur politik keacehan. Lembaga tersebut menjadi “media” penghubung dalam berbagai sistem tatanan sosial, budaya dan politik di Aceh serta memiliki otoritas dan legitimasi yang terbentuk dari basis formal maupun non-formal. Paska Helsinki, Lembaga Wali Nanggroe berperan penting dalam memproduksi stabilitas dan kohesivitas perdamaian Aceh. Posisi Lembaga Wali Nanggroe bukan saja aktor utama perdamaian, tetapi juga aktor penentu dalam merawat perdamaian Aceh. Oleh karena itu, posisinya dalam tatanan kepemerintahan Aceh harus lebih dipertegas sehingga kuat dan otonom untuk penguatan perdamaian serta penjaga kekhususan dan keistimewaan Aceh. 
Kebijakan Pangan dan Tradisi Lokal (Studi tentang Dampak Kebijakan Pengelolaan Pangan Daging terhadap Keberadaan Tradisi Uwer di Kabupaten Gayo Lues) Abdullah Akhyar Nasution
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.697 KB) | DOI: 10.24815/jsu.v13i1.14096

Abstract

As a basic necessity, the availability of foodstuffs requires the state to be involved in its fulfillment through regulation. In carrying out of the functions, the state also makes regulations on other aspects. That condition, sometimes, raises contradictory things at the stage of implementation, especially at the local level. Culturally, the system of the food supply of proteins sourced from buffalo practiced by many tribes in Indonesia including by the Gayo community in Gayo Lues District. In Gayo, the system of traditional buffalo farms is called Uwer. It is interesting to see how the food policy has contributed to the local cattle tradition. This is the problem in this study. As a preliminary study result, data on research gathered through work fields and literature studies. Results of the study showed that there are many food policies at the national level that directly or indirectly contribute to the existence of traditional livestock patterns including farms that are practiced by the Gayo community. On its development, the Gayo community has also made modifications to the Uwer system to response the social and cultural changes. If not accompanied by protection and conservation efforts, local buffalo livestock systems that reloaded with local wisdom values will potentially lose or abandoned by the public.AsbtrakSebagai kebutuhan dasar, ketersediaan bahan pangan mengharuskan negara terlibat dalam pemenuhannya yang diwujukan melalui regulasi. Hanya saja dalam menjalankan fungsinya negara juga membuat regulasi tentang aspek lainnya. Kondisi demikian, adakalanya memunculkan hal yang kontradiktif pada tahap implementasi terutama di tingkat lokal. Secara kultural, sistem penyediaan bahan pangan protein hewani bersumber dari kerbau telah dipraktekkan oleh banyak suku di Indonesia termasuk oleh masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo Lues. Di Gayo, sistem peternakan kerbau tradisional disebut dengan uwer. Menjadi hal yang menarik melihat bagaimana kebijakan pangan yang ada ikut memengaruhi tradisi beternak di tingkat lokal. Inilah yang menjadi rumusan masalah dalam studi ini. Hasil studi awal memperlihatkan bahwa ada banyak regulasi pangan di tingkat nasional yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi eksistensi pola peternakan tradisional termasuk peternakan yang dipraktekkan oleh masyarakat Gayo, yang dikenal dengan uwer. Dalam perkembangannya, masyarakat gayo juga melakukan modifikasi pada sistem uwer guna menyiasati perubahan sosidal dan budaya. Jika tidak dibarengi dengan upaya proteksi dan konservasi, sistem peternakan kerbau lokal yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal akan berpotensi hilang atau ditinggalkan oleh masyarakat.