Ibrahim, Ishak
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pembuatan Briket Dari Campuran Limbah Cangkang Kelapa Sawit Dan Serbuk Kayu Gergaji Menggunakan Perekat Sagu Dan Arpus Sebagai Bahan Bakar Alternatif Zulfa, Rahmita; Kurniawan, Eddy; Jalaluddin, Jalaluddin; Bahri, Syamsul; Ibrahim, Ishak
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 4, No 4 (2024): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2024
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v4i4.13880

Abstract

Biomassa memiliki beberapa kegunaan sebagai sumber energi. Briket biomassa adalah salah satu jenis energi. Berbagai macam bahan mentah, termasuk sampah, tersedia untuk digunakan dalam produksi briket saat ini. Limbah cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji merupakan bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas briket dengan berbagai bahan perekat. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan adalah penggunaan jenis campuran bahan baku berupa cangkang kelapa sawit dan serbuk kayu gergaji dan varisi  perekat yaitu sagu dan arpus sehingga didapatkan briket yang terbaik dengan nilai kalor 6.814 cal/g pada briket dengan perekat arpus. Perekat yang digunakan adalah sagu dan arpus, dan briketnya dicetak dalam berbagai ukuran. Khusus pipa kecil diameter 26 mm, pipa sedang diameter 32 mm, dan pipa besar diameter 42 mm dengan tinggi masing-masing 1 inchi. Kadar air, kadar abu, nilai kalor, dan lama pembakaran semuanya diperiksa dalam penelitian ini. Briket yang dibuat menggunakan lem arpus dalam cetakan pipa kecil memiliki kadar air paling rendah (4,24%), menurut penelitian ini. Pada cetakan pipa kecil, briket yang dibuat menggunakan perekat sagu memiliki kadar abu paling rendah, yaitu 6,16%. Terdapat 4.834 kalori dan 20.239 Joule per gram serbuk gergaji dan cangkang sawit dalam briket perekat sagu. Nilai kalor lem dari Arpus adalah 28.532 (J/g) atau 6.814 (cal/g). Waktu bakar yang paling lama adalah briket dengan perekat arpus pada ukuran briket besar yaitu mencapai 90 menit.
PENGARUH AKTIVATOR KONSENTRASI ASAM SULFAT DAN MASSA SERBUK BIJI PEPAYA TERHADAP KUALITAS BIOSORBEN Pasaribu, Josua; Nurlaila, Rizka; Ibrahim, Ishak; Muhammad, Muhammad; Hakim, Lukman
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 4, No 4 (2024): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2024
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v4i4.18018

Abstract

Indonesia merupakan salah satu produsen Pepaya terbesar di dunia dengan menduduki sebagai peringkat 5 dengan total produksi sebesar 1.089.578 Ton. Pepaya memiliki manfaat serbaguna, termasuk bijinya. Pepaya memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah bijinya. Kandungan abu sebanyak 15,8 gram yang terdapat dalam biji pepaya dianggap sebagai komponen paling signifikan dalam hal sifat biosorbennya. Maka dari itu biji pepaya digunakan sebagai adsorben dalam menyerap zat pewarna yang mencemari lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biosorben menggunakan bahan baku alami yang dapat diaktivasi untuk menghasilkan biosorben berkualitas tinggi.. Penelitian ini juga meneliti dampak massa bubuk biji pepaya terhadap biosorben akhir dan pengaruh aktivator konsentrasi asam sulfat terhadap kualitas biosorben akhir, di mana biji pepaya dipisahkan dari daging buah dan dikeringkan selama 24 jam di bawah sinar matahari untuk menghilangkan kadar air. Lalu biji pepaya di furnace dengan suhu pembakaran 500 oC.selama 2 jam. Biji pepaya yang sudah di furnace lalu di ayak menggunakan ayakan 100 mesh. Penelitian ini menggunakan adsorben yang diaktivasi dengan Konsentrasi asam sulfat sebagai aktivator dan massa biji pepaya  bervariasi.. Kapasitas penyerapan maksimum pada adsorpsi terdapat massa 0,5 gram dengan konsentrasi asam sulfat 13% yaitu sebesar 4,9841 mg/g, sedangkan untuk efisiensi adsorpsi maksimum pada adsorpsi pada massa 2 gram dengan konsentrasi asam sulfat 13% yaitu sebesar 99,7189 %.
Pengaruh Penambahan Inhibitor Alami dari Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap Laju Korosi Baja ST 41 Elviana, Suci; Ibrahim, Ishak; Muarif, Agam; Zulnazri, Zulnazri; Sylvia, Novi
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 4, No 4 (2024): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2024
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v4i4.15200

Abstract

Korosi adalah sebuah proses pengkaratan, korosi sering terjadi pada logam yang mengalami proses penurunan mutu terhadap fungsinya yang disebabkan karena lingkungan yang korosif baik itu berupa udara, air maupun lainnya. Penanganan masalah korosi dapat dilakukan dengan menambahkan inhibitor korosi dari ekstrak kulit buah manggis yang mengandung tanin dan dapat membentuk senyawa komplek dengan besi lll oksida pada permukaan logam. Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang jika ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju korosi terhadap suatu logam. Pengaruh penambahan inhibitor alami dari ekstrak kulit buah manggis terhadap laju korosi pada baja ST 41 dilakukan pada penelitian di Laboratorium dengan menggunakan metode perendaman. Media korosif yang digunakan dalam penelitian adalah HCl 0,5 M yang telah ditambahkan inhibitor. Perendaman dilakukan dalam interval waktu 6 hari, 9 hari, 12 hari dan 15 hari dengan konsentrasi inhibitor 0,12 gr/ml, 0,14 gr/ml, 0,18 gr/ml, 0,24 gr/ml dan 0,36 gr/ml. Laju korosi dihitung dengan menggunakan metode weight loss, hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan terjadinya korosi sumuran dipermukaan logam, Besarnya laju korosi dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat benda uji per satuan luas permukaan per satuan waktu perendaman. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa laju korosi pada baja karbon rendah dalam lingkungan asam klorida menurun secara signifikan seiring meningkatnya konsentrasi inhibitor dan lamanya waktu perendaman. Penurunan ini terjadi karena adanya pembentukan lapisan pasif protektif pada permukaan plat baja, sehingga melindungi plat baja dari serangan korosi. Laju korosi terendah dan efisiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada perendaman 15 hari dengan konsentrasi 0,36 gr/ml yaitu 19,713 mpy dan 57,22%.