Claim Missing Document
Check
Articles

BoerPE Goat Blood Profile as Indicators of Crossbreeding Resistance Nurul Humaidah; Dedi Suryanto; Inggit Kentjonowaty
Jurnal Ternak : Jurnal Ilmiah Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan Vol 11, No 2 (2020): Jurnal Ternak
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/jt.v11i2.76

Abstract

Cases of clinical reproduction in crossbred cattle have been reported with the incidence of decreased reproductive performance. Crossbreeding resistance is usually followed by low immunity. Blood profile is one of the parameters that illustrate the immunity of livestocks. Goat crossbreeding resistance has never been studied. The purpose of this study was to analyze the crossbreeding resistance of the F1 BoerPE goat and her mothers by analyzing their blood profile. F1 BoerPE goat is the offspring of crossbreeding between Boer buck with PE goat. The research method was case study. The primary data were obtained from examination of blood profile and Physiological Status of F1 BoerPE goat and her mothers. The secondary data obtained from recording age and body weight. The blood profile data were analyzed by t test. The observed blood profile indicators were neutrophils, monocytes and lymphocytes. The results showed that the  physiological status of F1 BoerPE goat and her mothers was not significant. Nevertheless, the number of neutrophils, lymphocytes and monocytes was significantly different (p˂0.01). The average (%) number of neutrophils, lymphocytes and monocytes of PE goats was 37.92 ± 1.37; 51.85 ± 1.4; 3.87 ± 0.21. while the average blood profile of F1 BoerPE was 46.16 ± 2.1; 58.06 ± 3.4; 5.51 ± 0.18. The average number of neutrophils, lymphocytes and monocytes F1 BoerPE goat was higher compared to the parent. It is indicated that there were crossbreeding resistance of F1 BoerPE goat.
Produksi dan Berat Telur pada Ayam Strain Novogen Berdasarkan Variasi Warna Bulu dan Kuantifikasi Gen TYR (Tyrosinase) Afidhatul Masruroh; Mudawamah Mudawamah; Inggit Kentjonowaty
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 2 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam petelur strain Novogen milik Bapak Hidayat dan laboratorium Biomolekuler UNISMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan produksi dan berat telur pada berbagai fase produksi dilihat dari variasi warna bulu dan kuantifikasi TYR. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik melalui studi kasus di peternakan ayam petelur dan analisis laboratoium. Sampel yang digunakan untuk data produksi dan berat telur sebanyak 217 ekor ayam petelur dengan warna bulu yang berbeda (39 ekor ayam warna bulu coklat variasi putih (CVP), 58 ekor ayam warna bulu coklat muda (CM), dan 120 ekor ayam warna bulu coklat tua (CT). Kuantifikasi gen TYR menggunakan 27 sampel bulu ayam petelur (9 ulangan dari masing-masing warna bulu). Variabel yang diamati adalah produksi telur pada tiga tahap berbeda (tahap I: umur 18-28, tahap II: umur 29- 36, dan tahap III : umur 37-44 minggu), berat telur pada umur berbeda (U1 : 28, U2 : 36, dan U3 : 44 minggu). Analisis data dengan ragam satu arah dan uji beda nyata terkecil (BNT) dan qPCR dengan primer gen TYR. Hasil penelitian menunjukkan produksi dan berat telur pada berbagai warna bulu berbeda sangat nyata (P<0,01). Rataan tertinggi produksi dan berat telur pada warna bulu CT dan rataan terendah pada warna bulu CM. Di sisi lain berbagai warna bulu mempunyai nilai kuantifikasi gen TYR yang berbeda dengan nilai kuantifikasi warna bulu CT tertinggi yaitu 4,17, warna bulu CVP dan CM berturut-turut sebesar 4,02 dan 1,88. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin tinggi nilai rataan TYR maka semakin gelap warna bulu ayam strain Novogen yang diikuti dengan semakin tinggi produksi dan berat telur yang dihasilkan dari berbagai fase produksi.
PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN KATUK DAN PROBIOTIK Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH PFH Aditya Yulianto Putra; Inggit Kentjonowaty; M. Farid Wadjdi
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.975 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i2.4511

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi tepung daun katuk dan probiotik Saccharomyces cerevisiae terhadap konsumsi pakan dan produksi susu pada sapi perah PFH. Materi yang digunakan penelitian adalah Sapi Perah PFH produksi 9 ekor sapi. tepung daun katuk 6 kg dan probiotik Saccharomyces cerevisiae 4 kg yang digunakan untuk konsumsi selama 31 hari. Metode penelitian adalah metode percobaan dengan rancangan acak kelompok (RAK) dikelompokkan berdasarkan laktasi 1, 2, 3 dengan 3 perlakuan, P0 : tanpa pemberian tepung daun katuk dan probiotik Saccharomyces cerevisiae, P1 : 25 gram tepung daun katuk + 20 gram saccharomyces cerevisiae, P2 : 35 gram tepung daun katuk + 20 gram saccharomyces cerevisiae. Variabel yang diamati konsumsi pakan dan produksi susu. Data yang diperoleh dianalisis ragam. Hasil ANOVA menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan hijauan, konsentrat dan produksi susu. Rata-rata jumlah konsumsi pakan hijauan selama penelitian (kg/ekor) adalah P0 = 1337.30a, P1 = 1354.07b, P2 = 1351.30b sedangkan pada konsumsi pakan konsentrat selama penelitian (kg/ekor) adalah P0 = 350.58a, P1 = 361.06b, P2 = 362.44b dan Hasil penelitian pada produksi susu selama penelitian (lt/ekor) adalah P0 = 362.80a, P1 = 491.33b, P2 = 533.07b. Kesimpulan penelitian bahwa suplementasi tepung daun katuk 25 gram dan probiotik Saccharomyces cerevisiae 20 gram memberikan performan terbaik untuk konsumsi pakan dan suplementasi tepung daun katuk 35 gram dan probiotik Saccharomyces cerevisiae 20 gram memberikan performan terbaik untuk produksi susu Kata Kunci : produksi susu, konsumsi pakan, tepung daun katuk, probiotik Saccharomyces cerevisiae
PERBANDINGAN PROFIL NUTRIEN DARAH (TRIGLISERIDA DAN GLUKOSA) INDUK KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) DAN GENERASI 1 BoerPE Budi Irwanto JF; Nurul Humaidah; Inggit Kentjonowaty
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 2, No 1 (2020): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.021 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v2i1.6352

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa Perbandingan Profil Nutrien Darah (Trigliserida Dan Glukosa) Induk Kambing Peranakan Ettawa (PE) Dan Generasi 1 BoerPE. Generasi 1 BoerPE adalah hasil crossbreeding Pejantan Boer dan Induk PE. Metode yang digunakan Survey.Pemngamilan sampel secara purposive sampling. Kriteria sampel adalah Induk Kambing PE umur 4-5 tahun dan Generasi 1 BoerPE jantan umur rata-rata 1,5 tahun yang  memiliki hubungan kekerabatan langsung. Variabel yang diamati adalah Nilai Trigliserida dan Glukosa. Analisa data dengan menggunakan Uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Trigliserida Induk Kambing PE tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan Generasi 1 BoerPE pejantan. Rataan Nilai Trigliserida  Induk Kambing PE adalah 36,4 mg/dl dan Generasi 1 BoerPE adalah 33,6 mg/dl. Nilai Glukosa Induk PE berbeda nyata (P<0,05) dengan Generasi 1 BoerPE. Rataan nilai Glukosa untuk induk Kambing PE adalah 72,1 mg/dl dan Generasi 1 BoerPE 88 mg/dl. Kesimpulan penelitian adalah nilai Trigliserida induk Kambing PE relative sama dengan Kambing Generasi 1 BoerPE namun nilai Glukosa berbeda. Kambing generasi 1 BoerPE lebih ungul dibandingkan dengan induk kambing PE. Nilai Trigliserida Dan Glukosa dapat digunakan sebagai alat pembantu pemilihan Generasi 1 BoerPE sebagai bibit unggul Kata kunci : Trigliserida, Glukosa, cross breeding, Kambing PE dan Generasi 1 BoerPE
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI LEVEL GULA TEBU DAN SARI APEL TERHADAP NILAI KEASAMAN DAN KEKENTALAN YOGHURT SUSU KAMBING Bustami Fauzan; Inggit Kentjonowaty; Oktavia Rahayu Puspitarini
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.777 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i2.4527

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan berbagai level gula tebu dan sari apel terhadap nilai keasaman dan nilai kekentalan yoghurt susu kambing. Materi yang digunakan yaitu susu kambing Peranakan Ettawa (PE) sebanyak 7 liter, starter komersial 4%, gula tebu 400 ml, sari apel  sebanyak 400 ml, peralatan yang digunakan yaitu tabung buret, pipet ukur, tabung reaksi, viskometer, pasteurizer. Metode penelitian ini adalah eksperimental, pembuatan yoghurt susu kambing dengan 2 perlakuan yaitu jenis gula (A1= gula tebu, A2= sari apel) dan level jenis gula (B1=8%, B2= 10%, B3=12%) diulang sebanyak 3 kali dengan menggunakan rancangan Pola Tersarang. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai keasaman dan kekentalan pada yoghurt susu kambing. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA) dan dilanjutkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai level jenis gula berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai keasamaan dan kekentalan yoghurt susu kambing. Rerata nilai keasaman (%) yoghurt susu kambing dengan gula tebu A1B1=1,47a, A1B2=1,66b, A1B3=1,74b, dengan sari apel A2B1=1,38a, A2B2=1,49b, A2B3=1,57b. Nilai keasaman (%) yoghurt susu kambing dengan berbagai level gula A2B1=1,38a, A1B1=1,47ab, A2B2=1,49abc, A2B3=1,57bcd, A1B2=1,66cd, A1B3=1,74d. Rerata nilai kekentalan (Pa.s) yoghurt susu kambing dengan gula tebu A1B1=3,43a, A1B2= 3,53a, A1B3=3,62b, dengan sari apel A2B1= 2,88a A2B2=3,02a, A2B3=3,49b. Nilai kekentalan yoghurt susu kambing dengan berbagai level A2B1=2,88a, A2B2=3,02a, A1B1=3,43b, A2B3=3,49b, A1B2=3,53b, A1B3=3,62b. Disimpulkan bahwa yoghurt dengan penambahan jenis gula tebu dengan level 12 % memiliki nilai keasaman dan kekentalan lebih baik dari pada menggunakan sari apel. Kata kunci : yoghurt susu kambing, gula tebu, sari apel, nilai keasaman, kekentalan
PENGARUH LAMA SIMPAN SUSU KAMBING PASTEURISASI POST THAWING PADA SUHU RUANG TERHADAP KADAR LEMAK, NILAI pH DAN TOTAL BAKTERI Ahmad Fa’iqin; Inggit Kentjonowaty; Oktavia Rahayu Puspitarini
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.105 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i2.4518

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh lama simpan susu kambing pasteurisasi post thawing pada suhu ruang terhadap kadar lemak, nilai pH dan total bakteri. Materi yang digunakan susu kambing pasteurisasi beku, aquades, nutrient agar, alkohol 95%, kapas steril, spirtus, kertas label. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pengaduk, pH meter, lactoscan, pipet ukuran 10 ml, alat penghitung koloni, tabung reaksi dan raknya, bunsen. Penelitian menggunakan eksperimental, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 = lama simpan 0 jam, P1 = lama simpan 2 jam, P2 = lama simpan 4 jam, P3 = lama simpan 6 jam. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar lemak, nilai pH dan total bakteri.Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisismenunjukkan bahwa lama simpan pada suhu ruang susu kambing pasteurisasi post thawing berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak dan total bakteri, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH. Nilai rata-rata kadar lemak (%) P0= 3,17c, P1= 3,11bc, P2= 2,97a, P3= 2,99ab. Nilai pH P0= 6,70b, P1= 6,60ab, P2= 6,50ab, P3= 6,40a dan total bakteri (CFU/ml) P0= 2,7x105a, P1= 3,5x105ab, P2= 3,5x106bc, P3= 3,6x106c. Kesimpulan penelitian bahwa semakin lama penyimpanan susu kambing pasteurisasi post thawing pada suhu ruang menurunkan kadar lemak dan nilai pH susu, namun meningkatkan jumlah total bakteri. Lama simpan susu kambing pasteurisasi post thawing 6 jam masih memenuhi standarditinjau dari segi kadar lemak dan pH, namun tidak memenuhi standar di segi jumlah bakteri. Disarankan susu kambing pasteurisasipost thawing  pada suhu ruang dikonsumsi paling lama 2 jam dan saran penelitian lanjutan tentang uji organoleptikKata kunci : susu kambing pasteurisasi, lama simpan, kadar lemak, nilai pH, total bakteri
PENGARUH ALKALINASI AIR KAPUR DAN FERMENTASI JERAMI JAGUNG MENGGUNAKAN Aspergilus niger TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING (BK), BAHAN ORGANIK (BO) DAN SERAT KASAR (SK) Ahmad Hofit; Badat Muwakhid; Inggit Kentjonowaty
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 1, No 1 (2019): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.183 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v1i1.2178

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kandungan Bahan kering (BK), Bahan Organik (BO) dan SeratKasar (SK). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami jagung umur 90 hari sebanyak 15 kg.Metode penelitian ini adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial ortogonal 3 x 3,masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Penambahan kapur Ca(OH)2 4%, 5% dan 6% dari berat sampel,kemudian masing-masing difermentasi Aspergillus niger 1,02 x 108 dengan dosis 3ml, 4ml dan 5ml dari beratsampel ditambah kontrol tanpa alkalinasi dan fermentasi. Data hasil yang diperoleh dianalisis ragam (anova) duaarah jika ada pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Dari Hasil analisa ragammenunjukkn pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai kandungan Bahan Kering (BK) dan Serat Kasar(SK), sedangkan pada kandungan Bahan Organik (BO) berpengaruh nyata (P<0,05). Nilai rataan BK, BO danSK masing-masing berkisar (86,99%-89,67%), (85,25%-95,86%) dan (29,26%-37,21%). Nilai rataan kontrolBK, BO dan SK (89,79%, 98,97%, 39,19%). disimpulkan bahwa perlakuan alkalinasi dan fermentasi padajerami jagung sangat berpengaruh terhadap kandungan BK, BO dan SK .Kata kunci : jerami jagung, alkalinasi, fermentasi, BK, BO, SK
EVALUASI PRODUKTIVITAS USAHA SAPI PERAH DI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Irsad Irsad; Inggit Kentjonowaty; Sumartono Sumartono
REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan Vol 2, No 1 (2020): REKASATWA : Jurnal Ilmiah Peternakan
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.231 KB) | DOI: 10.33474/rekasatwa.v2i1.6355

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produktivitas usaha sapi perah di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Materi penelitian adalah 30 peternak sapi perah yang memiliki sapi laktasi minimal 4 ekor, metode penelitian adalah survey dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria sapi laktasi 2-4. Variabel yang diamati adalah umur peternak, lama beternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak yang dimiliki, jumlah produksi susu, kualitas susu (BJ, kadar lemak, BK, dan TPC), harga susu. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian dinyatakan bahwa peternak di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang mayoritas umur peternak berkisar 30-45 tahun(90%), lama beternak >11 tahun (67%), tingkat pendidikan SD (80%), jumlah kepemilikan sapi laktasi 4-6 ekor (90%), jumlah produksi susu berkisar 10-15 liter/ekor/hari (97%), harga susu Rp 5.500,- grade A (100%), Kualitas susu: TPC <1x106 , kadar lemak 4,5%, Bk 11,5%, BJ 1,023 gr/cm3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktivitas usaha sapi perah di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang sudah cukup bagus dilihat dari segi kualitas susu yang semuanya masuk grade A dengan harga Rp 5.500,-/liter. Saran hasil penelitian ini perlu ditingkatkan jumlah produksi susu yang dihasilkan tiap ekor sapi dengan cara sering dilakukan penyuluhan tentang manajemen pemberian pakan dan manajemen pemerahan agar jumlah produksi susu semakin meningkat. Kata Kunci :  Usaha sapi perah, kuantitas susu, kualitas susu.
Pengaruh Perbedaan Feeding Time Hijauan-Konsentrat Berdasarkan Day in Milk Terhadap Produksi dan Berat Jenis Susu Sapi PFH (Peranakan Friess Holland) Syaiful Arifin; Muhammad Farid Wajdi; Inggit Kentjonowaty
International Journal of Animal Science Vol. 4 No. 03 (2021): International Journal of Animal Science
Publisher : Litbang PEMAS Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/asj.v4i03.70

Abstract

The influence of different feeding times forage and concentrate based on day in milk on the production and density of PFH (Friess Holland's) cow's milk. The materials used were PFH cattle aged 3 years, 2nd lactation period, elephant grass (Penicetum purpureum CV. Hamill), odot grass (Penicetum purpureum CV. Mott), Dairy cow concentrate A20. The experimental method was randomized block design (RBD). Then proceed with the Least Significant Difference Test (LSD) if the results have a real or very real effect. Feeding time was divided into P1 = Giving concentrate then giving forage after 1 hour, P2 = giving forage then giving concentrate after 1 hour, P3 = giving forage and concentrate simultaneously. The group division in this study was divided into 3 groups based on the month of lactation where K1 = 3-4 months, K2 = 5-6 months, and K3 = 7 months. The results of treatment based on data analysis based on analysis of variety showed a significant effect (P <0,05) between forage-concentrate feeding time based on day in milk on milk production. Meanwhile, the difference in forage-concentrate feeding time based on day in milk had no significant effect on specific gravity (P> 0,05). The average value of milk production from each treatment for 10 days P1 = 759.17a liter, P2 = 724a liter, P3 = 833.50b liter. The average value of milk production from each group for 10 days K1 = 1,012 liters, K2 = 820 liters, K3 = 506 liters from 21 PFH cows. The average density value of milk from each treatment for 10 days P1 = 1,0237 gr / ml, P2 = 1,0237 gr / ml, P3 = 1,0243 gr / ml. The average density value of milk from each group for 10 days from 21 PFH K1, K2 and K3 cows showed the same value, namely 1.024 g / ml. It was concluded that there was a significant difference in feeding time forage and concentrate on milk production. With the best treatment P3 which is the provision of forage and concentrate simultaneously.
Effects of mammae hand massages on oxytocin release, milk yield, and milk quality in dairy cows Inggit Kentjonowaty; Achmad Bagus Adhiluhung Mardhotillah; Trinil Susilawati; Puguh Surjowardojo
Livestock and Animal Research Vol 19, No 3 (2021): Livestock and Animal Research
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.233 KB) | DOI: 10.20961/lar.v19i3.49120

Abstract

Objective: The objective of this study was conducted to evaluate the effects of Mammae Hand Massages (MHM) on oxytocin release, milk yield, and milk quality in dairy cows.Methods: Twelve dairy cows with the following criterion: 5-yr-old, 1st to 9th month of lactation, and average body weight of 390 ± 5.55 kg were used. Cows were assigned in a randomized block design with 4 treatments, i.e T0 (without massage), T1 (MHM for 20 s), T2 (MHM for 50 s), and T3 (MHM for 80 s). Oxytocin release, milk yield, and milk quality were measured accordingly.Results: The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA). The results showed that MHM had a very significant effect on milk production (P <0.01) as evidenced by the MHM 50 s treatment obtained the highest average milk production (13.08 ± 3.38 liters/head/day) compared to the MHM 20 s, MHM 80 s and control. MHM (1-1.6 volts) for 50 s resulted in the highest release of oxytocin (0.22955 pcg/0.1mL) at 240 seconds compared to control, MHM 20 s and 80 s. Likewise, the percentage of milk protein content (2.96 ± 0.03) and milk fat content (4.27 ± 0.70) was highest at MHM 50 s.Conclusions: It can be concluded that MHM (1-1.6 volts) for 50 seconds increases the release of oxytocin, milk production, and milk quality in terms of the percentage of milk protein and fat content.