Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Joseph's Personal Spirituality and Adversity Quotient Based on Genesis 37-50: A Content Analysis of Literature Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini; Metboki Martinus
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 6, No 02 (2021): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/analisa.v6i02.1427

Abstract

Success is everyone's dream, but not a few people retreat and even fail because they are not ready to face the process of achieving that success. Joseph is the son who is dearest to his father, but this makes his brother hate him. Joseph is a character in the Bible, and Joseph realized that all the thoughts of his brothers, all the difficulties he experienced, were solely in God's design, and God had a good purpose in the difficulties he experienced. In a sense, Joseph's personal spirituality determines how he can have an adversity quotient so that Joseph became a tough person in facing all the challenges of his life. This study aims to analyze personal spirituality and adversity quotient. The research method used is content analysis. Research questions: what is the relationship between personal spirituality and Adversity Quotient? and to what extent can personal spirituality make someone strong in AQ? The result showed that personal spirituality and adversity quotient is related to one another. Based on the text analysis, it was found that the relationship between personal spirituality and adversity quotient on content: personal spirituality that comes from family influence, personal spirituality that comes from character, Joseph's spirituality in facing challenges (family, female, wealth and power), and personal spirituality in the knowledge of God and understanding His plan thus forming his adversity quotient. 
PERSONAL EVANGELISATION METHOD (PEM) SEBAGAI POLA PENDEKATAN PEKABARAN INJIL DALAM KONTEKS PLURALISME Rio Janto Pardede
Missio Ecclesiae Vol. 8 No. 1 (2019): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v8i1.97

Abstract

Pemahaman akan agama yang pluralis seringkali menjadi penghalang dalam penyajian Injil, karena pemahaman pluralisme berpikir bahwa semua agama sama saja, cuma caranya yang berbeda-beda. Para hamba Tuhan atau orang yang sedang menyajikan Injil dalam konteks pluralisme tersebut sering sekali kehabisan kata atau akal untuk memberikan penjelasan. Padahal peberitaan Injil tersebut harus tuntas dan clear. Pekabaran Injil merupakan tugas dan kewajiban orang-orang yang sudah mengaku menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun faktanya, sekarang tidak sedikit orang Kristen atau yang “mengaku” Kristen dan Gereja menghindar dari pelayanan Pemberitaan Injil dengan berbagai alasan, seperti: Pemberitaan Injil itu tugas hamba-hamba Tuhan, cara memberitakan Injil jarang diajarkan, bahkan takut jika terjadi penolakan dari orang yang sedang dilayani. Karena itulah, Personal Evangelisation Methode diharapkan dapat menolong orang percaya, baik hamba Tuhan, jemaat awam untuk memberitakan Injil sehingga tidak mengalami benturan ataupun penolakan dari orang yang sedang dilayani. Personal Evangelisation Methode dapat menolong dalam perkenalan, bahkan dalam penyajian Injil.
HAKIKAT IBADAH VS IBADAH STREEMING: STUDI KONTEN ANALISIS Rio Janto Pardede; Ferdinan Samuel Manafe; Yatmini Yatmini
Missio Ecclesiae Vol. 11 No. 1 (2022): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v11i1.150

Abstract

Ibadah streaming merupakan salah satu cara untuk memfasilitas jemaat untuk dapat dilayani melalui ibadah yang didalamnya juga terkandung pujian, penyembahan dan firman Tuhan. Dalam pengertian, hakikat ibadah menentukan ibadah streaming layak disebut sebagai ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana pentingnya memahami hakikat ibadah dalam ibadah streaming. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian konten analisis yang di jelaskan secara deskriptif. Berdasarkan analisis isi yang dilakukan, ditemukan hubungan antara hakikat ibadah dengan ibadah streaming pada konten: 1) Perjanjian Lama:  Sejak zaman Kain dan Habel, Patriakh (Abraham, Ishak, Yakub), Musa, Para Hakim, Daud, Salomo, Nabi-nabi, Mazmur. 2) Perjanjian Baru:  Sinagoge, Injil Sinoptik (sikap hati, Menyembah dalam roh dan kebenaran), Paulus (Mengenal Allah yang disembah, Mempersembahkan totalitas hidup, ibadah tanpa kepura-puraan, ibadah berguna dalam segala hal), Ibrani (menyucikan hati nurani, Mengekang lidah). Sehingga pelaksanaan ibadah bukan masalah dimana dan kapan dilaksanakan tetapi bagaimana spiritualitas pribadi seseorang dalam menghormati Tuhan dalam ibadahnya, baik melalui ibadah streaming. Karena sejarah Alkitab membuktikan para tokoh-tokoh Alkitab melakukan ibadah dimana mereka memiliki keterikatan spiritualitas dengan Allah.
Pekabaran Injil dalam konteks multikultural Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini; Manintiro Uling
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 11 No 2 (2022): Januari-Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v11i2.201

Abstract

Teologi merupakan dasar hidup aplikatif dalam bermurtikultural artinya teologi harus dapat diaplikasikan dalam konteks majemuk, selain berbicara tentang ajaran Tuhan juga berbicara antara relasi antara Allah dengan dunia dan manusia, relasi tersebut menunjukkan bahwa Allah sendiri bermultikultural atau masuk ketengah-tengah konteks budaya manusia, seharusnya demikian juga antara manusia dengan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang dimaksud dengan pekabaran Injil dalam konteks multikulktural dan sejauhmana penginjilan multikultural yang dilakukan Yesus kepada perempuan Samaria dapat diterapkan dalam konteks multikultural. Metode penelitian yang digunakan metode analisis isi yaitu untuk memukan makna kata yang ada dalam Alkitab. Hasil temuan dari analisis isi tentang prinsip teologis penginjilan multikultural Yesus kepada perempuan Samaria adalah 1) memahami konteks penerima Injil, 2) melakukan pendekatan persahabatan, 3) memahami kebutuhan yang terpenting, 4) menyinggung dosa, 5) membahas keterbatasan dan tujuan agama, 6) memberikan solusi yaitu iman, 7) menunggu respons dan tidak memaksakan respons saat itu.
Meninjau Ulang Pandangan Supralapsarianisme Dan Infralapsarianisme: Sebuah Klarifikasi Manintiro Uling; Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 2 (2022): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.183 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i2.234

Abstract

The purpose of this article is to review the views of supralapsarianism and infralapsarianism which are two views within the Reformed theology camp. These two views are often misunderstood, supralapsarianism is often seen as making God a sin-maker and God acting unjustly. On the other hand, infralapsarianism is accused of falling on Arminianism. This article is an attempt to clarify the misunderstanding of these two views. The method used in this article is a literature review in the presentation of argumentative main ideas. The results of this study indicate that both supralapsarianism and infralapsarianism cannot be said to be absolute antitheses, but there are also differences that supralapsarianism focuses on the ideal and theological, while infralapsarianism focuses on the historical structure of Bible teachings.
Joseph's Personal Spirituality and Adversity Quotient Based on Genesis 37-50: A Content Analysis of Literature Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini; Metboki Martinus
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 6, No 02 (2021): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.621 KB) | DOI: 10.18784/analisa.v6i02.1427

Abstract

Success is everyone's dream, but not a few people retreat and even fail because they are not ready to face the process of achieving that success. Joseph is the son who is dearest to his father, but this makes his brother hate him. Joseph is a character in the Bible, and Joseph realized that all the thoughts of his brothers, all the difficulties he experienced, were solely in God's design, and God had a good purpose in the difficulties he experienced. In a sense, Joseph's personal spirituality determines how he can have an adversity quotient so that Joseph became a tough person in facing all the challenges of his life. This study aims to analyze personal spirituality and adversity quotient. The research method used is content analysis. Research questions: what is the relationship between personal spirituality and Adversity Quotient? and to what extent can personal spirituality make someone strong in AQ? The result showed that personal spirituality and adversity quotient is related to one another. Based on the text analysis, it was found that the relationship between personal spirituality and adversity quotient on content: personal spirituality that comes from family influence, personal spirituality that comes from character, Joseph's spirituality in facing challenges (family, female, wealth and power), and personal spirituality in the knowledge of God and understanding His plan thus forming his adversity quotient. 
Asimilasi Yesus Kristus: Suatu Studi Analisis Menurut Filipi 2: 6-8: Artikel Rio Janto Pardede; Naek Tua Parlindungan Hutagaol; Samuel Manaransyah
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 1 (2022): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.029 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v9i1.260

Abstract

This study aims to analyze the assimilation of Jesus Christ according to Philippians 2: 6-8. The research method used is content analysis. The results showed that the assimilation of Jesus Christ showed that Jesus did not exercise His rights as God to defend His humanity. Based on content analysis research, it was found that the assimilation of Jesus Christ was different from humans (prisoner assimilation). Human rights are strongly fought for by the state or government, there is even a law that regulates to protect human rights while the rights of Jesus Christ as a human being are not protected by the state or government. In researching content analysis on the text of Philippians 2: 6-8, Biblical Theology views the assimilation of Jesus Christ divided into 5 components, namely: a) Jesus did not hold fast to His rights as God (2:6), b) Jesus put aside the glory of God. Him (2:7a), c) Jesus took on the nature of a human servant (2:7b), d) Jesus humbled Himself (2:8a), e) Jesus became obedient and died on the cross (2:8b).
Ketahanmalangan Misionaris Diladang Misi: Studi Konten Analisis Roma 5:1-5 Yatmini; Rio Janto Pardede; Rajokiaman Sinaga
Jurnal Missio Cristo Vol. 5 No. 1 (2022): Jurnal Missio-Cristo April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.334 KB) | DOI: 10.58456/jmc.v5i1.21

Abstract

Mission as a very important part in the life of the church and it is the responsibility of believers to do it, especially for those who are truly called. Therefore, missions cannot be carried out by careless people. Because the duties and responsibilities that are borne are full of risks, including lives. This study aims to see the theological principles that must be understood by missionaries, so that they can have the resilience to face the challenges of serving in the mission field. The research method used is content analysis of Romans 5:1-5, which is the theological basis. Based on the results of the content analysis research: 1) missionary resilience is a missionary's fighting value to be able to survive in the difficult situations he experiences in the field of service, 2) the extent to which the biblical principles of missionary resilience are in the mission field, so that they can survive in difficult situations, the missionaries must: a) realize that he is justified by faith in Jesus Christ, b) he lives by grace, c) tribulation will lead to endurance, d) perseverance causes missionaries to endure trials, e) trials lead to stronger hope in Christ, f) belief in Christ will never disappoint even if he will end his life. Abstrak Bahasa Indonesia Misi sebagai bagian yang sangat penting dalam kehidupan bergereja dan merupakan tanggungjawab orang percaya untuk melakukannya, secara khusus bagi mereka yang benar-benar terpanggil. Oleh karena itu, misi tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang sembarangan. Karena tugas dan tanggungjawab yang dipikul penuh dengan resiko, termasuk nyawa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat prinsiop-prinsip teologis yang harus dipahami oleh misionaris, sehingga mereka dapat memiliki ketahanmalangan dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan di ladang misi. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi teks Roma 5:1-5, yang merupakan landasakn teologis. Berdasarkan hasil penelitian analisis isi: 1) ketahanmalangan misionaris adalah suatu nilai juang misionaris untuk dapat bertahan dalam situasi-siatuasi sulit yang dialaminya di ladang pelayanan, 2) sejauhmana Alkitab prinsip-prinsip ketahanmalangan misionaris diladang misi, sehingga dapat bertahan dalam situasi sulit, maka misionaris harus:a) menyadari bahwa dirinya dibenarkan oleh iman kepada Yesus Kristus, b) Ia hidup karena kasih karunia, c) kesesangsaraan akan menimbulkan ketekunan, d) ketekunan menimbulkan misionaris tahan uji, e) tahan uji menimbulkan pengharapanbyang semakin kokoh kepada Kristus, f) keyakinan kepada Kritus tidak akan pernah mengecewakan sekalipun ia akan mengakhiri hidupnya.