Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Granul Effervescent dari Kombinasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoaria) dan Kunyit Kuning (Curcuma longa L.) Suena, Ni Made Dharma Shantini; Suradnyana, I Gede Made; Juanita, Rr. Asih
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i1.1498

Abstract

Adanya radikal bebas di dalam tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Radikal bebas dapat ditangkal dan diredam dengan pemberian antioksidan atau mengkonsumsi antioksidan. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kunyit (Curcuma longa L.) dan kunyit putih (Curcuma zedoaria) menunjukkan adanya efek antioksidan. Penelitian ini memformulasikan sediaan granul efervesen kombinasi ekstrak kunyit dan kunyit putih untuk dapat memberikan aktivitas antioksidan yang kuat, dengan menggunakan bahan pengikat berupa tween 80. Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, evaluasi pH, evaluasi daya alir dan evaluasi kadar air. Uji aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen dilakukan menggunakan metode DPPH. Hasil uji sudut istirahat didapat rata-rata 25,02° dimana syarat sudut istirahat yang baik adalah 25°-40°. Pada pengukuran pH didapat hasil pH sediaan adalah 4,5. Hasil pengujian untuk kandungan lembab granul basa didapat rata-rata 5,49%, sedangkan granul asam didapat rata-rata 1,10%. Hasil ini belum memenuhi syarat untuk sediaan granul efervesen dimana syarat kelembaban adalah 0,4-0,7%. Evaluasi kelarutan mendapatkan hasil sebesar rata-rata 1,23±0,015 menit. Aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 adalah 13,056 ppm. Namun sediaan granul efervesen kombinasi kunyit dan kunyit putih belum memenuhi persyaratan mutu fisik yang baik dikarenakan masih memiliki kelembaban yang sangat tinggi.
Penggunaan dan Resistensi Antibiotik di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Umum Daerah di Bali: Studi Ekologikal selama 3 Tahun Herleeyana Meriyani; Dwi A. Sanjaya; Ni Wayan Sutariani; RR. Asih Juanita; Nyoman B. Siada
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2021.10.3.180

Abstract

Resistensi bakteri yang terjadi di Intensive Care Unit (ICU) disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah penggunaan dan pemilihan antibiotik yang tinggi dan selektif. Perlu dilakukan studi tentang tingkat penggunaan antibiotik dan resistensi bakteri terhadap antibiotik di ICU yang dapat menjadi dasar evidence untuk merencanakan program guna mengontrol tingkat penggunaan antibiotik yang berdampak terhadap resistensi bakteri di ICU. Penelitian ini merupakan penelitian ekologikal yang dilakukan di rumah sakit umum daerah di Bali dengan menggunakan data retrospektif selama tahun 2017–2019. Data yang digunakan yaitu data penggunaan antibiotik sistemik (dinyatakan dalam defined daily doses (DDD) per 100 hari rawat), dan data persentase sensitivitas bakteri di ICU. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan korelasi rank Spearman. Segmen penggunaan antibiotik terbanyak ditetapkan menggunakan drug utilization 90% (DU90%) dan kategori fenotipik bakteri ditetapkan berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hasil penelitian menunjukkan terdapat tujuh antibiotik yang masuk dalam segmen DU90%, yaitu levofloksasin, seftriakson, ampisilin, sefotaksim, siprofloksasin, ampisilin-sulbaktam, dan gentamisin. Enam bakteri Gram-negatif terbanyak di ICU yaitu: Acinetobacter baumannii, Enterobacter cloacae, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa. Terdapat lima bakteri dengan kategori multi drug resistant (MDR) yaitu A. baumannii, E. cloacae, E. coli, K. pneumonia dan P. aeruginosa. Terdapat dua spesies bakteri yang termasuk dalam kategori carbapenem resistant (CR) dan extended-spectrum cephalosporin-resistant (ESCR) yaitu A. Baumannii dan E. cloacae. Hanya bakteri E. coli yang menunjukkan korelasi yang signifikan dengan arah negatif antara penggunaan antibiotik dan persentase sensitivitas bakteri di ICU (r=–0,543; p=0,024). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penggunaan antibiotik menyebabkan penurunan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Kata kunci: Carbapenem resistant, DDD, extended-spectrum cephalosporin-resistant, MDR, resistensi bakteri, studi ekologikal Antibiotic Use and Resistance at Intensive Care Unit of a Regional Public Hospital in Bali: A 3-Year Ecological StudyAbstractAntibiotic resistance at Intensive Care Unit (ICU) has been impacted by several factors, including high utilization and selectivity. The consumption rate and its selective pressure appear very extensive, with regular opportunities for cross-transmissions. In addition, ICU patients are susceptible to carriage acquisition and subsequent infections with high resistant bacteria. Therefore, this study investigates the relationship between the use and resistance of antibiotics in the ICU of a regional public hospital. The results potentially serve as confirmations for planning programs necessary to control ICU-related antibiotic consumption levels. This ecological analysis was also based on inpatient retrospective data from a regional public hospital in Bali from 2017–2019. Subsequently, the amount of intake expressed as daily doses (DDDs) per 100 patient days, and percentage of resistant bacterial isolates were examined using Spearman rank correlation. The largest segment of the antibiotics was determined by drug utilization 90% (DU90%) and the phenotypic class was defined by Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Similarly, the most predominantly applied antibiotics were levofloxcacin, ceftriaxone, ampicillin, cefotaxime, ciprofloxacin, ampicillin-sulbactam and gentamycin. Meanwhile, the major gram-negative bacteria were Acinetobacter baumannii, Enterobacter cloacae, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia and Pseudomonas aeruginosa. Furthermore, 5 multi drug resistant (MDR) bacteria were observed, including A. baumannii, E. cloacae, E. coli, K. pneumonia and P. aeruginosa, while A. baumannii and E. cloacae occurred as carbapenem resistant (CR) and extended-spectrum cephalosporin-resistant (ESCR), respectively. However, only E. coli showed a negative significant correlation between antibiotic utilization and the percentage of ICU bacterial sensitivity (r=–0,543; p=0,024). Therefore, higher consumption of antibiotics decreases its percentage susceptibility. Keywords: Antibiotic resistance, carbapenem resistant, DDD, ecological study, extended-spectrum cephalosporin-resistant, MDR
FORMULASI DAN UJI MUTU FISIK MASKER GEL KOMBINASI EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.) DAN NIASINAMIDA DENGAN VARIASI KARBOMER Debby Juliadi; Rr. Asih Juanita
Jurnal Farmagazine Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Farmagazine
Publisher : STF Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47653/farm.v9i1.576

Abstract

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika. Herba pegagan mengandung senyawa triterpenoid saponin salah satunya asiatikosida yang berkhasiat sebagai antioksidan yang dapat membantu pertumbuhan kolagen pada kulit dengan maksud mengurangi keriput dan menghilangkan bintik hitam pada wajah. Niasinamida adalah vitamin B3 yang dapat memberikan efek pencerah dan pelembab pada kulit. Masker gel merupakan salah satu kosmetika dengan bentuk sediaan setengah padat yang aman digunakan pada kulit yang berjerawat, selain itu masker gel mudah merata apabila dioleskan pada kulit, memberikan sensasi menyejukkan, dan tidak menimbulkan bekas di kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula masker gel kombinasi ekstrak etanol herba pegagan dan niasinamida yang memiliki mutu fisik yang baik dan untuk mengetahui stabilitas selama penyimpanan. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan di laboratorium dan bertujuan sebagai pengembangan yaitu dibuat sediaan masker gel dan diuji mutu fisik dari sediaan tersebut. Pengujian yang dilakukan meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, dan uji sineresis yang kemudian dianalisis dengan cara deskriptif. Proses pembuatan ekstrak kental herba pegagan dilakukan dengan metode maserasi. Masker gel dibuat dengan kombinasi ekstrak kental herba pegagan dan niasinamida dengan variasi karbomer 1%, 1,5%, dan 2% kemudian diuji mutu fisiknya selama 4 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan masker gel kombinasi ekstrak etanol herba pegagan  dan niasinamida dengan variasi karbomer 1% (formula 1) dan 1,5% (formula 2) menghasilkan mutu fisik yang baik dilihat dari pengujian organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, dan uji sineresis, serta formula 1 dan 2 tersebut stabil selama penyimpanan 4 minggu.
PENETAPAN POTENSI TABIR SURYA KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L.) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS RR. Asih Juanita; Debby Juliadi
Jurnal Farmagazine Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Farmagazine
Publisher : STF Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47653/farm.v7i1.154

Abstract

Paparan sinar matahari berlebih menyebabkan masalah kulit kemerahan, peradangan, bahkan kanker kulit. Cara melindungi kulit dari sinar matahari yaitu menggunakan tabir surya. Daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) mengandung flavonoid dan tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai tabir surya. Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi tabir surya sediaan krim ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Potensi tabir surya ditentukan berdasarkan nilai persen transmisi eritema (%Te), persen transmisi pigmentasi (%Tp) dan nilai SPF. Dari penelitian, diperoleh potensi tabir surya berdasarkan %Te konsentrasi 250 ppm dan 300 ppm termasuk kategori regular suntan. Berdasarkan nilai %Tp pada konsentrasi 100 ppm hingga 300 ppm memberikan perlindungan total terhadap paparan sinar UV-A. Berdasarkan nilai SPF, krim pada konsentrasi 100 ppm dan 150 ppm termasuk kategori proteksi minimal (SPF 2,597 dan 3,624), konsentrasi 200 ppm proteksi sedang (SPF 5,129), konsentrasi 250 ppm proteksi ekstra (SPF 7,201), dan konsentrasi 300 ppm proteksi maksimal (SPF 10,225). Kata Kunci: Daun Ceremai, Flavonoid, Tanin, Potensi Tabir Surya
PERBANDINGAN POTENSI FOTO PROTEKTOR EKSTRAK ETANOL BUAH TAKOKAK DENGAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH TAKOKAK (Solanum torvum Swartz) SECARA IN VITRO DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Debby Debby Juliadi; RR. Asih Juanita
Jurnal Farmagazine Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Farmagazine
Publisher : STF Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47653/farm.v7i1.153

Abstract

Pengujian potensi ekstrak buah takokak dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Ekstraksi menggunakan metode Maserasi kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kemusian di skrining fitokimia untuk mengetahui adanya senyawa tanin dan flavonoid kemudian dibuat dalam bentuk sediaan krim serta diuji mutu fisiknya baik dari homogenitas, pH, tipe emulsi dan stabilitas krim. Ekstrak buah takokak dan krim ekstrak buah takokak diukur serapannya setiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 – 400 nm. Dari hasil penelitian diperoleh ekstrak dan krim ekstrak buah takokak hanya mampu memberikan nilai SPF minimal yaitu 2,199 pada ekstrak dengan konsentrasi 400 ppm, 2,615 pada ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm dan 2,118 pada krim dengan konsentrasi 500 ppm, bila dilihat dari persentase eritema baik ekstrak ataupun krim belum memberikan perlindungan dari paparan sinar UVB, dilihat dari persentase transmisi pigmentasi baik ekstrak maupun krim memiliki kemampuan extra protection yang artinya ekstrak dan sediaan tersebut mampu menyerap hingga 85% sinar UVA. Kata Kunci: Buah Takokak, Tanin, Flavonoid, Potensi Foto Protektor
Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Granul Effervescent dari Kombinasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoaria) dan Kunyit Kuning (Curcuma longa L.) Ni Made Dharma Shantini Suena; I Gede Made Suradnyana; Rr. Asih Juanita
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i1.1498

Abstract

Adanya radikal bebas di dalam tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Radikal bebas dapat ditangkal dan diredam dengan pemberian antioksidan atau mengkonsumsi antioksidan. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kunyit (Curcuma longa L.) dan kunyit putih (Curcuma zedoaria) menunjukkan adanya efek antioksidan. Penelitian ini memformulasikan sediaan granul efervesen kombinasi ekstrak kunyit dan kunyit putih untuk dapat memberikan aktivitas antioksidan yang kuat, dengan menggunakan bahan pengikat berupa tween 80. Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, evaluasi pH, evaluasi daya alir dan evaluasi kadar air. Uji aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen dilakukan menggunakan metode DPPH. Hasil uji sudut istirahat didapat rata-rata 25,02° dimana syarat sudut istirahat yang baik adalah 25°-40°. Pada pengukuran pH didapat hasil pH sediaan adalah 4,5. Hasil pengujian untuk kandungan lembab granul basa didapat rata-rata 5,49%, sedangkan granul asam didapat rata-rata 1,10%. Hasil ini belum memenuhi syarat untuk sediaan granul efervesen dimana syarat kelembaban adalah 0,4-0,7%. Evaluasi kelarutan mendapatkan hasil sebesar rata-rata 1,23±0,015 menit. Aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 adalah 13,056 ppm. Namun sediaan granul efervesen kombinasi kunyit dan kunyit putih belum memenuhi persyaratan mutu fisik yang baik dikarenakan masih memiliki kelembaban yang sangat tinggi.
Penggunaan Low Molecular Weight Heparin untuk Pasien COVID-19 dengan Kehamilan: Studi Literatur Rr Asih Juanita; Herleeyana Meriyani; Dwi Arymbhi Sanjaya; Nyoman Budiartha Siada; Putu Sukma Purnamasari
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 6, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v6i3.51887

Abstract

COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. COVID-19 dengan kehamilan sangat meningkatkan risiko Tromboemboli Vena (TEV), sehingga diperlukan terapi antikoagulan. Heparin jenis low molecular weight heparin atau LMWH dipilih untuk kehamilan dan menyusui. Tujuan dari penelitian ini yaitu memuat informasi mengenai pemberian profilaksis TEV berupa LMWH pada ibu hamil dengan COVID-19. Metode yang digunakan adalah studi kajian pustaka yang mengumpulkan dan menelaah informasi dari beberapa jurnal atau pedoman terkait dosis pemberian, efek samping, dan rekomendasi pemberian LMWH pada pasien COVID-19 dengan kehamilan oleh badan kesehatan dunia. Hasil kajian yang telah dilakukan, dosis LMWH sebagai profilaksis TEV adalah 4000 IU (40 mg) melalui subkutan sekali sehari. Efek samping penggunaan LMWH memiliki efek yang tidak diinginkan, diantaranya trombositopenia, hipersensitivitas pada kulit, nekrosis pada kulit, pendarahan, osteoporosis dan fraktur. Dalam penggunaannya untuk ibu hamil dengan resiko TEV akibat COVID-19, LMWH memberikan manfaat yang lebih besar. LMWH berperan penting dalam terapi antikoagulan yang dibutuhkan dalam pengobatan modern. Penggunaan LMWH pada pasien COVID-19 dengan kehamilan, harus mempertimbangkan rasio manfaat dan efek samping agar tidak membahayakan kondisi ibu dan janin.
Kajian Literatur: Profil Resistensi Salmonella typhi dan Pemilihan Antibiotik Pada Demam Tifoid Dwi Arymbhi Sanjaya; Herleeyana Meriyani; RR. Asih Juanita; Nyoman Budiartha Siada
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v7i2.56656

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif yaitu Salmonella typhi. Munculnya multidrug-resistant Salmonella typhi (MDRST) dan extensively drug-resistant (XDR) Salmonella typhi menjadi ancaman baru dalam keberhasilan terapi demam tifoid. Efektivitas terapi pada demam tifoid memerlukan kajian tentang profil resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik yang diamati dari minimum inhibitory concentration (MIC) dan mutasi genetika, sehingga dapat dilakukan pemilihan antibiotik yang tepat pada demam tifoid dengan MDR dan XDR Salmonella typhi. Kajian literatur ini mengumpulkan dan menelaah informasi yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian dari berbagai artikel internasional tentang resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik pada deman tifoid. Pencarian artikel menggunakan database PubMed, PlosOne, dan ScienceDirect sejak tahun 2011 hingga September 2021. Artikel yang diperoleh dari 192 artikel, terdapat delapan (8) artikel yang relevan, yang mana diketahui bahwa isolat Salmonella thypi resisten terhadap Ampisilin, Amoksisilin, kombinasi Amoksisilin-Asam Klavulanat, Kloramfenikol, Siprofloksasin, Ofloksasin, Levofloksasin, Asam Nalidiksat, Trimetoprim, dan kombinasi Trimetoprim-Sulfametoksazol yang diamati pada MIC90. Nilai MIC akan berdampak pada penentuan dosis yang efektif untuk mencapai konsentrasi terapetik sehingga dapat mempengaruhi indeks farmakokinetik dan farmakodinamik. Gen yang bertanggung jawab terhadap MDRST dan XDR Salmonella typhi yaitu: blaTEM-1, catA, dhfr1b, sul1, sul2, class 1 integron, gyrA dan gyrB, serta parC. Azitromisin dan Seftriakson menjadi pilihan terapi utama untuk terapi empiris pada demam tifoid. Adanya nilai MIC dan parameter farmakokinetik/farmakodinamik dapat digunakan untuk menginterpretasikan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, yang dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam menyusun kebijakan penggunaan antibiotik. 
Penggunaan Antivirus Remdesivir untuk Pasien COVID-19 dengan Kehamilan: Studi Literatur Nyoman Budiartha Siada; Rr Asih Juanita; Dwi Arymbhi Sanjaya; Herleeyana Meriyani; Triska Ananda Rahayu
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v7i2.56753

Abstract

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang selanjutnya disebut SARS-CoV 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus-2). Terapi farmakologi yang diharapkan mampu mengatasi COVID-19 adalah pemberian antivirus. Remdesivir antivirus yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati COVID-19. Namun, Remdesivir belum memiliki cukup data tentang keefektifan dan keamanannya untuk terapi pasien COVID-19 dengan kehamilan. Tujuan dari penelitian ini yaitu memuat informasi kajian literatur mengenai dosis pemberian, efek samping, dan rekomendasi pemberiannya dari berbagai artikel. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan menelaah artikel-artikel dan pedoman terapi yang relevan. Hasil kajian yang telah dilakukan, dosis Remdesivir sebagai antivirus adalah 200 mg melalui intravena pada hari pertama, diikuti dengan 100 mg melalui intravena pada hari berikutnya. Remdesivir memberikan efek samping seperti toksik pada hati hingga menyebabkan disfungsi hati, mual, gangguan gastrointestinal, diare, ruam kulit, disfungsi ginjal, sakit kepala, dan hipersensivitas. Penggunaan Remdesivir untuk pengobatan COVID-19 pada ibu hamil harus mempertimbangkan manfaat dan kemungkinan efek sampingnya, dikarenakan hingga saat ini belum dilakukan uji klinis terkait penggunaan pengobatan Remdesivir untuk COVID-19 pada kehamilan.
SOSIALISASI CEK KLIK (KEMASAN, LABEL, IZIN EDAR, KADALUARSA) UNTUK MENDUKUNG PENGGUNAAN OBAT DENGAN AMAN DAN CERMAT DI ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19 Ni Made Dharma Shantini Suena; Debby Juliadi; I Gede Made Suradnyana; Rr. Asih Juanita; Nyoman Budiartha Siada; Ni Putu Udayana Antari
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 11: April 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat dapat mengetahui keamanan dan mutu obat, serta kesesuaiannya dengan keluhan yang diderita, dengan cara mencermati dengan baik informasi obat sebelum digunakan. Cek KLIK merupakan Slogan yang dicetuskan oleh BPOM yang merupakan singkatan dari Cek Kemasan, Label, Izin Edar, Kadaluarsa, dari obat maupun olahan pangan yang akan dikonsumsi. Namun sebagian masyarakat belum mengetahui dengan baik langkah-langkah Cek KLIK maupun pentingnya melakukan hal ini demi menjamin penggunaan obat dengan tepat dan aman. Pandemi COVID-19 menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi sediaan farmasi khususnya suplemen kesehatan demi menjaga imunitas dalam menghadapi pandemi. New Normal adalah kebijakan membuka kembali aktifitas ekonomi sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada sebelum pandemi. New normal diberlakukan di Indonesia sejak awal Juni 2020. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat yang aman, cermat, dan bermutu di masa new normal pandemi COVID-19, dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi Cek KLIK sediaan obat.