Agus Eka Darwinata
Department Of Microbiology, Faculty Of Medicine Udayana Unversity, Denpasar, Bali, Indonesia.

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

IMMUNE RESPONSE AND COST ANALYSIS OF INTRADERMAL RABIES VACCINATION FOR POST-EXPOSURE PROPHYLAXIS REGIMEN IN HUMAN Budayanti, N. S.; Susilawathi, N. M.; Darwinata, A. E.; Dwija, I. B. P.; Fatmawati, N. D.; Wirasandhi, K.; Subrata, K.; Susilarini, N. K.; Wignall, F. S.; Sudewi, A. A. R.; Mahardika, and G. N. K.
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.703 KB)

Abstract

Background The outbreak of rabies in human in Bali-Indonesia is causing an extraordinary pressure for the government in providing adequate doses of anti-rabies vaccine for post-exposure prophylaxis (PEP). Here, we directly compare the immune response and benefit of the intradermal (ID) protocol for rabies vaccine delivery with the intramuscular (IM) route. Methods: Sixty health workers who were willing to participate in this study have been randomly selected and grouped into ID, IM, and control groups, each with 20 volunteers. The Thai Red Cross ID- and Zangreb IM-protocols have been applied to the respective group. The sera of the volunteers were collected at day 0, week 1, week 3, week 4, month 3, month 6, month 9, and month 12 after the first vaccination. Anti-rabies virus IgG was detected using PlateliaTM Rabies II Kit (Bio-Rad). Results: Anti-rabies IgG could be detected in the ID-group at one week. The ID-vaccine delivery induced a slightly higher maximum antibody titer compared to IM, though not statistically significant (p>0.05). ID vaccination caused less adverse reactions and produces longer lasting protective immune response. Cost minimization analysis (CMA) on the provincial and national PEP data in 2009-2011 shows that the ID-delivery will reduce the total cost for a completed regimen by USD 28.5, and would have saved the Indonesian government budget approximately USD 3.6 and 4.3 million for complete regimens in Bali and Indonesia, respectively. Conclusion: The ID administration of anti-rabies vaccine induces a similar immune response compared to that of intramuscular injection. It also produces longer lasting protective immune response. It offers additional advantages of potential net cost savings as well as decreasing the pressure on vaccine availability due to the high number of dog bite cases.
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN MULTIDRUG RESISTANCE DI RSUP SANGLAH, BALI TAHUN 2017 – 2018 I Gede Bayu Adi Pratama; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 4 (2021): Vol 10 No 04(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i4.P10

Abstract

ABSTRAK TB MDR merupakan kasus TB yang disebabkan oleh resistensi bakteri Mycobacterium tuberculosis terhadap isonizaid dan rifampisin dengan atau tanpa resisten OAT lainnya. Kejadian TB MDR diperkirakan meningkat 2% setiap tahunnya dan secara keseluruhan angka kejadian TB MDR di dunia berkisar sebanyak 4,3%. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru dengan multidrugs resistance di RSUP Sanglah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional. Teknik pengambilan sampel berupa total sampling yang berasal dari rekam medis pasien penderita TB MDR di RSUP Sanglah tahun 2017 - 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang terkumpul sejumlah 21 pasien. Tercatat pasien kelompok usia manula sejumlah 7 orang (29,2%). Pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (54,2%). Pasien berpendidikan SMA sejumlah 11 (45,8%). Pasien tanpa adanya riwayat merokok sejumlah 11 orang (54,2%). Pasien bekerja sebagai wiraswasta sebesar 6 orang (29,2%). Pasien dengan status gizi rendah berjumlah 13 orang (62,5%). Pasien TB dengan immunokompeten sebanyak 19 orang (91,7%) dan pasien tanpa penyakit penyerta sebanyak 18 orang (87,5%). Pasien penderita TB-MDR di RSUP Sanglah sebagian besar merupakan kelompok usia manula dengan didominasi oleh pasien laki-laki, berpendidikan SMA, tanpa adanya riwayat merokok, bekerja sebagai wiraswasta dengan status gizi rendah, pasien TB dengan immunokompeten serta sebagian besar tidak memiliki penyakit penyerta. Kata kunci: Karakteristik pasien, TB MDR, RSUP Sanglah
KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN DENGUE SHOCK SYNDROME DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH Putu Agung Satvika Pradnyadevi; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana; Ni Nengah Dwi Fatmawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P13

Abstract

Dengue shock syndrome (DSS) adalah salah satu manifestasi klinis dari infeksi virus dengue. DSS ditandai dengan kegagalan sirkulasi berupa bagian ujung ekstremitas yang dingin, terlihat gelisah, nadi yang cepat dan lemah serta penurunan tekanan darah. DSS sering terjadi pada anak usia diatas 5 tahun dengan beberapa kecenderungan yang ditemukan seperti status nutrisi gizi lebih, pendarahan pada awal infeksi yang disebabkan karena adanya trombositopenia, peningkatan kadar hematokrit 20% dari kadar normal serta infeksi virus sekunder. Karakteristik dari pasien yang mengalami DSS sangat penting untuk diketahui agar seorang klinisi dapat lebih waspada dalam menangani pasien dengan infeksi virus dengue yang mempunyai karakteristik yang sesuai untuk berkembang menjadi DSS, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik usia, jenis kelamin, status nutrisi, kadar trombosit, kadar hematokrit dan serologis IgG dan IgM anti-dengue pada pasien anak dengan DSS di RSUP Sanglah dalam periode tahun 2018-2019. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan metode cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapatkan dari rekam medis pasien dengan DSS di RSUP Sanglah dalam periode tahun 2018-2019. Terkumpul sebanyak 21 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien anak dengan DSS mempunyai rentang usia 8 hingga 16 tahun, jenis kelamin dominan adalah laki-laki, status nutrisi gizi baik, kadar trombosit rerata adalah 52.800/mm3, kadar hematokrit rerata adalah 44,6% serta dominan pasien mengalami infeksi virus dengue sekunder yang ditandai dengan serologis IgG anti dengue yang positip. Kata kunci : DSS, Infeksi Virus Dengue, Karakteristik Pasien
PREVALENSI KARIER Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus DAN Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MAHASISWA ANGKATAN 2016, PENDIDIKAN DOKTER, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS UDAYANA Hearty Indah Oktavian; Ni Nyoman Sri Budayanti; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 11 (2020): Vol 9 No 11(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i11.P06

Abstract

Karier Staphylococcus aureus merupakan seseorang yang memiliki kolonisasi Staphylococcus aureus pada tubuhnya. Berdasarkan sensitivitas terhadap metisilin, secara klinis Staphylococcus aureus dibagi menjadi dua yaitu Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). MRSA sendiri merupakan salah satu jenis bakteri penyebab infeksi nosokomial. Petugas kesehatan dengan status karier MRSA dapat berpotensi sebagai sumber penyebaran infeksi nosokomial, sehingga penting dilakukan skrining kepada mahasiswa Pendidikan Dokter yang nantinya menjadi bagian dari petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi karier MSSA dan MRSA pada mahasiswa angkatan 2016, Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Udayana. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa angkatan 2016, Program Studi Pendidikan Dokter, yang merupakan mahasiswa preklinik tingkat akhir di tahun 2019. Sampel penelitian adalah 30 mahasiswa angkatan 2016, yang telah terpilih berdasarkan teknik pengambilan sampel berupa stratified random sampling. Perlakuan pada sampel berupa swab nasal anterior dengan menggunakan lidi kapas steril. Spesimen akan diinokulasikan pada Staphylococcus medium. Koloni Staphylococcus yang terbentuk akan diidentifikasi ulang dengan uji katalase dan dilanjutkan dengan uji koagulase untuk identifikasi Staphylococcus aureus. Isolat dikonfirmasi sebagai MSSA apabila pada uji sensitivitas disk cefoxitin 30µg memiliki zona hambat lebih dari atau sama dengan 22 mm dan dikonfirmasi sebagai MRSA apabila memiliki zona hambat kurang dari atau sama dengan 21 mm. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karier MSSA sebesar 33,33% dan karier MRSA adalah 0%. Kata kunci : MSSA, MRSA, Mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Pendidikan Dokter
AMPLIFIKASI SEKUEN IS6110 DENGAN EKSTRAKSI DNA MENGGUNAKAN METODE PEMANASAN (RAPID BOILING) UNTUK IDENTIFIKASI Mycobacterium tuberculosis I Gede Raka Adhyatma; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana; Ni Nengah Dwi Fatmawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 2 (2020): Vol 9 No 02(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i2.P16

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Indonesia merupakan salah satu negara denga insiden Tuberkulosis tertinggi didunia. Diagnosis yang cepat dan tepat dapat membantu penanganan dan menuntaskan tuberkulosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dan waktu optimal metode pemanasan (rapid boiling) dalam mengekstraksi DNA untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental diagnostik yang menggunakan isolat Mycobacterium tuberculosis H37Rv dan tiga isolat klinis. Sampel dibagi menjadi kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif hasil ekstraksi DNA menggunakan kit komersial dan kelompok perlakuan yaitu pemanasan sampel dengan suhu 100±1oC berdasarkan waktu: P1n(5 menit), P2n(10 menit), P3n(15 menit) dan P4 (30 menit). Hasil isolasi DNA kemudian diamplifikasi dengan PCR pada sekuen IS6110. Rerata intensitas pita DNA meningkat seiring waktu pemanasan yang meningkat. Pemanasan dengan waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit secara berurutan memiliki rerata intensitas pita DNA yaitu 12724,35±4559,64; 14448,17 ± 5743,03; 15398,90 ± 6355,67; dan 21199,02 ± 10385,21. Berdasarkan uji statistik tidakbditemukan perbedaan yang signifikan antara rerata intensitas pita DNA hasil ekstraksi menggunakan metode pemanasan dibandingkan dengan rerata intensitas pita DNA pada kontrol positif. Metode pemanasan (rapid boiling) dengan suhu 100oC dapat digunakan untuk mengekstraksi genom DNA Mycobacterium tuberculosis sebagai template PCR untuk amplifikasi sekuen IS6110. Waktu optimal pemanasan adalah 10-30 menit. Penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar dapat menjadi pengembangan penelitian selanjutnya. Kata kunci: Amplifikasi Sekuen IS6110, Ekstraksi DNA, Metode Pemanasan, Identifikasi Mycobacterium tuberculosis.
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG CEMPAKA KUNING (MICHELIA CHAMPACA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO I Gede Agus Darsana Palgunadi; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana; Ni Nengah Dwi Fatmawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 11 (2021): Vol 10 No 11(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i11.P07

Abstract

Infeksi masih merupakan masalah kesehatan berbagai negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Belakangan ini banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan obat baru sebagai alternatif pilihan antibiotika untuk mengatasi infeksi. Perkembangan penelitian mengarah pada pengembangan bahan alam. Kulit batang cempaka kuning(Michelia champaca L.) merupakan salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan. Penelitian ini adalah studi dengan desain true experimental post test only group design. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit batang cempaka dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% terhadap pertumbuhan S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 8739 dengan metodi difusi cakram. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol kulit cempaka kuning konsentrasi 25%, 50%, dan 75% memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan rerata diameter zona hambat masing-masing yaitu 17,4 mm, 18,3 mm, dan 20 mm. Uji komparabilitas menggunakan Dunn's multiple comparisons test. Hasil uji antara kelompok kontrol positif dengan kelompok konsentrasi 25% memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hasil uji antara kelompok kontrol positif dengan kelompok konsentrasi 50% dan kelompok konsentrasi 75% menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Sedangkan pada bakteri E. coli, ekstrak etanol kulit cempaka kuning pada berbagai konsentrasi tidak menunjukan adanya aktivitas antibakteri. Kata kunci : Uji daya hambat; ekstrak kulit batang cempaka kuning; Staphylococcus aureus; Escherichia coli
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG CEMPAKA KUNING (MICHELIA CHAMPACA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO I Gede Agus Darsana Palgunadi; Agus Eka Darwinata; Made Agus Hendrayana; Ni Nengah Dwi Fatmawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 1 (2021): Vol 10 No 01(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i1.P08

Abstract

Infeksi masih merupakan masalah kesehatan berbagai negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Belakangan ini banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan obat baru sebagai alternatif pilihan antibiotika untuk mengatasi infeksi. Perkembangan penelitian mengarah pada pengembangan bahan alam. Kulit batang cempaka kuning(Michelia champaca L.) merupakan salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan. Penelitian ini adalah studi dengan desain true experimental post test only group design. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit batang cempaka dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% terhadap pertumbuhan S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 8739 dengan metodi difusi cakram. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol kulit cempaka kuning konsentrasi 25%, 50%, dan 75% memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan rerata diameter zona hambat masing-masing yaitu 17,4 mm, 18,3 mm, dan 20 mm. Uji komparabilitas menggunakan Dunn's multiple comparisons test. Hasil uji antara kelompok kontrol positif dengan kelompok konsentrasi 25% memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hasil uji antara kelompok kontrol positif dengan kelompok konsentrasi 50% dan kelompok konsentrasi 75% menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Sedangkan pada bakteri E. coli, ekstrak etanol kulit cempaka kuning pada berbagai konsentrasi tidak menunjukan adanya aktivitas antibakteri. Kata kunci : Uji daya hambat; ekstrak kulit batang cempaka kuning; Staphylococcus aureus; Escherichia coli
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL 96% DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP BAKTERI METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA) ATCC 3351 I Gede Gita Sastrawan; Ni Nengah Dwi Fatmawati; , Ni Nyoman Sri Budayanti; Agus Eka Darwinata
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 7 (2020): Vol 9 No 07(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i7.P01

Abstract

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan ?-lactam. Mortalitas pada pasien kritis yang terinfeksi MRSA 50% lebih tinggi dibandingkan dengan yang terinfeksi Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus. Dalam mengatasi kasus resistensi antibiotik, diperlukan penemuan obat baru. Beberapa tumbuhan memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri, salah satunya adalah daun gamal (Gliricidia sepium). Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hambat ekstrak etanol 96% daun gamal terhadap bakteri MRSA ATCC 3351 dengan metode disk-diffusion. Kelompok konsentrasi ekstrak daun gamal yang digunakan adalah 20%, 40%, 60%, 80% dengan kontrol positif Vancomycin 30 µg dan kontrol negatif etanol 96%. Hasil uji fitokimia kualitatif menunjukkan daun gamal mengandung senyawa metabolit sekunder saponin, fenol, terpenoid dan alkaloid. Kelompok konsentrasi ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% secara berurutan menghasilkan diameter hambat sebesar 7,5 mm, 8 mm, 11 mm, 12 mm. Terdapat perbedaan bermakna daya hambat yang dihasilkan pada seluruh kelompok perlakuan, tetapi pada kelompok konsentrasi 20% dengan 40% tidak memiliki perbedaan daya hambat yang bermakna. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% daun gamal (Gliricidia sepium) memiliki daya hambat terhadap MRSA ATCC 3351. Kata kunci : Daun Gamal, Daya Hambat Bakteri, Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
Rapid Detection Of Methicillin Resistant Staphylococci Using Multiplex PCR With Boiling Method For DNA Isolation Ida Bagus Gede Adiguna Wibawa; Agus Eka Darwinata; Ni Nengah Dwi Fatmawati; Nyoman Sri Budayanti
Journal of Health Sciences and Medicine Vol 1 No 2 (2017): JHSM (September 2017)
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.626 KB) | DOI: 10.24843/JHSM.2017.v01.i02.p03

Abstract

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is Staphylococcus aureus that has become insusceptible or resistant by methicillin antibiotic types. Rapid identification of MRSA is essential for early initiation of appropriate antimicrobial therapy. The aim of this research is to reduce the cost and time needed for multiplex PCR in rapid detection of MRSA by finding an alternative method for DNA which is boiling method. DNA isolation was performed with boiling method and kit commercial. The kit method takes time approximately 45 minutes while boiling takes only about 12 minutes. PCR result with boiling technique used in DNA isolation formed amplification bands of 16S rRNA, mecA , and nuc in MRSA and 16S rRNA and nuc in MSSA. Conclusion can be drawn that boiling method can be used as an alternative method for DNA extraction.
Probiotic-Based Therapy for Active Tuberculosis Infection: The Role of Gut-Lung Axis and Granulocyte Macrophage-Colony Stimulating Factor Made Indira Dianti Sanjiwani; Nyoman Budhi Wirananda Setiawan; Agus Indra Yudhistira Diva Putra; Agus Eka Darwinata
Jurnal Respirasi Vol. 7 No. 2 (2021): May 2021
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.168 KB) | DOI: 10.20473/jr.v7-I.2.2021.93-99

Abstract

Tuberculosis is a global health problem with a total of 1.4 million cases in 2015. Over the last decade, several studies have demonstrated the potential role of gut-lung axis in the treatment of tuberculosis. The exact mechanism of the gut-lung axis on tuberculosis is still unknown, however modulation of the gut-lung axis can be performed via probiotic administration. The administered probiotics are capable of inducing an immunomodulating effect which helps in the process of tuberculosis infection. One of the molecules that can be activated with probiotics and plays a role in tuberculosis infection is granulocyte macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF). GM-CSF can control intracellular production of M. tuberculosis, inflammation in granulomas, and lung tissue reparation. This article aimed to explore the role of the gut-lung axis, GM-CSF, and the potential of probiotic-based therapy on active tuberculosis infection. It was found that probiotics mediate the immune response via the activation of several inflammatory cytokines and interleukins related to lung infection, but not directly with the tuberculosis pathogen. Thus, probiotic-based therapy has the potential to increase immunity during active tuberculosis infection. Further studies to explore the other mechanisms of the gut-lung axis against tuberculosis through probiotic administration need to be performed.