Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hubungan perokok berat dengan penyakit paru obstruktif kronik pada pasien dewasa di Rumah Sakit Royal Prima Zalzabila, Annisa; Nasution, Chairul Radjab; Masdalena, Masdalena; Yani, Herlina; Rahimi, Armon; Sopacua, Erwin
Buletin Kedokteran & Kesehatan Prima Vol. 2 No. 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/bkkp.v2i2.4693

Abstract

Paparan asap rokok merupakan faktor risiko paling umum pada pasien PPOK di seluruh dunia.Interaksi kompleks akibat paparan kumulatif jangka panjang terhadap gas dan partikel beracun, dikombinasikan dengan berbagai faktor pejamu, termasuk genetika, hiperresponsif saluran napas, dan perkembangan paru-paru yang buruk pada bayi, dapat menyebabkan gangguan dan perubahan pada mukosa pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perokok berat dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang dilakukan pada bulan Agustus 2023. Populasi terjangkau pada penelitian adalah pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan sebanyak 50 sampel dengan teknik concecutive sampling. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square, pengolahan data menggunakan komputerisasi program SPSS versi IBM 25. Hasil studi menunjukkan jenis kelamin terbanyak laki-laki yaitu 45 orang (90,0%), umur terbanyak 56-65 tahun yaitu 21 orang (42,0%), keluhan terbanyak sesak nafas yaitu 41 orang (82,0%), perokok terbanyak berat yaitu 27 orang (54,0%), penyakit paru obstruktif kronik terbanyak berat yaitu 19 orang (38,0%). Ada hubungan antara perokok berat dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (p=0,006). Dapat disimpulkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, umur terbanyak adalah 56-65 tahun, keluhan terbanyak adalah sesak nafas, perokok berat terbanyak adalah ya, penyakit paru obstruktif kronik terbanyak adalah berat dan ada hubungan antara perokok berat dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pasien.
The effect of gelagah stem extract on blood glucose levels in male white rats induced with alloxan Simatupang, Veronica Triwindari; Lubis, Asyrun Alkhairi; Nasution, Ali Napiah; Lumbantobing, Christina JRE; Fioni, Fioni; Rahimi, Armon
Buletin Kedokteran & Kesehatan Prima Vol. 3 No. 1 (2024): March
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/bkkp.v3i1.5218

Abstract

Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by elevated blood glucose levels due to insulin deficiency, insulin resistance, or both. This study aimed to investigate the effects of gelagah stem extract (Saccharum spontaneum L.) on blood glucose levels in male Sprague-Dawley rats induced with alloxan. Experimental rats were divided into six groups: a normal control group, a negative control group (administered 100 mg/kg body weight alloxan), a positive control group (administered 5 mg/kg body weight glibenclamide), and three treatment groups administered gelagah stem extract at doses of 100, 200, and 400 mg/kg body weight. Results showed that all doses of gelagah stem extract significantly reduced blood glucose levels in alloxan-induced diabetic rats. Statistical analysis (Post hoc LSD) confirmed that the decrease in blood glucose levels was significantly different between the treatment groups and the negative control group (p < 0.05).
Hubungan antara ketuban pecah dini dengan nilai Apgar pada kehamilan aterm Alexander, Rico; Rahimi, Armon; Mukhtar, Zulfikri; -, Djohan; Chandra, Rudi; Nasution, Syamsul Arifin
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 3 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v3i1.1775

Abstract

Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab terjadinya asfiksia neonatorum dan infeksi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara lama ketuban pecah dini dengan nilai Apgar pada kehamilan aterm yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan metode pengambilan sampel accidental sampling. Dari sampel yang memenuhi kriteria restriksi didapat 68 ibu dengan kasus KPD. Hasil penelitian menunjukkan hasil lama KPD < 12 jam dengan Apgar baik adalah sebesar 22 kasus (73,3%) dan dengan Apgar buruk sebanyak 8 kasus (26,7%) sedangkan KPD ≥ 12 jam dengan Apgar baik sebesar 10 kasus (26,3%) dan nilai Apgar buruk sebesar 28 kasus (73,7%). Dari uji statistik dengan tes Chi Square didapatkan nilai X2 = 14,876 dan probabilitasnya (ρ) = 0,001. Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara lama ketuban pecah dini dengan nilai Apgar.
Efektivitas sabun antiseptik dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella typhi Kristy, Anastasia; Lubis, Adhayani; Rahimi, Armon; Alexander, Rico; -, Janice; Rosari, Anita; Kotsasi, Fransiska; Pardianto, Gede
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 3 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v3i1.1788

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji daya hambat sabun antiseptik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi. Sampel yang dipakai adalah sebanyak 4 sabun antiseptik (sabun A, B, C dan D) dengan masing-masing konsentrasi sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%. Proses pengenceran sesuai dengan konsentrasinya dapat mengubah kemampuan sabun dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji dengan metode difusi. Hasil penelitian didapatkan bahwa keempat sampel sabun antiseptik memiliki efektivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhi. Namun pada Escherichia coli, rata-rata diameter zona hambat yang paling besar adalah pada sabun antiseptik A dengan konsentrasi 40% yaitu 26 mm dan rata-rata diameter zona hambat paling kecil adalah pada sabun antiseptik D dengan konsenstrasi 10% yaitu 7 mm. Sedangkan pada Salmonella typhi rata-rata diameter zona hambat paling besar adalah pada sabun antiseptik A dengan konsentrasi 40% yaitu 20 mm dan rata-rata diameter zona hambat paling kecil adalah pada sabun antiseptik B dengan konsentrasi 10% yaitu 10 mm. Hal tersebut dapat terjadi karena dinding penyusun dari kedua bakteri tersebut berbeda dan kandungan dari masing-masing sabun juga berbeda.