Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series: Pharmacy

Penulusuran Pustaka Perbandingan Empat Jenis Tanaman Suku Piperaceae yang Berpotensi sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Escherichia Coli & Staphylococcus Aureus serta Kandungan Kimia yang Aktif sebagai Antibakteri Via Pujiah; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 1 No. 1 (2021): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.957 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v1i1.87

Abstract

Abstract. The piperaceae family is estimated to consist of about 2,500 species, most of which are the piper genus. Piperaceae are aromatic plants that are often used by the community for medicinal purposes. This literature research was conducted with the aim of comparing four types of plants in the piperaceae family that have antibacterial potential against Eschericia coli and Staphylococcus aureus and to determine the main components of the essential oil compound content of four types of plants in the piperaceae family that have antibacterial potential. Based on literature research, the essential oil content of the four types of plants in the piperaceae family is mostly composed of terpenoid compounds, namely monoterpenes and sesquiterpenes. The results of the literature study of four species of piperaceae (P.aduncum, P.caninume, P.gibbilimbum, and P.nigrum) have antibacterial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus, with the potency of essential oil as the strongest antibacterial is P.nigrum with MIC values in the range 1.95 μg / mL - 3.9 μg / mL. The main content of essential oil compounds from four types of piperaceae is thought to have antibacterial activity of β-pinene, camphor, camphene, safrole, 3-carene, sabinene and trans-β-caryophyllene. Abstrak. Suku piperaceae diperkirakan terdiri sekitar 2.500 spesies yang sebagian besar merupakan genus piper. Piperaceae merupakan tumbuhan aromatik yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan. Penelitian penulusuran pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan empat jenis tanaman suku piperaceae yang memiliki potensi antibakteri terhadap Eschericia coli dan Staphylococcus aureus dan untuk mengetahui komponen utama kandungan senyawa minyak astsiri empat jenis tanaman suku piperaceae yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Berdasarkan penulusuran pustaka kandungan minyak atsiri dari keempat jenis tanaman suku piperaceae ini sebagian besar tersusun atas senyawa terpenoid yaitu monoterpen dan seskuiterpen. Hasil penulusuran pustaka empat jenis tanaman suku piperaceae (P.aduncum, P.caninume, P.gibbilimbum, dan P.nigrum) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dengan potensi minyak atsiri sebagai antibakteri yang paling kuat adalah P.nigrum dengan nilai MIC pada rentang 1.95 μg/mL – 3.9 μg/mL. Adapun kandungan utama senyawa minyak atsiri dari empat jenis tanaman piperaceae diduga memiliki aktivitas antibakteri β –pinene, camphor, camphene, safrole, 3-carene, sabinene dan trans- β- caryophyllene.
Penelusuran Pustaka Potensi Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Bakteri Gram Negatif Penyebab Diare pada Saluran Pencernaan Sri Puan Hanum; Livia Syafnir; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.223 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3348

Abstract

Abstract. Diarrhea is an infection that is included in the top 10 diseases with high mortality rate. It is generally infected by bacteria. Anti-bacteria are used to treat the infection caused by it, but an improper use of anti-bacteria causes it to become resistant. Therefore, a potential anti-bacteria alternative is needed, and one of them comes from natural ingredients. Binahong plant (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) is one of the plants which has been scientifically proven to carry an anti-bacterial activity, specifically on its leaf. To determine the content of compounds that act as anti-bacteria and the potential of binahong leaf extract on gram-negative antibacterial activity that causes diarrhea in the digestive tract, a research is conducted by carrying-out literature searches from online journals. From this research, it is concluded that binahong leaf extract contains a secondary metabolite content and able to hinder Salmonella typhi, Escherichia coli, and Shigella flexneri bacterial activity which are gram-negative bacteria and the cause of diarrhea in the digestive tract. Abstrak. Diare merupakan suatu penyakit infeksi yang masuk kedalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di dunia. Penyakit diare umumnya diinfeksi oleh bakteri. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut maka digunakan antibakteri, akan tetapi penggunaan antibakteri yang tidak tepat menyebabkan antibakteri menjadi resistensi. Untuk itu dicari alternatif yang memiliki potensi sebagai antibakteri, salah satunya melalui bahan alam. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan salah satu tanaman yang secara ilmiah sudah dibuktikan memiliki aktivitas antibakteri, khususnya pada bagian daun. Untuk mengetahui kandungan senyawa yang berperan sebagai antibakteri dan bagaimana potensi ekstrak daun binahong terhadap aktivitas antibakteri gram negatif penyebab diare pada saluran pencernaan, maka dilakukan penelitian ini dengan melakukan penulusuran pustaka dari jurnal yang terdapat media online. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa ekstrak daun binahong memiliki kandungan metabolit sekunder dan dapat menghambat aktivitas bakteri Salmonella typhi, Escherichia coli, dan Shigella flexneri, yang merupakan bakteri Gram negatif penyebab penyakit diare pada saluran pencernaan.
Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma malabathricum (Linn.)) terhadap Jamur Candida albicans Penyebab Sariawan (Stomatitis Aphtosa Rekuren) Aqila Dliya Zhafira; Indra Topik Maulana; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.002 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3357

Abstract

Abstract. Stomatitis or thrush is an inflammation of the soft tissues in the oral cavity. Stomatitis or thrush is caused by the fungus Candida albicans. Antifungal drugs for this disease have actually been created but there are still side effects so that alternative treatments from natural ingredients are needed. The sensaat plant (Melastoma malabathricum (Linn.)) is one of the plants that can be used to treat canker sores caused by the fungus Candida albicans. This study aims to determine the antifungal activity of the extract of sensaat leaf as well as to determine the minimum inhibitory concentration, to determine the class of chemical compounds contained in the leaf of sensaat, to determine the standardization of data which includes specific and non-specific parameters. The research method used is an experimental method with the concentration of senresidenan leaf extract used of 1%, 5%, 10%, 15%, 20%, 30%, 40%, 50% and repeated 3 times and then statistical analysis using one way anova. The results showed that the ethanol extract of the leaves of sensaat did not show any antifungal activity, while the positive control of ketoconazole showed an inhibitory diameter of 31.4 mm. Abstrak. Stomatitis atau sariawan adalah peradangan jaringan lunak yang berada dalam rongga mulut. Stomatitis atau sariawan ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Obat antijamur untuk penyakit ini sebenarnya telah diciptakan namun masih terdapat efek samping sehingga diperlukan alternatif pengobatan yang berasal dari bahan alam. Tanaman senduduk (Melastoma malabathricum (Linn.)) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi sariawan yang disebabkan jamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti jamur dari ekstrak daun senduduk serta konsentrasi hambat minimum, mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun senduduk, mengetahui data standardisasi yang meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental dengan konsentrasi ekstrak daun senduduk yang digunakan sebesar 1%, 5%, 10%, 15%, 20%, 30%, 40%, 50% dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali lalu dilakukan analisis statistik menggunakan oneway anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun senduduk tidak menunjukkan adanya aktivitas antijamur sedangkan pada kontrol positif ketokonazol menunjukkan diameter hambat sebesar 31,4 mm.
Penelusuran Pustaka Potensi Tanaman Saga (Abrus precatorius .L) sebagai Antimikroba Patogen pada Sistem Pencernaan Muhammad Daffa Adilah; Indra Topik Maulana; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.493 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3480

Abstract

Abstract. Digestive system disease is a disease that has a fairly high prevalence in Indonesia. The most common digestive system pathogens found are Salmonella typhi, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, and Candida albicans. Saga plant (Abrus precatorius L.) is a plant commonly found throughout the world, including in Indonesia. Saga plants can grow in forests, fields, and in the yard of the house. Saga plants are reported to contain secondary metabolites that had antimicrobial effects. Antimicrobials are substances that can inhibit / kill microbes. Secondary metabolites that are thought to provide antimicrobial activity in saga plants are tannins, phenolics, saponins, alkaloids, flavonoids, terpenoids, and steroids. Based on the content of secondary metabolites in the saga plant, a literature search was carried out for the minimum inhibitory concentration of the saga plant part against digestive system pathogenic microbes. Based on literature searches, several studies have shown that the roots, leaves, and seeds are able to inhibit the growth of digestive system pathogenic microbes. Abstrak. Penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Mikroba patogen penyebab sistem pencernaan yang umum ditemukan adalah Salmonella typhi, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, dan Candida albicans. Tanaman saga (Abrus precatorius L.) merupakan tanaman yang umum ditemukan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Tanaman saga mampu tumbuh di hutan, ladang, dan di pekarangan rumah. Tanaman saga dilansir memiliki kandungan metabolit sekunder yang mampu berfungsi sebagai antimikroba. Antimikroba merupakan zat yang mampu menghambat/membunuh mikroba. Metabolit sekunder yang diduga memberikan aktivitas antimikroba pada tanaman saga adalah golongan tanin, fenolik, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Berdasarkan kandungan metabolit sekunder pada tanaman saga, dilakukan penelusuran pustaka konsentrasi hambat minimum dari bagian tanaman saga terhadap mikroba patogen saluran cerna. Berdasarkan penelusuran pustaka, beberapa penelitian menunjukkan bagian akar, daun, dan biji mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen saluran cerna.
Penelusuran Pustaka Potensi Antibakteri Ekstrak Kulit Pepaya (Carica papaya l.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Adinda Fitri Salsabila; Livia Syafnir; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.403 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4412

Abstract

Abstract. Infection is the proliferation of infectious agents in the body caused by microorganisms such as bacteria, viruses, fungi and protozoa. Antibacterial is a substance produced by an organism that has the ability to inhibit or kill microorganisms. One of the plants that have the potential as an antibacterial is papaya. Papaya plants have several benefits such as digestion, antibacterial and treating hypertension. Almost all parts of papaya can be used such as leaves, flowers, fruit, skin and seeds. The papaya skin contains papain enzymes, saponins, alkaloids and glucosides. The research method used is the Systematic Literature Review (SLR). The purpose of this literature review is to collect and analyze the results of research on the potential of papaya peel extract as an antibacterial for Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria using 96% ethanol extractant with agar diffusion antibacterial testing method. Based on the literature search, the 10% papaya peel extract concentration was more effective in inhibiting Gram-negative bacteria, namely Escherichia coli bacteria. Abstrak. Infeksi merupakan perkembangbiakan agen infeksius di dalam tubuh yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa. Antibakteri merupakan substansi hasil organisme yang memiliki kemampuan dalam menghambat atau membunuh mikroorganisme. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri yaitu pepaya. Tanaman pepaya memiliki beberapa manfaat seperti melancarkan pencernaan, antibakteri maupun mengobati hipertensi. Hampir seluruh bagian pepaya dapat dimanfaatkan seperti daun, bunga, buah, kulit dan bijinya. Adapun pada kulit pepaya mengandung enzim papain, saponin, alkaloid dan glukosid. Metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Systematic Literature Review (SLR). Tujuan dari kajian pustaka ini untuk mengumpulkan dan menganalisis hasil penelitian terhadap potensi ekstrak kulit pepaya sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli menggunakan ekstraktan etanol 96% dengan metode pengujian antibakteri difusi agar. Berdasarkan penelusuran pustaka menunjukan pada konsentrasi ekstrak kulit pepaya 10% lebih efektif dalam menghambat bakteri Gram-negatif yaitu bakteri Escherichia coli.
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Brokoli (Brassica oleracea var. italica Plenck) dan Kembang Kol (Brassica oleracea var. botrytis DC.) terhadap Propionibacterium acnes salsabila soedradjat; Livia Syafnir; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.162 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4686

Abstract

Abstract. Acne is a skin disease that often occurs in all circles that causes inflammation. The main cause of acne is the bacteria Propionibacterium acnes. This study aims to compare the antibacterial activity ethanol extract of broccoli flower and ethanol extract of cauliflower to the acne-causing bacteria P. acnes measured from the diameter of the resulting inhibition zone, as well as to compare the parameters and characteristics of each materials. The study began with standard parameter determination test, then phytochemical screening and antibacterial activity test for P. acnes. The results showed that broccoli contains alkaloids, flavonoids, phenolic compounds, tannins, quinones, saponins, steroids, monoterpenes and sesquiterpenes. Cauliflower contains alkaloids, flavonoids, phenolic compounds, tannins, quinones, saponins, steroids, triterpenoids, monoterpenes and sesquiterpenes. The results of the comparison test of antibacterial activity of ethanol extract broccoli flower and ethanol extract cauliflower to P. acnes with test concentrations of 1%, 5%, 10%, 15% and 20% using the well method showed negative results, where the two ingredients were not able to inhibit the growth rate of bacteria P. acnes. In the positive control, namely clindamycin, which showed an average diameter of the inhibition zone of 32.65 mm, the antibiotic produced antibacterial activity against the growth of P. acnes. This could be due to the fact that the two extracts were not active at all as antibacterial P. acnes, but had other antibacterial activities. Abstrak. Jerawat adalah penyakit kulit yang sering terjadi pada semua kalangan yang menyebabkan inflamasi. Penyebab utama terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antibakteri antara ekstrak etanol bunga brokoli dengan ekstrak etanol kembang kol terhadap bakteri penyebab jerawat P. acnes diukur dari diameter zona hambat yang dihasilkan, serta untuk membandingkan parameter dan karakteristik dari masing-masing bahan. Penelitian diawali dengan uji penetapan parameter standar lalu penapisan fitokimia dan dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap P. acnes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada brokoli mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, kuinon, saponin, steroid, monoterpen dan seskuiterpen. Pada kembang kol mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, kuinon, saponin, steroid, triterpenoid, monoterpen dan seskuiterpen. Hasil uji perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga brokoli dan kembang kol terhadap P. acnes pada konsentrasi uji 1%, 5%, 10%, 15% dan 20% menggunakan metode sumuran menunjukkan hasil negatif, dimana kedua bahan tersebut tidak mampu menghambat laju pertumbuhan dari bakteri P. acnes. Pada kontrol positif yaitu klindamisin menunjukkan rata-rata diameter zona hambat sebesar 32,65 mm maka antibiotik tersebut menghasilkan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan P. acnes. Hal tersebut dapat disebabkan karena kedua ekstrak tidak aktif sama sekali sebagai antibakteri P. acnes, melainkan aktivitas antibakteri lain.
Uji Aktivitas Antioksidan Sari Buah Delima Putih (Punica granatum L.) Menggunakan Metode DPPH yang Diformulasikan Menjadi Permen Jelly Eky Bagus Wahyudi; Livia Syafnir; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.377 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4692

Abstract

Abstract. This study aimed to determine the secondary metabolite content of white pomegranate juice, to test the antioxidant activity of white pomegranate juice (Punica Granatum L) and white pomegranate juice jelly candy. The white pomegranate used comes from Indramayu Regency, Haurgeulis District. White pomegranate is one of the natural ingredients that have the potential as a source of natural antioxidants. White pomegranate juice was analyzed for its secondary metabolite content using phytochemical screening, the results of phytochemical screening identified alkaloids, flavonoids, phenols, tannins, and terpenoids. The antioxidant activity test used the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method. Analysis of antioxidant strength by calculating the IC50 value based on the percent reduction of free radicals by the test sample. Based on the data obtained, the IC50 value of white pomegranate juice was 223.46 ppm, then the IC50 value of jelly candy was F1 1337.62 ppm, F2 835.83 ppm, F3 609.75 ppm. The results showed that as the white pomegranate juice increased, the antioxidant activity of the jelly candy increased. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder sari buah delima putih, menguji aktivitas antioksidan sari buah delima putih (Punica Granatum L) dan permen jelly sari buah delima putih. Buah delima putih yang digunakan berasal dari Kabupaten Indramayu, Kecamatan Haurgeulis. Buah delima putih merupakan salah satu bahan alam yang memilki potensi sebagai sumber antioksidan alami. Sari buah delima putih dianalisis kandungan metabolit sekundernya dengan cara skrining fitokimia, hasil skrining fitokimia terindentifikasi senyawa alkaloid, flavanoid, fenol, tanin, dan terpenoid. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Analisis kekuatan antioksidan dengan menghitung nilai IC50 yang didasarkan pada persen peredaman radikal bebas oleh sampel uji. Berdasarkan data yang diperoleh nilai IC50 sari buah delima putih sebesar 223.46 ppm, lalu nilai IC50 permen jelly sebesar F1 1337.62 ppm, F2 835.83 ppm F3 609.75 ppm. Hasil penelitian menunjukan bahwa seiring bertambahnya sari buah delima putih maka aktivitas antioksidan pada permen jelly akan meningkat.
Penelusuran Pustaka Potensi Aktivitas Antioksidan dari Suku Malvaceae Menggunakan Metode DPPH Geofanny Mozataufika; Kiki Mulkiya Yuliawati; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.769 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4698

Abstract

Abstract. Degenerative disease is a disease that is very often experienced by the elderly. Where this disease can cause death. Plants from the Malvaceae tribe can be used as treatment and prevention of degenerative diseases. This literature search aims to collect and analyze research results related to the antioxidant activity of plant parts of the Malvaceae tribe and identify compounds that contribute to producing antioxidant compounds. There are 8 types of plants belonging to the Malvaceae family scattered in West Java which have the potential to have antioxidant activity for the treatment and prevention of degenerative diseases. The most commonly used plant parts are the leaves. Fruit and fruit skin. By using the maceration extraction method and testing the antioxidant activity using the dpph method. With chemical compounds commonly found in plants of the Malvaceae tribe, namely phenolic compounds, flavonoids, and alkaloids. As for the durian plant, Durio zibenthinus has the highest antioxidant activity of 9.850 g/ml on the skin of the fruit. Abstrak. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh usia lanjut. Dimana penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Tanaman dari suku Malvaceae mampu dimanfaatkan sebagai pengobatan dan pencegahan penyakit degenerative karena memiliki aktivitas antioksidan. Dilakukan penelusuran pustaka ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis hasil penelitian terkait aktivitas antioksidan dari bagian tanaman pada suku Malvaceae dan mengidentifikasi senyawa yang berkontribusi menghasilkan senyawa antioksidan. Terdapat 8 jenis tanaman suku Malvaceae yang tersebar di jawa barat yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit degeneratif diantaranya yaitu tanaman durian, okra, rosella, coklat, pungpulutan, waru dan juga tanaman kapuk. Dengan bagian tanaman yang umum digunakan yaitu pada bagian daun. Buah, dan kulit buah. Dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi dan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode dpph. Dengan senyawa kimia yang umum terdapat pada tanaman suku Malvaceae yaitu senyawa fenol, flavonoid, dan alkaloid. Adapun pada tanaman durian (Durio zibenthinus) memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu sebesar 9,850 µg/ml pada bagian kulit buahnya.
Penelusuran Pustaka Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) dan Daun Cincau Hitam (Mesona palustris Blume) Abdurrasyid Fadhlurrahim; Livia Syafnir; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4711

Abstract

Abstract. Free radicals are reactive molecules containing unpaired electrons that can trigger degenerative diseases. Antioxidants are needed as neutralizers of oxidation reactions caused by free radicals. Grass jelly is one of the plants known for its use as a food ingredient that has antioxidant activity. This study uses a literature review by reviewing several references with the aim of knowing the antioxidant activity of the two grass jelly, namely Cyclea barbata and Mesona palustris. Several studies have shown the antioxidant activity of both types of grass jelly, namely green grass jelly (Cyclea barbata Miers) and black grass jelly (Mesona palustris Blume). Judging from the extraction method and different types of solvents will produce various IC50 values. Both grass jelly has a class of compounds such as flavonoids, saponins, tannins, alkaloids and steroids. Abstrak. Radikal bebas merupakan molekul yang bersifat reaktif mengandung elektron tidak berpasangan yang dapat memicu penyakit degeneratif. Antioksidan diperlukan sebagai penetralisir dari reaksi oksidasi akibat radikal bebas. Cincau merupakan salah satu tanaman yang dikenal pemanfaatannya sebagai bahan pangan yang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan literature review dengan mengkajian beberapa referensi dengan tujuan mengetahui aktivitas antioksidan kedua cincau yakni Cyclea barbata dan Mesona palustris. Beberapa penelitian menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari kedua macam jenis cincau yaitu cincau hijau (Cyclea barbata Miers) dan cincau hitam (Mesona palustris Blume). Dilihat dari metode ekstraksi dan jenis pelarut yang berbeda beda akan menghasilkan nilai IC50 yang beragam. Kedua cincau tersebut memiliki golongan senyawa seperti flavonoid, saponin, tanin, alkaloid dan steroid.
Penelusuran Pustaka Kandungan Senyawa dari Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var raja) dan Kulit Pisang Cavendish (Musa cavendishii) dalam Beberapa Aktivitas Farmakologi Muhammad Fadhil Safari; Vinda Maharani Patricia; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.617 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4714

Abstract

Abstract. Plantain (Musa paradisiaca var raja) and cavendish banana (Musa cavendishii) is a plant that has long been used by the public as a medicinal plant. The parts of the banana plant are known to have pharmacological activity, while the banana peel is only considered waste that is thrown away after the fruit is taken. The research method used is a Systematic Literature Review with literature searches related to the pharmacological activity of the extracts of raja banana peel and cavendish banana peel. The data obtained is then displayed in tabular form and explained in paragraph form. The results showed that the extracts of plantain peel and cavendish banana peel had pharmacological activities such as antibacterial, antihyperglycemic and antioxidant. which is thought to come from the content of a class of compounds in plantain peels and cavendish banana peels such as alkaloids, phenols, flavonoids, tannins and saponins. Abstrak. Pisang raja (Musa paradisiaca var raja) dan pisang cavendish (Musa cavendishii) merupakan tanaman yang sejak dahulu sudah digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman obat. bagian-bagian dari tanaman pisang sudah diketahui memiliki aktivitas farmakologis, sedangkan kulit pisang hanya dianggap limbah yang dibuang setelah diambil buahnya. Tujuan dari penelusuran pustaka ini adalah untuk mengetahui aktifitas farmakologi dari kandungan golongan senyawa ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Raja) dan kulit pisang cavendish (Musa cavendishii). Metode penelitian yang digunakan adalah Systematic Literature Review dengan penelusuran pustaka terkait aktivitas farmakologi dari ekstrak kulit pisang raja dan kulit pisang cavendish. Data yang diperoleh kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam bentuk paragrafh. Hasil yang didapat menunjukan bahwa ekstrak kulit pisang raja dan kulit pisang cavendish memiliki aktivitas farmakologis seperti antibakteri, antihiperglikemia dan antioksidan yang diduga berasal dari kandungan golongan senyawa pada kulit pisang raja dan kulit pisang cavendish seperti alkaloid, fenol, flavonoid, tannin dan saponin.