Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Analisis Kualitas Tepung Ampas Tahu Rusdi, Bertha; Maulana, Indra Topik; Kodir, Reza Abdul
Jurnal Matematika dan Sains Vol 18 No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis kualitas tepung ampas tahu yang meliputi parameter kualitas umum telah dilakukan. Parameter kualitas yang dianalisis antara lain kadar abu, nutrisi, dan cemaran. Nutrisi meliputi kadar protein dan karbohidrat, sedangkan analisis cemaran meliputi logam berat, yakni Pb dan Cd, mikroba (Bacillus cereus, Salmonella sp. E.coli), dan angka lempeng total (ALT). Tepung ampas tahu divariasikan menjadi dua, yaitu melalui pencucian dan tanpa pencucian. Hasil olahan tepung ampas tahu tanpa pencucian memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dan cemaran yang lebih rendah dibandingkan dengan yang terlebih dahulu melalui proses pencucian. Tepung ampas tahu tanpa pencucian selanjutnya diolah menjadi kue brownies, di mana brownies yang dihasilkan memiliki penampilan dan rasa yang cukup baik. Kata kunci: tepung ampas tahu, nutrisi, cemaran   Quality analysis of Tofu Waste Flour Abstract Quality analysis of Tofu waste flour has been conducted, including ash level, nutrition, and contaminat. Nutrition which was analyzed were protein and carbohydrate concentration. And contaminat analyze including heavy metal contaminant (Pb and Cd) and microbiological contaminant (Bacillus cereus, Salmonella sp., E. Coli and total plate count). Unwashed tofu waste flour has higher nutrition value and less contaminant. Tofu waste flour can be used in brownies product. Brownies from this flour has a good flavor and appearance. Key words: tofu waste, nutrition, contaminant
ANALYSIS OF THE QUALITY PARAMETER AND THE FATTY ACID CONTENT FROM THE FOUR OF INDONESIAN CONSUMED NUTS Indra Topik Maulana; Tiara Deviani; Alfiah Nurulfikri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v18n3.2021.147-156

Abstract

Consumption of nuts is known to have a variety of health benefits. Nutritional contents in the nuts are needed, especially in order to provide healthy food. Nuts are rich in protein, carbohydrates, fiber, fatty acids, and bioactive compounds. There are four types of beans that are commonly consumed by Indonesian people, namely soybeans [Glycine max (L.) Merr], green beans [Vigna radiata (L.) Wilezek], peas (Pisum sativum L.), and red beans (Phaseolus vulgaris L). The purposes of this study were to produce data on the content of secondary metabolites, the value of quality parameters, and data on fatty acid content in four types of nuts. A series of research phases have been conducted including phytochemical screening, analysis of quality parameters, and analysis of fatty acid content using gas chromatography-mass spectroscopic methods (GCMS). The results showed that the four types of beans contained alkaloids and essential oils, and some of them contained flavonoids, tannins, saponins, and polyphenols. Analysis of quality parameters showed that the content of polar compounds was higher than the semi-polar and non-polar compounds. The largest yield of fatty oil was produced from soybeans (3.83%) followed by peas (1.25%), green beans (0.57%), and kidney beans (0.44%). The oils from the all both contained palmitic acid, LA, and stearic acid. Only green bean and red bean oil contained omega-3, namely ALA, in the amounts respectively 20.37% and 40%. Meanwhile, soybean and peanut oil contained LA 36.71% and 35.53% respectively.
Antibacterial compound from Euchema spinosum originated from Tasikmalaya West Java against pathogen bacteria with TLC-bioautography Indra Topik Maulana; Rifa Safira; Inge Aprianti; Livia Syafnir; Reza Abdul Kodir
Pharmaciana Vol 11, No 3 (2021): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.6 KB) | DOI: 10.12928/pharmaciana.v11i3.18144

Abstract

Streptococcus mutans (Gram-positive) and Shigella dysenteriae (Gram-negative) are two types of pathogen bacteria. The use of synthetic antibiotics against both bacteria is known to impact the bacteria's resistance. E. spinosum from Tasikmalaya is a potential macroalgae as a source of an antibacterial compound for both bacteria. The research aims to determine the antibacterial metabolite compound from E. spinosum originated from Tasikmalaya against S. mutans and S. dysenteriae. The research was conducted through several stages, starting from phytochemical screening, gradual maceration using hexane, ethyl acetate, and methanol, determination of antibacterial activity, and TLC-bioautography. Phytochemical screening showed that both raw material and extracts contained alkaloids, flavonoids, and steroids. The result showed that hexane, ethyl acetate, and methanol extract could inhibit the growth of S. dysenteriae starting from a concentration of 400 µg/mL. However, only ethyl acetate extract can inhibit the growth of S. mutans, starting from a concentration of 20 µg/mL. The chromatogram of the hexane extract showed the presence of 6 spots, ethyl acetate extract showed 5, and the methanol extract showed only 4, resulted from the elution system, respectively. The TLC-bioautography against S. dysenteriae showed that there was the presence of three clear zones on the ethyl acetate extract, detected as flavonoid, and three clear zones on the methanol extract. The TLC-bioautography against S. mutans showed one clear zone on the chromatogram of ethyl acetate extract. According to the AlCl3 spray reagent confirmation test, the active compound was the flavonoid group.
Pengembangan Sari Nanas Tinggi Aktivitas Antioksidan Menggunakan Pendekatan Half Factorial Design Indra Topik Maulana; Budi Prabowo Soewondo; Abdul Kudus
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 3 No. 3 (2021): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v3i3.4461

Abstract

Nanas (Ananas comosus L.) subang memiliki potensi untuk dibuat menjadi pangan fungsional sari nanas yang memiliki aktivitas antioksidan. Untuk menghasilkan produk yang tahan lama dan memiliki aktivitas antioksidan, maka sari nanas dibuat dengan melewati empat faktor perlakuan yaitu pemilihan bahan, penambahan gula, blansing, dan pemasakan dengan masing–masing terdiri dari dua variabel yaitu positif dan negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh empat faktor perlakuan tersebut terhadap aktivitas antioksidan dari sari nanas. Pembuatan sari nanas didesain melalui pendekatan half design experiment. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel yang disimpan pada suhu kamar mengalami fermentasi kurang dari 7 hari pengujian, sedangkan seluruh sampel yang disimpan pada suhu dingin lebih tahan lama sehingga dilanjutkan pada pengujian selanjutnya. Diagram pareto menunjukkan pemilihan bahan, konsentrasi gula, dan durasi waktu blansing secara nyata memberikan pengaruh terhadap peningkatan aktivitas antioksidan dari sari nanas. Namun demikian, durasi waktu pemasakan masih perlu dianalisis lebih lanjut.
TELAAH KANDUNGAN ASAM LEMAK ESENSIAL DALAM EMPAT JENIS MINYAK IKAN KONSUMSI DI JAWA BARAT Indra Topik Maulana; Rizka Wulan Sari; Rinda Sri Partina; Isnaeni Nur Azizah
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v3i2.5977

Abstract

Penelitian terkait telaah kandungan asam lemak esensial dari empat jenis minyak ikan konsumsi di Jawa Barat telah selesai dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data ilmiah terkait kandungan asam lemak esensial didalam empat jenis ikan konsumsi. Bahan ikan yang digunakan adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurami (Osphronemus goramy), dan ikan Bandeng (Chanos chanos). Minyak dari setiap jenis ikan diekstraksi dengan metode ekstraksi sinambung. Selanjutnya minyak ditransesterifikasi menjadi FAME kemudian dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. Data hasil penelitian menunjukkan ikan mujair memiliki rendemen paling tinggi yaitu 8,57 + 0,06 % dari total bahan kering tanpa kepala dan ekor.  Ikan nila mengandung minyak paling rendah yaitu 0,28 + 0,09 %. Berdasarkan penggolongan asam lemak, Minyak ikan mujaer mengandung SFA 35,36 + 4,86 %, MUFA 31,55 + 1,79 %, PUFA 19,15 + 2,05 %. Minyak ikan bandeng mengandung SFA 38,12 + 4,86 %, MUFA 36,64 + 2,21 % dan PUFA 18,4 + 2,02 %. Minyak Ikan gurami mengandung SFA 41,65 + 2,35   %, MUFA 40,29 + 1,13 %. Minyak Ikan Nila mengandung SFA 34,11 + 1,73%, MUFA  27,47  + 2,11 %, dan PUFA 38,43 + 2,81 %. Asam lemak esensial utama yang ditemukan pada penelitian ini diantaranya adalah ARA(ω-6), EPA(ω-3), dan DHA(ω-6).
Isolasi Glukosamin Dari Eksoskeleton Kecoa Madagaskar (Gromphadorhina portentosa) Fairuz Rifdah Permanasari; Indra Topik Maulana; Livia Syafnir
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i1.3115

Abstract

Pendahuluan: Kecoa Madagaskar (Gromphadorhina portentosa) merupakan salah satu jenis kecoa yang banyak dimanfaatkan sebagai pakan burung,ikan arwana, tarantula dll. Kecoa ini berukuran lebih besar, tidak memiliki sayap, tidak berbau, jinak, dan bergerak lambat. Eksoskeleton kecoa Madagaskar mengandung senyawa kitin yang berpotensi untuk dijadikan sumber glukosamin yang bermanfaat dalam produksi cairan synovial serta mencegah destruksi tulang. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan glukosamin dari eksoskeleton kecoa Madagaskar. Metode Penelitian: Glukosamin diperoleh melalui proses deproteinasi, demineralisasi, deasetilasi yang kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisis kimiawi dengan HCl 32%. Kesimpulan Hasil: Rendemen glukosamin yang dihasilkan adalah sebesar 22,16%  dengan nilai LoD 0,917%. Spektrum FTIR menunjukkan adanya pita serapan pada daerah NH, OH, C-N, C-H, C-O, gugus Amina Sekunder, dan Glikosida
Isolasi Fraksi Senyawa Aktif Antibakteri Staphylococcus epidermidis Dari Chlorella vulgaris B Sebagai Bahan Aktif antiseptik Nur Azizah Suhara; Elsya Nurul Mauludiyah; Lu'lu Ulul Albab; Nur Alifah Suhara; Indra Topik Maulana
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v3i1.4889

Abstract

Infeksi kulit dapat disebabkan oleh patogen yang bervariasi, salah satunya adalah bakteri. Infeksi kulit yang diakibatkan oleh bakteri tidak hanya berupa infeksi primer tetapi bisa juga menyebabkan infeksi sekunder. Mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) merupakan bahan alam yang mengandung senyawa yang memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri, khususnya bakteri penyebab infeksi kulit. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri Staphylococcus epidermidis dari ekstrak dan fraksi dari mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) penyebab infeksi kulit. Untuk mengetahui kandungan senyawa di dalam mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) dilakukan penapisan fikokimia, yang menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, monoterpen/seskuiterpen, polifenolat, steroid, tannin, dan antrakuinon. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan sebesar 119,3145 gram. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair, menghasilkan fraksi n-heksana sebesar 4,7885 gram, fraksi etil sebesar 0,7852 gram, dan fraksi air sebesar 16,675 gram. Hasil pengujian aktivitas antibakteri penyebab infeksi kulit dari fraksi dengan menggunakan metode difusi agar menghasilkan zona hambat.
REVIEW : PENGARUH MODIFIKASI NUTRISI MEDIA KULTUR DUNALIELLA SALINA TERHADAP AKTIVITAS SITOTOKSIK ANTIKANKER Indra Topik Maulana
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v4i2.7971

Abstract

Dunaliella salina merupakan mikroalga halotolerant yang mampu bertahan dan tumbuh pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Upaya Dunaliella salina untuk bertahan adalah dengan meningkatkan produksi senyawa karotenoid serta senyawa lainnya. Tingkat salinitas yang tinggi, defisiensi Nitrogen, serta pengaruh suhu dan pencahayaan terbukti memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Dunaliella salina serta meningkatkan produksi β-karoten. Tingginya kadar β-karoten memiliki hubungan erat terhadap peningkatan aktivitas sitotoksik Dunaliella salina terhadap sel kanker. Beberapa penelitian telah membuktikan (baik melalui uji invitro maupun invivo) bahwa Dunaliella salina baik yang dikultur pada media normal maupun hasil modifikasi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker melalui beragam mekanisme. 9-Cis- β-Carotene (9CβC) merupakan jenis β-karoten yang banyak diproduksi secara alami oleh Dunaliella salina dan terbukti memiliki aktivitas sitotoksik lebih baik dibandingkan dengan β-karoten sintetik yang memiliki bentuk geometri All Trans β-Carotene (ATβC). Meskipun memiliki aktivitas sitotoksik, namun Dunaliella salina tetap aman dan selektif dalam menghambat pertumbuhan sel.
PENERAPAN IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) DI DESA SUKALAKSANA, SAMARANG GARUT MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM DALAM MEWUJUDKAN BERDIRINYA UKM CENTER SAUNG CIBURIAL Indra Topik Maulana
Charity : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2018): Charity - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : PPM Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/charity.v1i01.1582

Abstract

Direvisi 7 November 2017 Disetujui 16 November 2017 Tersedia Online xx xxxx xxxx Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki sumber daya lahan yang sangat subur. Garut juga merupakan daerah penghasil produk pertanian bermutu tinggi. Salah satu tanaman yang saat ini menjadi tanaman unggulan kabupaten garut adalah akar wangi. Hal ini tertuang didalam Perda Garut No. 32 tahun 2011 yang menetapkan bahwa akar wangi termasuk kedalam salah satu agribisnis tanaman perkebunan unggulan disamping aren, teh dan tembakau. Akar wangi Garut merupakan sumber penghasil minyak atsiri akar wangi terbaik di tingkat nasional bahkan Internasional. Di pasar internasional, minyak ini dikenal sebagai “Java Vetiver Oil” (Mulyono et al, 2012). Tanaman akar wangi baru dapat dipanen setelah berusia satu tahun atau setelah pertumbuhannya maksimal yang ditandai dengan warna daun yang sudah berubah menjadi cokelat (Gambar 1). Dari setiap satu hektar lahan biasanya dapat menghasilkan akar wangi kurang lebih 20 Ton. Dari setiap ton akar wangi yang telah dikeringkan, dihasilkan minyak akar wangi sebanyak 8 Kg. Adapun harga untuk Satu kg minyak akar wangi dengan kualitas standar adalah sebesar Rp 4 juta dan kualitas premium untuk saat ini adalah sebesar Rp 10 Juta.
Studi Literatur Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera (Lam.)) terhadap Bakteri Patogen pada Saluran Cerna Nanda Aulia Rahma; Indra Topik Maulana; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.566 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3347

Abstract

Abstract. The gastrointestinal tract infection is a disease that often occurs in Indonesia. This disease caused by pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Salmonella typhi. Moringa oleifera seed is part of a Moringa oleifera that has potential as an antibacterial. This study aims to determine the potential antibacterial activity of Moringa oleifera seed extract against pathogenic bacteria in the gastrointestinal tract and determine the compounds in Moringa oleifera seed extracts and their mechanism of action as antibacterial. The research method used in this study is a systematic literature review. The results of this study indicate that Moringa oleifera seed extracts has antibacterial activity against pathogenic bacteria in the gastrointestinal tract, which is indicated by the production of MIC values ​​and the identification of compounds that act as antibacterial. The antibacterial activity of Moringa oleifera seed extract against Escherichia coli was the most effective antibacterial activities. Moringa oleifera seed extract contains napin-1A peptide which works by inhibiting bacterial protein synthesis. Abstrak. Penyakit infeksi pada saluran cerna merupakan penyakit yang sering terjadi di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Biji kelor (Moringa oleifera (Lam.)) merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri dari ekstrak biji kelor terhadap bakteri patogen pada saluran cerna dan mengetahui senyawa pada ekstrak biji kelor beserta mekanisme aksinya sebagai antibakteri. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah systematic literature review. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak biji kelor memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen pada saluran cerna yang ditandai dengan dihasilkannya nilai KHM serta teridentifikasinya senyawa yang berperan sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri dari ekstrak biji kelor terhadap bakteri Escherichia coli merupakan aktivitas antibakteri yang paling efektif. Pada ekstrak biji kelor terkandung senyawa napin-1A peptida yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.