Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Sistem Pengetahuan Nelayan Patorani Di Galesong Takalar Junaeda, ST.
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 2 (2023): April, Social and Religious Aspect in History, Economic Science and Law
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i2.25000

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) asal dari sistem pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan patorani tentang pelayaran maupun tentang pencarian ikan, (2) jenis-jenis pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan di Galessong Takalar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk  menggambarkan sebuah realitas sosial maupun tentang perilaku individu dan kelompok. Gambaran yang dihadirkan semaksimal mungkin adalah representasi dari realitas sosial yang sebenarnya. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap sejumlah informan di lokasi penelitian. selain melakukan wawancara, juga dilakukan pengamatan langsung. Pengamatan ini dilakukan sebagai sebuah metode pengumpulan data yang akan saling melengkapi dengan data yang diperoleh dari wawancara. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku keseharian dari punggawa maupun sawi ketika sedang berada di daratan. Idealnya pengamatan ini juga dilakukan untuk melihat aktifitas dan perilaku nelayan ketika sedang mencari ikan atau telur ikan, tetapi karena keterbatasan akses, tidak bisa dilakukan. Dokumen juga menjadi salah satu data yang mampu menghadirkan gambaran tentang masyarakat maupun geografis daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber pengetahuan nelayan patorani lebih banyak mereka peroleh dari orang tua, kakek atau leluhur mereka. pengetahuan ini berasal dari pengalaman merka dan berdasar dari kebiasaan-kebiasaan mereka ketika mereka mencari ika, sehingga pada konteks tertentu pengetahun ini sulit diuji secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Terkait dengan jenis pengetahuan, pada dasarnya ada tiga jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tentang penentuan hari baik, pengetahuan tentang lokasi keberadaan ikan torani, dan pengetahuan tentang tanda-tanda alam.
PPRS Dan Gagasan Kebangsaan Di Sulawesi Selatan Awal Abad Ke-20 Junaeda, ST.
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 2 (2023): April, Social and Religious Aspect in History, Economic Science and Law
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i2.24918

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui (1) kondisi pendidikan pada  masyarakat bumiputera di Sulawesi Selatan pada paruh pertama abad 20; (2) Peran Nadjamoeddin Daeng Malewa dalam memajukan pendidikan di Sulawesi Selatan, (3) program yang dilaksanakan oleh PPRS . Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Data diperoleh dari sumber-sumber Koran maupun beberapa referensi lain. Koran-koran yang digunakan dalam tulisan ini terbit pada tahun 1930-an. Koran tersebut adalah Soelawesi, Barisan Kita, Soeara Parindra dan Suara Perdamaian. Selain menggunakan Koran, juga menggunakan sumber sekunder berupa hasil-hasil penelitian relevan sebelumnya. Tahapan berikutnya adalah melakukan kritik dengan membandingkan sumber lain yang sejaman, kemudian menganalisis dan tahapan terakhir adalah historiografi. Hasil penelitian menunjukkan (1) Pada  awal abad 20, kondisi pendidikan bumiputera di Sulawesi Selatan sangat  rendah dibandingkan daerah lain di Hindia Belanda. Tingginya angka buta aksara menjadi salah satu indikatornya. Jumlah sekolah formal yang dibuka oleh pemerintah Kolonial Belanda tidak mampu menampung semua calon siswa. (2) Nadjamoeddin Daeng Malewa adalah seorang tokoh yang sering dihadirkan sebagai seorang kolaborator Belanda dalam historiografi Indonesia khususnya Sulawesi Selatan. Sedikit bahkan belum ada tulisan yang fokus pada peran Nadjamoeddin dalam memajukan dunia pendidikan bumiputera.  Nadjamoeddin dan sejumlah tokoh lainnya (PPRS) bahkan juga membuka sekolah khusus perempuan yang di namai daeng Talele School, (3) PPRS membuka tiga jenis sekolah pagi yaitu Perguruan Rendah yakni sekolah kelas II ditambah materi Bahasa Belanda dan boekouden, Pergoeroean Rendah Penambah (PRP) atau sama dengan Schakelschool ditambah materi bahasa Inggris dan boukhouden, dan Pergoeroean Rendah Oemoem (PRO) atau sama dengan HIS ditambah materi bahasa Inggris dan bookhouden. Untuk kelas petang dibuka Taman Pendidik Pengajar Pembantu atau Normaalcuursus yang ditempuh selama dua tahun, dan beberapa kursus singkat seperti Bahasa Belanda, bahasa Inggris, kursus dagang, kursus stenografie, dan Cuursus Algameene Ontwikkeling (Pengetahuan Umum).
A’pare-pare: Tradisi Ngasak Padi di Polombangkeng Selatan, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan Junaeda, St.; Juliati; Sawitri, Meliani; Agil, Muhammad Fauzan; Azhari, Evy; Diana, Andi Rezki; Arsi, Putri Ainun; Adam, Mirza Fahrani
Journal of Education and Culture Vol. 4 No. 2 (2024): Journal of Education and Culture
Publisher : Indra institute Research & Publication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas tentang tradisi A’pare-pare yang dilakukan oleh masyarakat Polombangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, yang memiliki kesamaan dengan tradisi ngasak padi yang dilakukan oleh petani Jawa. Sama halnya dengan ngasak padi, A’pare-pare merupakan kegiatan mengumpulkan sisa-sisa padi hasil penen yang dilakukan dilahan milik orang lain. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data kualitatif. Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan, wawancara terhadap informan dan mengumpulkan dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa alasan masyarakat Polombangkeng Selatan melakukan A’pare-pare ini bisa dipetakan menjadi dua. Pertama adalah alasan yang menggunakan persfektif agama, bahwa tidak boleh membuang-buang sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan atau menghindari perilaku mubazir, dan yang kedua adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari terkait dengan kebutuhan pangan. Hadirnya tradisi A’pare-pare ini juga berfungsi sebagai salah satu jaringan pengaman sosial bagi masyarakat di Polombangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.
Relasi Sosial Ekonomi Perempuan Pedagang Ikan di Pasar Mare Kabupaten Bone binti Mohd. Yusof, Masnah; Junaeda, St.
Jurnal Ekonomi dan Riset Pembangunan Vol. 1 No. 2 (2023): JURNAL EKONOMI DAN RISET PEMBANGUNAN (JERP)
Publisher : Research Agency for Humanity and Urban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the socio-economic relations among women fish traders in Pasar Mare. This study used a qualitative research method which was analyzed and written descriptively. Data collection techniques were collected through observation, interviews, and documentation involving 10 individual informants. The results of the study show that: (1) The reasons for women fish traders in Pasar Mare choosing to trade are economic problems, not having a husband, their own desires, and having supplies to sell; (2) In arranging the time between trading and working women traders here find it not difficult and have arranged their time in such a way, because selling time at the market does not take long so that female traders are able to spend time with their families and do their homework both before and after going to school. market.; (3) The relationship between women fish traders here is going very well, this is due to the attitude of helping each other and the principle that is held that at any time they will need each other. For example, dividing the fish caught in parakka in two, helping to sell fish when traveling for a while or when the merchandise is not sold out and exchanging small amounts of money. Besides that, female fish traders often hold arisan, both among fish traders and other traders.
Pembangunan Pedesaan Berbasis Pertanian di Desa Ganra Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng Wahyuni; Junaeda, St.
Jurnal Ekonomi dan Riset Pembangunan Vol. 1 No. 2 (2023): JURNAL EKONOMI DAN RISET PEMBANGUNAN (JERP)
Publisher : Research Agency for Humanity and Urban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the process of implementing agricultural modernization in farming communities and its impact on the socio-cultural life of farmers. The method used is qualitative, namely research conducted with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The results showed that previously farmers in Ganra Village carried out the process of implementing agricultural modernization starting from cultivating paddy fields to processing paddy into rice, initially the tools used in agriculture were still very traditional until they experienced increasingly sophisticated or modern changes. One of them is the inclusion of a combine car during the rice harvest which immediately removes the grain from the stalks or stems and cleaning the grain no longer needs to work twice and even only requires a few people to implement it. Agricultural modernization has positive and negative impacts. The positive impact is increasing crop production, as well as facilitating work that can save time and energy. While the negative impact is making farmers less creative because farmers depend on modern agricultural technology products, increasing unemployment, and lack of mutual cooperation in the social field as well as losing a sense of mutual need between each other and the collective attitude that is characteristic of society. farmers in Ganra Village who have changed to an individual attitude.
Literasi Budaya dan Rekreasi Bagi Peserta Didik di SMP Negeri 3 Galung Kabupaten Barru Khaeruddin, Khaeruddin; Bahri, Bahri; Ahmadin, Ahmadin; Tati, Andi Dewi Riang; Junaeda, St.; Wulandari, Fitria
Inisiatif : Jurnal Dedikasi Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2023): Inisiatif : Jurnal Dedikasi Pengabdian Masyarakat
Publisher : Pusmedia Group Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61227/inisiatif.v2i2.123

Abstract

Kegiatan literasi budaya dan rekreasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan minat baca para peserta didik di SMP Negeri 3 Galung Kabupaten Barru serta dapat melestarikan kebudayaan lokal yang ada sebagai identitas bangsa. Kemampuan literasi budaya harus dimiliki masyarakat terutama generasi millennial agar tetap mencintai serta melestarikan kebudayaan lokal yang ada sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia. Implementasi literasi budaya juga dapat digunakan untuk mengatasi disinformasi yang terjadi di dalam kehidupan berbangsa, terutama pada generasi millennial agar bisa mengolah informasi dengan baik serta bisa tetap mencintai dan melestarikan budaya lokal yang dimiliki Indonesia. Permasalahan yang dihadapi peserta didik di SMP Negeri 3 Galung adalah sebagai berikut: (1) kurangnya pemahaman siswa terkait pentingnya literasi, (2) kurangnya sosialisasi terkait implementasi literasi budaya serta cara meningkatkan minat baca. Solusi yang ditawarkan, yaitu pemberian materi terkait pentingnya literasi budaya dan membangun kesadaran siswa akan pentingnya membaca untuk mendukung pembelajaran yang efektif serta literasi budaya dan rekreasi agar bisa tetap melestarikan budaya lokal. Tahap pelaksanaan terbagi atas tiga sesi. sesi pertama yakni pemaparan materi, sesi kedua yakni sosialisasi terkait implementasi literasi budaya sesi ketiga yakni simulasi terkait penerapan seven pillars model atau model yang digunakan untuk menggambarkan tujuh dasar yang harus dimiliki individu untuk mempelajari literasi.
Peningkatan Kesadaran Hukum Serta Penanaman Karakter Pancasila Dikalangan Siswa Di Kota Makassar Tahir, Heri; Heri, Ririn Nurfaathirany; Junaeda, St.; Kasmita, Maya; Rizal, Muh.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 2 No. 3 (2024): Mei
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v2i3.903

Abstract

Kenakalan remaja dan kejahatan yang dilakukan oleh generasi muda tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus kekerasan sesama pelajar, pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, perampokan disertai kekerasan, bahkan pembunuhan. Pendidikan Pancasila merupakan pondasi awal untuk menanamkan kesadaran hukum yang baik bagi anak. Sehingga pendidikan pancasila kemudian menjadi mata pelajaran wajib sejak di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama serta Sekolah Menengah Atas. Kenakalan remaja (Juvenile Deliquency) serta kejahatan yang dilakukan oleh anak  semakin merebak. Kasus kekerasan di sekolah Sudah terjadi sejak dulu, namun seiring perkembangan tekhnologi, kasus keekrasan disekolah semakin marak dan dipublikasikan oleh para pelaku kekerasan sebagai bentuk kebanggaan diri yang secara nyata sangat menyimpang dari nilai-nilai pancasila. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka sangat penting untuk dapat dilakukan diseminasi kepada siswa untuk dapat menanamkan kesadaran hukum dan karakter Siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Adapun target luaran yang diharapkan dalam penyuluhan/pengabdian kepada masyarakat ini adalah hadir serta meningkatnya kesadaran hukum dan karakter Siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Metode yang digunakan dalam penerapan pengabdian ini adalah observasi, testing, penyuluhan, dan evaluasi. Berhasilnya kegiatan ini dapat dilihat dari antusiasme peserta yang menjadi indikator keberhasilan yang dihitung sebagai faktor pendukung.