Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search
Journal : Cendikia Pendidikan

SEJARAH RINGKAS KOREA: AWAL MASUK DAN PERKEMBANGAN KONFUSIANISME Rustamana, Agus; Nurhidayat, Wahyu; Maulana, Aldi; Elfhani, Nadia
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 2 No. 6 (2024): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9644/sindoro.v2i6.1797

Abstract

Jurnal ini mengkaji dampak filosofi Konfusianisme terhadap perkembangan politik, sosial, dan budaya Korea, khususnya selama periode Choson. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dan kritik sumber untuk menyelidiki pengaruh Konfusianisme dalam perubahan budaya dan kebijakan pemerintah. Hasil penelitian menyoroti peran utama pemikir Konfusianisme seperti Yulgok dan Yi Hwang dalam membentuk ideologi politik Korea. Selain itu, penerapan Konfusianisme sebagai dasar sistem perpajakan dan kontrol pemerintah mempengaruhi landasan ekonomi negara. Perubahan signifikan juga terlihat dalam hukum keluarga dan standar wanita sebagai hasil masuknya Konfusianisme ke Korea.
JEPANG SEBAGAI NEGARA IMPERIALIS Rustamana, Agus; Hidayat, Riyan; Khoirotun Nisa, Siti; Rahmadhina Kamila, Nida
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 3 No. 2 (2024): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9644/sindoro.v3i2.2058

Abstract

Jepang merupakan sebuah negara yang bertegat untuk melakukan perubahan pada abad ke-19 karena adanya Restorasi Meiji Jepang. Hal ini mengupayakan negara jepang berdiri menjadi negara imperialis seperti yang di lakukan oleh negara barat. Latar belakang Jepang menjadi negara imperialis, pertama (Ekonomi) Sejak Restorasi Meiji, terjadilah perkembangan yang sangat pesat, berbagai keberhasilan dan kemajuan terjadi, sehingga dalam kurun waktu lebih 30 tahun Jepang sudah sejajar dengan Eropa. Sampai akhirnya Jepang terjun ke praktik imperialisme. Sebagai negara industri yang berkembang pesat, Jepang membutuhkan bahan baku dan tempat pemasaran, maka dicarilah daerah baru untuk keperluan tersebut. Kedua (Demografi) Penduduk Jepang jumlahnya berkembang dengan cepat. Untuk mengatasi masalah penduduk maka perlu dicari daerah baru yang dijadikan koloni untuk penduduk Jepang. Ketiga (Militer) Jepang telah membuktikan mampu secara militer dan teknologi persenjataan, yaitu dengan mengalahkan Rusia tahun 1905. Hal ini mendorong keyakinan Jepang untuk terjun melakukan imperialisme. Dan yang keempat (Pengembangan Paham Hakko Ichi-U) Hakko Ichi-U artinya delapan benang di bawah satu atap. Jepang punya pemahaman bahwa dunia adalah satu keluarga, dan Jepang merupakan saudara tua. Oleh sebab itu pantaslah Jepang sebagai pemimpin dunia. Tujuan Jepang menjadi negara imperialis adalahkarena pada saat itu jepang menjadi negara industri yang maju sehingga Jepang membutuhkan bahan baku dan tempat pemasaran. Oleh karena itu, dicarilah daerah baru untuk keperluan industrinya dan Jepang pun terjun ke dalam praktik imperialisme. Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini menggunakan metode studi literatur, yaitu mengumpulkan informasi-informasi yang bersumber dari kajian literatur seperti dari buku, jurnal, laporan penelitian, internet dan kajian literatur lainnya. Hasil dari pengamatan yang kita peroleh adalah Jepang memiliki banyak peluang untuk menggunakan kekuatan barunya di tahun-tahun berikutnya. SelamaPerang Dunia I terjadi di pihak Sekutu tetapi membatasi aktivitasnya hanya pada perebutan kepemilikan Jerman di Tiongkok dan Pasifik. Ketika Tiongkok meminta pengembalian bekas kepemilikan Jerman di provinsi Shantung, Jepang menanggapinya dengan apa yang disebut sebagai “pengembalian”.Dua Puluh Satu Tuntutan , dikeluarkan pada tahun 1915, yang mencoba menekan Tiongkok agar memberikan konsesi yang luas mulai dari perpanjangan sewa di Manchuria dan kendali bersama atas sumber daya batu bara dan besi Tiongkok hingga masalah kebijakan mengenai pelabuhan dan kepolisian kota-kota di Tiongkok. Meskipun menyerah pada sejumlah masalah tertentu, Tiongkok menolak tuntutan Jepang yang paling ekstrem yang akan mengubah Tiongkok menjadi wilayah Jepang. Meskipun Jepang memperoleh keuntungan ekonomi, kebijakan Jepang terhadap Tiongkok pada Perang Dunia I meninggalkan warisan perasaan tidak enak dan ketidakpercayaan, baik di Tiongkok maupun di Barat. Kerakusan tuntutan Jepang dan kekecewaan Tiongkok atas kegagalannya memulihkan kerugiannya dalam Perjanjian Versailles (1919) membuat Jepang kehilangan harapan akan persahabatan dengan Tiongkok. Dukungan Jepang selanjutnya terhadap rezim panglima perang yang korup di Manchuria dan Tiongkok Utara membantu menegaskan sifat anti-Jepang dalam nasionalisme Tiongkok modern.
MENGANALISIS PERKEMBANGAN KEKINIAN DARI NEGARA KOREA UTARA DAN KOREA SELATAN Rustamana, Agus; Wulandari, Wulandari; Chandra Aditya, Bima; Jaojah, Siti
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 3 No. 2 (2024): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9644/sindoro.v3i2.2061

Abstract

Jurnal ini mengkaji perkembangan dari negara Korea yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik internal dan eksternal, interpretasi dan historiografi. Selain itu juga penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi literatur untuk menyelidiki perkembangan dari negara Korea Utara dan Korea Selatan. Hasil penelitian Korea mengalami sejarah yang kompleks sebelum terpecah menjadi dua bagian, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Sejarahnya melibatkan invasi, pengaruh budaya Tiongkok, periode tiga kerajaan, dan invasi Jepang pada abad ke-20. Pembagian Korea terjadi setelah Perang Dunia II, ketika Sekutu dan Uni Soviet menduduki wilayah tersebut. Terpecahnya Korea tidak lepas dari peran aktif Amerika Serikat, perang saudara, dan pembentukan dua negara yang memiliki perbedaan ideologi yang signifikan. Secara keseluruhan, perkembangan Korea Utara dan Korea Selatan menyoroti perbedaan yang mencolok dalam pembangunan, sistem pemerintahan, dan kehidupan warga. Isu-isu saat ini, seperti ketegangan politik, keamanan regional, dan isu nuklir, memainkan peran krusial dalam mempengaruhi hubungan dan perkembangan kedua negara. Pembatasan perdagangan dan sanksi internasional berdampak pada pertumbuhan ekonomi, sementara aspek kemanusiaan, termasuk hak asasi manusia, menjadi sorotan utama.