Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Identifikasi Konsep Arsitektur Hijau di Permukiman DAS Brantas Kelurahan Penanggungan Malang Asikin, Damayanti; Handajani, Rinawati P.; Pamungkas, Sigmawan Tri; Razziati, Haru A.
Jurnal Ruas Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Ruas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.916 KB)

Abstract

The review was conducted to identify the concept of green architecture in the area of settlement on Watershed (DAS) Brantas Malang as informal settlements. Using the Theory of Ekistics - Doxiadis, acquisition search results of initial study settlements forming elements such as: a) Nature: rivers, topography, green open space, building orientation, and building density; b) Shells: housing / residential and public facilities; and c) Networks: drainage system, toilets, utility networks. Parameters used green architecture concept based on the concept of green architecture for residential and Greenship Rating Tools For Building Built Version 1.0.O. The natural environment have 2 parameters with a maximum value of 4; the protection element have 2 parameters with a maximum value of 2, and the network element have 4 parameters with a maximum value of 10. Assessment parameters on the protection element reaches a maximum value of 1.5 from 2 or 75% due to the utilization of the potential of the river as a public facility - Recreational fishing is also using the building with natural materials and shaped shelter is open. While actual network elements is the dominant element in this region does not reach the maximum value has not been used optimally due to the natural potential, especially rivers, to improve environmental quality. While elements of the natural environment to obtain the smallest value due to the relatively high density of buildings and the neighborhood was developed without planning.Keywords: concept of green architecture, Brantas Watershed Settlement, Malang
Evaluasi Tingkat Kecenderungan Penerapan Tema/Konsep Arsitektur Nusantara Dalam Skripsi Arsitektur Tahun Akademik 2007-2011 Handajani, Rinawati P.; Asikin, Damayanti; Pamungkas, Sigmawan T.; Nugroho, Agung Murti; Astrini, Wulan
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.807 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2012.010.02.6

Abstract

This study aimed to determine the level of student tendencies in the Department of Architecture FTUB in impelementing Nusantara Architecture in their final task and to knwo the variety of Nusantara Architecture concept that have been implemented by graduates of Department of Architecture FTUB. The limitation of this study is the final task of students of Department of Architecture FTUB within the last 5 years (2007-2011). Evaluation indicators are tendency level of implementing Nusantara Architecture theme/concept which is confined to the theme, isue, approaches and outcomes. Benefits provided from this study, especially for Department of Architecture FTUB are to evaluate the success of the curriculum to enhance competency in accordance with the vision and mission of the department, as a guide for the improvement and development of curriculum-based Nusantara Architecture, as a guide in the development of lecturing materials by each laboratory. Besides, it is expected to provide benefits to other departments in the FTUB to evaluate the successful in implementing curriculum to improve the competence of graduates.Keywords: Final task, tendency level, Nusantara Architecture
Eksistensi Tipologi Pondasi Permukiman Pesisir Suku Bajo di Desa Bajoe Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara Ahsan Hidayat Setiadi; Lisa Dwi Wulandari; Damayanti Asikin
Jurnal Revolusi Indonesia Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Revolusi Indonesia
Publisher : Fenery Library

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1235/jri.v2i1.218

Abstract

Permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajoe kecamatan Soropia memiliki ragam tipe arsitektur yang bernaung diatas perariran hingga area daratan. adanya transformasi hunian dengan orientasi darat mengakibatkan perubahan pola berhuni tersebut yang berdampak pada tipologi arsitektur rumah adat Bajo. transformasi rumah yang beragam tentu berdampak pada komponen fisik bangunan seperti pondasi. pondasi merupakan bagian dari pembahasan bentuk tipologi secara mikro yang beragam yang terjadi akibat transformasi hunian dari berbagai integrasi fungsi hunian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sekaligus mengetahui tipologi pondasi yang terdapat pada area permukiman pesisir suku Bajo, lingkup pembahasan terkait karakter fisik kawasan permukiman pesisir ini tentunya dapat dilihat melalui skala mikro. Melalui penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskripti dengan pendekatan tipologi ini diharapkan mampu untuk mengetahui ragam tipologi pada permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajo kecamatan Soropia sulawesi tenggara.
RUANG BERSAMA KAMPUNG TEMENGGUNGAN LEDOK MALANG Mochammad Najib; Subhan Ramdlani; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.757 KB)

Abstract

Ruang dipandang hanya sebagai entitas ekonomi, industri, perdagangan dan jasa suatu kota. Ruang-ruang publik keadaannya tidak menemui titik terang, pemerintah sebagai pengelolanya selalu menempatkan sebagai ujung prioritas. Begitu juga pada ruang permukiman Kampung Temenggungan Ledok yang eksis dengan kompleksitas kualitas dan kearifan lokalnya, juga diletakkan di ujung akhir prioritas pengetahuan keruangan, perencanaan wilayah kota dan arsitektur. Dibalik fenomena tersebut, keterbatasan lahan dan setting fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama. Kompleksitas dan kemajemukan subjek pelakunya, ruang bersama memiliki dinamika dan pola dimana didalamnya sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup dengan nilai-nilai kearifan lokal melalui wujud pengelolaannya. Kunci kualitas ruang bersama adalah pengelolaan notion teritorialitasnya, yaitu dari pihak yang mengelola dan bertanggung jawab. Pengembangan komponen unsur pembentuk ruang adalah upaya untuk melestarikan nilai-nilai dalam pengelolaan ruang bersama. Metode pragmatik digunakan dalam pepaduan aspek programatik dan diagramatik komponen ruang. Pada aspek programatik membahas akan aktivitas dan fungsi serta komponen yang dibutuhkan sehingga pembahasan ini mengarah pada struktur tata ruang, pada aspek diagramatik membahas tentang nilai dan ide, yaitu mengarah kepada sistem ruang.Kata kunci: ruang bersama, setting, dinamika, territorialitas
Identifikasi Konsep Arsitektur Hijau di Permukiman DAS Brantas Kelurahan Penanggungan Malang Damayanti Asikin; Rinawati P. Handajani; Sigmawan Tri Pamungkas; Haru A. Razziati
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.591 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2013.011.01.6

Abstract

The review was conducted to identify the concept of green architecture in the area of settlement on Watershed (DAS) Brantas Malang as informal settlements. Using the Theory of Ekistics - Doxiadis, acquisition search results of initial study settlements forming elements such as: a) Nature: rivers, topography, green open space, building orientation, and building density; b) Shells: housing / residential and public facilities; and c) Networks: drainage system, toilets, utility networks. Parameters used green architecture concept based on the concept of green architecture for residential and Greenship Rating Tools For Building Built Version 1.0.O. The natural environment have 2 parameters with a maximum value of 4; the protection element have 2 parameters with a maximum value of 2, and the network element have 4 parameters with a maximum value of 10. Assessment parameters on the protection element reaches a maximum value of 1.5 from 2 or 75% due to the utilization of the potential of the river as a public facility - Recreational fishing is also using the building with natural materials and shaped shelter is open. While actual network elements is the dominant element in this region does not reach the maximum value has not been used optimally due to the natural potential, especially rivers, to improve environmental quality. While elements of the natural environment to obtain the smallest value due to the relatively high density of buildings and the neighborhood was developed without planning.Keywords: concept of green architecture, Brantas Watershed Settlement, Malang
Vertical Garden Dan Hidroponik Sebagai Elemen Arsitektural Di Dalam Dan Di Luar Ruangan Damayanti Asikin; Rinawati P. Handayani; Triandriani Mustikawati
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1966.08 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2016.014.01.4

Abstract

Area hijau tak hanya memberi manfaat visual saja, tetapi juga manfaat ekologis, edukatif, dan ekonomis.Perkembangan teknologi pertanian kota memunculkan berbagai teknik untuk dapat berkebun di lahan sempit, bahkan di dalam ruangan sekalipun. Dampak ekologis yang kini mulai dirasakan adalah perubahan visual lingkungan permukiman padat di perkotaan yang menjadi lebih hijau.Vertical garden dan hidroponik merupakan beberapa bentuk teknologi pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen arsitektural, baik untuk kebutuhan lansekap (di luar ruangan) maupun di dalam ruangan. Makalah ini mengkaji pemanfaatan vertical garden dan hidroponik sebagai elemen arsitektural di dalam maupun di luar ruangan. Kajian yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan contoh-contoh kasus yang menerapkan keduanya sebagai elemen arsitektural. Hal yang diamati adalah aspek fungsional berkaitan dengan perannya sebagai elemen arsitektural.  Hasil kajian menunjukkan bahwa keduanya dapat digunakan sebagai pembatas dan pembentuk ruang dengan teknik-teknik sesuai dengan fungsi arsitekturalnya.Kata kunci: vertical garden, hidroponik, elemen arsitektural
LOKALITAS PADA DESAIN RUANG BERSAMA DI KAMPUNG LEDOK, KAWASAN TEMENGGUNGAN KOTA MALANG Mochammad Najib; Subhan Ramdlani; Damayanti Asikin
Jurnal Koridor Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Koridor
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1025.083 KB) | DOI: 10.32734/koridor.v8i2.1346

Abstract

Fenomena ruang-ruang perkotaan yang hanya dipandang sebagai ruang ekonomi, industry, perdagangan dan jasa, menempatkan ruang-ruang untuk kepentingan publik berada pada ujung prioritas penyediaan ruang. Demikian pula yang terjadi pada permukiman kampung kota, dengan kompleksitas kualitas ruang dan lokalitasnya, seringkali penempatan ruang untuk publik menjadi pilihan terakhir (ruang sisa/negative space) yang tidak terencana dalam ruang permukiman kampung kota (Putri,2012). Di tengah keterbatasan lahan dan keragaman setting fisik, sebenarnya masih bisa ditemukan potensi ruang sosial, budaya, dengan kompleksitas teritori, bentuk dan kemajemukan penggunanya. Ruang bersama (communal space) ini memiliki dinamika dan pola yang menjaga warga untuk saling meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi, dengan nilai-nilai kearifan local pada pengelolaannya. Potensi serupa ditemukan di kampong Ledok kawasan Temenggungan di pusat kota Malang, yang sedang berupaya mencari dan membentuk ruang-ruang bersama (communal space) tersebut melalui setting dan atribut ruang, dinamika-pola ruang serta teritori ruang Implementasinya dipaparkan melalui dua metode desain, secara programatik dan pragmatik. Secara programatik, artinya membahas program aktifitas dan fungsi serta pola ruang, sedangkan secara pragmatik, membahas tentang penerapan ide dan nilai yang terkandung, yang mengarah pada struktur ruang kawasan. Pengembangan ide desainnya, berawal dari pemetaan pola aktifitas dan waktu berlangsungnya (incidental), kemudian berlanjut pada pemetaan fungsi, pelaku, dan karakteristik lokal. Pemanfaatan ruang, waktu dan batas yang beragam dan fleksibel, memungkinkan digunakan metode superimposed yang menghasilkan multilayer program dalam satu komponen ruang. Dengan pemahaman aktifitas sosial dan budaya lokal masyarakat setempat, termasuk melibatkan potensi material lokal mereka, ruang bersama yang terjadi sangat kuat unsur lokalitasnya.
Adaptasi Berhuni Mahasiswa pada Hunian Indekos di Kota Malang Damayanti Asikin; Rinawati P. Handajani; Jenny Ernawati
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2022): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.113 KB) | DOI: 10.32315/jlbi.v11i2.158

Abstract

Kota Malang merupakan “Kota Pendidikan” yang menarik sebagai tempat untuk menempuh pendidikan tinggi bagi pemuda dari luar kota Malang. Hunian indekos sebagai tempat tinggal banyak dipilih selama mereka menempuh pendidikan. Tempat tinggal baru tersebut menuntut mahasiswa dapat menyesuaikan diri agar tujuan dan harapan selama menempuh pendidikan bisa tercapai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui elemen adaptasi berhuni mahasiswa dan penerapannya pada hunian indekos sebagai tempat tinggal selama menempuh pendidikan. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari hasil kuesioner 135 responden yang dikumpulkan dalam kurun waktu tiga minggu. Adaptasi pada hunian indekos dijumpai pada elemen lingkungan fisik, elemen lingkungan sosial budaya, dan elemen perilaku dalam membentuk teritori personal dan komunal. Elemen adaptasi diterapkan pada aspek non struktural dan aspek struktural, dengan strategi penyesuaian, strategi mengubah, serta menarik diri atau meninggalkan lingkungannya. Konsep adaptasi berhuni mahasiswa mencakup aspek non struktural berupa perilaku dan fungsional pada elemen adaptasi lingkungan sosial budaya dan perilaku dalam skala meso hunian kos, serta aspek struktural pada elemen adaptasi lingkungan fisik dan perilaku dalam skala mikro kamar kos.
The Architecture Identity of Jami Adji Amir Hasanoeddin Mosque in Kutai Kartanegara Ema Dwi Arsita; Ema Yunita Titisari; Damayanti Asikin
Journal of Social Research Vol. 3 No. 1 (2023): Journal of Social Research
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/josr.v3i1.1668

Abstract

Jami Adji Amir Hasanoeddin mosque is a symbol of the cultural and historical development of the city, especially regarding the entry of Islam into Kutai Kartanegara. The arrival of Islam in the Kutai kingdom certainly brought great cultural influence and acculturation, including the mosque style. In the context of the development of an increasingly globalized city and as a symbol that supports the image of the city, the architectural identity of the Jami Adji Amir Hasanoeddin Mosque needs to be identified as a guide in facing possible changes. This study used a qualitative method with a descriptive approach. The data were collected through interviews and field observations. The units of observation are determined based on the research framework compiled from the theory of architectural identity. The unit of observation for architectural identity includes spatial organization, time, semantics, design principles, building form, building materials, and context with the environment. From the results of the study, it was found that there was acculturation of Kutai, Javanese, Malay, Middle Eastern, and Dutch Indis architecture from each unit of observation of Architectural Identity.