Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Power-Flow Development Based on the Modified Backward-Forward for Voltage Profile Improvement of Distribution System Suyanto Suyanto; Citra Rahmadhani; Ontoseno Penangsang; Adi Soeprijanto
International Journal of Electrical and Computer Engineering (IJECE) Vol 6, No 5: October 2016
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.169 KB) | DOI: 10.11591/ijece.v6i5.pp2005-2014

Abstract

Unbalanced three-phase radial distribution system has a complex problem in power system. It has many branches and it is sometimes voltage profile’s not stable at every end branches. For improvement of voltage profile, it can be performed by penetrating of a distributed generation models. Information of voltage profile can be gained by study of power flow.  The Modified Backward-Forward is one of the most widely used methods of development of power flow and has been extensively used for voltage profile analysis. In this paper, a study of power flow based on the Modified Backward-Forward method was used to capture the complexities of unbalanced three phase radial distribution system in the 20 kV distribution network in North Surabaya city, East Java, Indonesia within considering distributed generation models. In summary, for the informants in this study, the Modified Backward-Forward method has had quickly convergence and it’s just needed 3 to 5 iteration of power flow simulation which’s compared to other power flow development methods. Distributed Generation models in the modified the modified 34 BUS IEEE system and 20 kV distribution network has gained voltage profile value on limited range. One of the more significant findings to emerge from this development is that the Modified Backward-Forward method has average of error voltage about 0.0017 % to 0.1749%.
PENINGKATAN EKONOMI PETANI SELADA MELALUI PROGRAM HIDROPONIK HEMAT DAN MANDIRI ENERGI BERBASIS SEL SURYA (HOMEBASE) DI KELURAHAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA Abil Huda; Mohammad Wahyu Agang; Suyanto Suyanto
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v4i1.1483

Abstract

Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda yang terletak di wilayah perbatasan.Propinsi ke-34 ini menaungi 5 kabupaten/kota, salah satunya adalah Kota Tarakan.Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara merupakan salah satu daerah yang sering mengalami pemadaman listrik. Hal ini dikarenakan jalur listrik di daerah ini di dominasi oleh masyarakat umum dan terletak jauh dari pusat pembangkit PLN. Salah satu masyarakat umum adalah petani selada. Beberapa tahun terakhir ini petani selada merupakan pekerjaan baru di Kota Tarakan, sebab selada merupakan sayur yang baru mulai digemari oleh masyarakat Kota Tarakan seperti yang terkandung dalam burger dan kebab turki. Budidaya selada dilakukan dengan sistem hidroponik.Sistem ini bergantung pada aliran air di dalam pipa paralon yang di kendalikan oleh pompa air listrik. Produksi selada bergantung pada ketersediaan listrik. Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang seperti petani atau penggemar sistem hidroponik, di Kota Tarakan mereka mendesain posisi pipa untuk kondisi listrik non-24jam. Artinya sistem tersebut di desain untuk menghadapi pemadaman listrik. Ketika terjadi pemadaman listrik, pompa air matiatau aliran air di dalam pipa terhenti. Aliran air tersebut berfungsi dalam proses pertumbuhan selada. Selada atau bibit selada hanya mampu bertahan tanpa aliran air berkisari 2-3 jam. Jika lebih dari itu maka suhu udara menjadi lebih panas dan selada tidak dapat tumbuh optimal atau waktu panen bertambah lama. Masa panen sistem ini 25 hari. Berdasarkan informasi yang mereka dapat dari komunitas hidroponik, sistem hidroponik 24jam dapat mempercepat produksi, sehingga mempercepat masa panen selada menjadi 15 hari saja. Harga selada yang di jual di pasar (di Kota Tarakan) sebesar Rp. 12.000 per ikat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa petani selada harga selada di tingkat petani bervariasi antara Rp. 6000 hingga Rp. 7000 per ikat. Sistem hidroponik terdiri dari 1 modul sebanyak 10 pipa. 1 pipa terdapat 25 lobang yang dapat diisi oleh bibit selada. 2 hingga 3 lubang yang dipanen menjadi 1 ikat selada. Petani bisa sampai memiliki 5 modul yang berarti terdapat 5 modul x 10 pipa x 25 lubang menjadi 1.250 lubang yang dapat dipanen dalam sekali masa panen. Jika dibutuhkan 3 lubang per ikat maka, terdapat kurang lebih 417 ikat dalam sekali masa panen. Sedangkan kebutuhan selada mencapai 30 ikat/hari yang artinya dibutuhkan 750 ikat dalam sekali masa panen. Artinya kurang 333 ikat selada. Petani menutupi kebutuhan pelanggan dengan cara membeli selada dari petani selada yang lain. Jika harga selada Rp. 6.000/ikat, maka omsetnya adalah Rp. 2.502.00 dalam sekali masa panen. Pendapatan ini masih dibawah UMK (Upah Minimum Kota) Kota Tarakan (Rp. 3.204.822). Berdasarkan analisis situasi tersebut, terdapat petani yang mencoba menggunakan aki/bateraisebagai energi listrik alternatif. Aki dihubungkan dengan inverter (DC-AC) agar dapat menghidupkan pompa air. Namun hal tersebut gagal dikarenakan inverternya jebol atau rusak. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas dari inverter yang dibeli. Penggunaan pompa air dapat dioptimalkan melalui program hidroponik hemat dan mandiri energi menggunakan sumber energi alternatif yaitu sel surya. Sel surya merupakan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
Performance Enhancement of Solar Panels Using Adaptive Velocity-Particle Swarm Optimization (AVPSO) Algorithm for Charging Station as an Effort for Energy Security Luthfansyah Mohammad; Muhammad K. Asy’ari; Mokhammad F. Izdiharrudin; Suyanto
Indonesian Journal of Energy Vol 3 No 2 (2020): Indonesian Journal of Energy
Publisher : Purnomo Yusgiantoro Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33116/ije.v3i2.91

Abstract

The growth of public awareness of the environment is directly proportional to the development of the use of electric cars. Electric cars operate by consuming electrical energy from battery storage, which must be recharged periodically at the charging station. Solar panels are one source of energy that is environmentally friendly and has the potential to be applied to charging stations. The use of solar panels causes the charging station to no longer depend on conventional electricity networks, which the majority of it still use fossil fuel power plants. Solar panels have a problem that is not optimal electrical power output so that it has the potential to affect the charging parameters of the battery charging station. Adaptive Velocity-Particle Swarm Optimization (AV-PSO) is an artificial intelligence type MPPT optimization algorithm that can solve the problem of solar panel power optimization. This study also uses the Coulomb Counting method as a battery capacity estimator. The results showed that the average sensor accuracy is more than 91% with a DC-DC SEPIC converter which has an efficiency of 69.54%. In general, the proposed charging station system has been proven capable to enhance the energy security by optimizing the output power of solar panels up to 22.30% more than using conventional systems.
Pengembangan Sistem Hidroponik Otomatis-Modern Berbasis Panel Surya dan Baterai Luthfansyah Mohammad; Suyanto; Muhammad Khamim Asy’ari; Asma’ul Husna; Sarinah Pakpahan
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol 10 No 1: Februari 2021
Publisher : Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.901 KB) | DOI: 10.22146/jnteti.v10i1.727

Abstract

The flexibility and the easiness of farming using modern hydroponic method have increased the installation requirements. The various types of plants can be applied to modern hydroponic systems, so this method has potential to be applied in various regions. However, not all regions have access to electricity networks. In fact, to operate modern hydroponic systems, an adequate supply of electrical power is required. In addition, a proper design becomes crucial part which has function to maintain the quality of inorganic substances as needed, accurately and automatically measured. Moreover, the system could be set in off-grid mode. Therefore, a further research of automatic hydroponics was conducted to solve various problems. The experimental data shows that the system is working accurately. The percentage of error sensor is not more than 10.75% and the accuracy of actuator performance is 100%. The system is also capable of working for a full day through a solar panel system of 100 WP and a battery of 27 Ah. In conclusion, the design of the automatic hydroponic system is capable of self-maintaining nutritional and pH value, solving artificial irradiation time problem, while simultaneously operating in various areas in a portable manner.
PKM PETANI HIDROPONIK TERAMPIL DENGAN TEKNOLOGI HYBRID HEMAT DAN MANDIRI ENERGI (BATMAN) DI KELURAHAN KARANG ANYAR KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA Abil Huda; M.Wahyu Agang; Suyanto Suyanto
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v6i1.2490

Abstract

Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di wilayah perbatasan. Propinsi ke-34 ini menaungi 5 kabupaten/kota, salah satunya adalah Kota Tarakan yang merupakan pulau kecil dengan 4 Kecamatan. Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat merupakan daerah yang sering mengalami pemadaman listrik. Hal ini dikarenakan jalur listrik di daerah ini di dominasi oleh masyarakat umum. Berbeda dengan jalur fasilitas sosial seperti Rumah Sakit dan kantor walikota di Kecamatan Tarakan Tengah. Beberapa tahun ini petani hidroponik merupakan pekerjaan yang sedang berkembang di Kota Tarakan, sebab kebutuhan sayur mulai meningkat. Jumlah penjual burger, kebab turki, restoran dan cafe meningkat. Hal ini disebabkan Kota Tarakan hanya  memiliki sedikit tempat wisata sehingga wisata kuliner menjadi peminat yang sangat tinggi bagi masyarakat Kota Tarakan. Sistem hidroponik yang banyak digunakan oleh di Kota Tarakan adalah Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT). DFT mempunyai kelebihan saat listrik padam, yaitu tanaman masih bisa dalam kondisi aman karena ada genangan nutrisi. Sedangkan NFT mempunyai kelebihan masa panen yang lebih cepat, pengunaan nutrisi dan air lebih hemat jika dibandingkan dengan DFT namun sangat bergantung dengan ketersediaan listrik. Pemadaman listrik selama 3 jam mengakibatkan sayur mati. Budidaya hidroponik dapat dioptimalkan menggunakan sel surya yang ramah lingkungan sehingga cocok untuk sayuran
Bawean Innovative Ice Maker For Economist Fish Cooling System (BIM-Fish) Suyanto; Ontoseno Penangsang; Aulia Siti Aisjah; Syamsul Arifin; Katherin Indriawati; Ruri Agung Wahyuono; Bambang Lelono Widjiantoro; Detak Yan Pratama; Luthfansyah Mohammad; Andri Haris Setyawan; Muhammad Khamim Asyari
Sewagati Vol 6 No 1 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1531.403 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i1.176

Abstract

Pulau Gili timur adalah salah satu pulau yang belum mendapatkan akses listrik, padahal pulau ini dihuni oleh lebih dari 2000 jiwa. Mayoritas penduduk yang mendiami Pulau Gili timur bekerja sebagai nelayan. Tidak adanya listrik di pulau tersebut menyulitkan masyarakat memenuhi kebutuhan sehar-hari, terutama yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Es batu adalah salah satu bahan baku yang biasa digunakan untuk menjaga kesegaran ikan dan memiliki harga yang mahal area tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi berupa Bawean innovative ice maker for economist fish cooling system (BIM-Fish). Rancang bangun dibuat dengan memanfaatkan energi baru terbarukan dan perangkat kelistrikan untuk membuat es batu nelayan.. Metode peneliitan menggunakan pendekatan implementasi tepat guna sehingga secara langsung dapat memberi dampak pada masyarakat setempat. Pengerjaan BIM-Fish membutuhkan waktu selama 4 bulan samapai tahap peresmian. Pemasangan sistem langsung bertempat di Pulau Gili Timur, Bawean, dengan proses dan target capaian yang telah sesuai dengan perencanaan. Dampak yang diperoleh masyarakat setempat adalah adanya penghematan biaya operasional berupa pembelian es batu untuk kebutuhan pengolahan hasil tangkapan ikan. Besar penghematan tersebut adalah Rp. 450.000,- per-harinya, dengan estimasi sistem dapat bekerja secara optimal lebih dari 2 tahun.
System Performance Characteristics Of Darrieus Turbine With Tilted Blades In Current And Wave Conditions Eko Marta Suyanto; Sutopo Purwono Fitri; Erwandi Erwandi; Daif Rahuna; Afian Kasharjanto
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 20, No 3 (2023): October
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/kapal.v0i0.54524

Abstract

Indonesia has many potential sources of renewable energy from ocean currents and waves to be used as an energy source for power plants located on a long coastline. To take advantage of this potential, research has been carried out at the Indonesian Hydrodynamics Laboratory to determine the performance of the Darrieus type vertical axis turbine model. Darrieus turbines with the position of the turbine blades perpendicular to the axis of the turbine cannot rotate if there is only wave force. By changing the angle of the turbine blades in an inclined position it is expected to produce optimal efficiency to produce rotor rotation in the presence of only current, only waves and a mixture of currents and waves. This paper describes the testing of turbine models with angular turbine blades that produce the best efficiency and rotation due to wave or ocean currents alone or a mixture of both. Tests were carried out by varying the angle of inclination of the turbine blades (45°, 60°, and 75°). The 3 fixed tilt blade turbine models have the same turbine rotor area and are given different input currents and wave periods. The test results show that a turbine with a rotor angle of 75° produces the best performance.