Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Pengaruh Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Terhadap Kebutuhan Irigasi Jatiwangi Kabupaten Garut Suhendi; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1299.221 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.17-2.611

Abstract

Abstrak - Air merupakan sumber daya alam yang sangat berpengaruh bagi berlangsungnya kehidupan mahluk hidup. Salah-satu pemanfaatan air adalah sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Dengan adanya bangunan PLTMH, akan mempengaruhi ketersediaan debit air di sungai Cikandang bagi kebutuhan lahan pertanian. wilayah lahan pertanian yang terpengaruhi PLTMH berada diantara pintu pengambilan air sampai Power house. Hal ini perlu adanya imbangan neraca air antara ketersediaan debit air sungai Cikandang, kebutuhan debit air PLTMH dan kebutuhan debit air lahan pertanian. Dalam penelitian menganalisis imbangan neraca air antara ketersediaan dan kebutuhan, digunakan data curah hujan dari 2 stasion yaitu stasion Cirompang dan Pamegatan serta data klimatologi Garut dari stasion Legok Pulus. Dengan metode Mock untuk pengolahan data yang menghasilkan data debit andalan ketersediaan dan perhitungan kebutuhan debit irigasi dengan mengambil skema pola tanam sebagai acuan kebutuhan debit air. Dari hasil analisis didapat debit andalan setengah bulanan sungai Cikandang dengan rata-rata sebesar 25,86 m³/det, Kebutuhan debit air terkecil untuk lahan pertanian adalah 0,051 m³/det dan terbesar adalah 1,616 m³/det, dengan kebutuhan PLTMH sebesar 16 m³/det. Disimpulkan bahwa dengan adanya PLTMH, kebutuhan air bagi lahan pertanian tidak terpenuhi. Perlu adanya peninjauan kembali dalam pengelolaan air bagi kebutuhan PLTMH Cikandang 1.
Analisis Potensi Air Tanah di Desa Karang Layung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya Untuk Kebutuhan Air Baku Junaedi Ramdani; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 17 No 1 (2019): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1056.116 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.17-1.662

Abstract

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah yang mempunyai rongga kejenuhan tanah. Akuifer ialah batuan yang mempunyai muka air tanah dalam tanah. Air merupakan bagian dari sumber daya alam yang digunakan oleh manusia. Kualitas yang baik menjadi salah satu faktor tingginya minat manusia menjadikan air tanah sebagai salah satu sumber air bersih. Penelitian potensi air tanah di Desa Karang Layung haruslah dilakukan supaya aktifitas dan kebutuhan hidup masyarakat di daerah tersebut bisa terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan air tanah dengan metode yang digunakan ialah metode geolistrik konfigurasi schlumberger. Pengukuran dilakukan dengan alat resistivity meter merk NANIURA. pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping), sehingga dalam analisa hidrogeologi dalam kegiatan ini untuk mendapatkan eksploitasi debit air tanah/ akuifer maksimal untuk pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan air baku. Adapun batuan yang berpostensi sebagai pembawa air tanah adalah batu pasir dan breksi yang berada di pengukuran titik 14 terdapat batuan pembawa air dengan ketebalan 19.1 meter di kedalaman 14.5-33.6 meter. Debit yang dihasilkan dari pengeboran sebesar 1 liter/detik. Kebutuhan air bersih dengan proyeksi jumlah penduduk 10 tahun yang akan datang sebesar 4411 jiwa di tahun 2028 sebesar 3.036 ltr/detik. Dilihat dari ketersediaan air yang ada dengan kebutuhan hanya mencukupi kebutuhan sebesar 30.2 %.
Analisis Manajemen Risiko Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus Thee Matic Mall dan Hotel Majalaya Kabupaten Bandung) Anggi Eka Fahlevi; Fery Safaria; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 17 No 1 (2019): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.978 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.17-1.663

Abstract

Dalam setiap pembangunan proyek konstruksi selalu terdapat faktor-faktor risiko baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja proyek dan sasaran proyek tersebut. Dampak yang dihasilkan dari risiko yang terjadi mempengaruhi produktifitas, anggaran biaya, kualitas dan prestasi atau pencapaian proyek. Penyusunan skripsi ini betujuan mengidentifikasi, menganalisa dan melakukan pengendalian terhadap risiko yang dominan terjadi pada proyek Thee Matic Mall dan Hotel Majalaya. Tahapan dalam penelitian ini dimulai dengan identifikasi risiko yang relevan terjadi dengan cara penyebaran kuisioner. Dengan hasil yang didapatkan yaitu 54 risiko yang relevan terjadi pada proyek Thee Matic Mall dan Hotel Majalaya. Hasil dari kuisioner tahap identifikasi tersebut kemudian dimasukan kedalam kuisioner tahap analisa dengan cara memperkirakan frekuensi terjadinya risiko dan dampak risiko yang disusun dalam bentuk skala likert. Dengan didapatkan hasil analisis risiko yang paling dominan diantaranya: pemogokan tenaga kerja, perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan, perubahan desain, kesalahan estimasi waktu. Sebagai langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan pengendalian terhadap risiko yang paling dominan. Pengendalian yang dilakukan terhadap risiko-risiko yang dominan terjadi dilakukan dengan cara pencegahan terhadap risiko yang terjadi untuk meminimalkan kerugian yang semakin besar.
Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Debit Irigasi Cimanuk Rizki Kurniawan; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 18 No 1 (2020): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.391 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.18-1.782

Abstract

Irigasi merupakan suatu usaha untuk mendapatkan air dan merupakan saluran buatan yang berfungsi untuk menunjang produksi pertanian masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui debit sungai Cimanuk dan debit irigasi dengan memperhatikan kondisi tata guna lahan saat ini. Lokasi penelitian di hulu sungai Cimanuk sampai irigasi Cimanuk dengan luasan 874 ha. Debit andalan sungai terbesar 8,55 m3/dt dengan menggunakan Metode FJ Mock. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan data klimatologi selama 10 tahun dengan menggunakan metode Penman. Debit sungai tertinggi pada bulan Februari 2 sebesar 9,82 m3/dt. Pengambilan debit di pintu air pengambilan sebesar 2,24 lt/dt/ha dan kebutuhan pengambilan air pada daerah irigasi Cimanuk seluas 874 ha, maka didapat kebutuhan air yang diperlukan 1957,76 lt/dt. Ketersediaan air sawah masih tercukupi pada bulan Januari sampai dengan bulan Oktober dan mengalami defisit pada bulan November dan Desember.
Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Garut Cepi Wendiki Alamsyah; Jalu Hudha Pratama; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.078 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.889

Abstract

Dampak negatif dari perkembangan zaman adalah meningkatnya polusi udara dan kurangnya daerah resapan air hujan. Dalam menghadapi dampak negatif ini diperlukan adanya kepedulian dengan menciptakan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di kawasan perkotaan Garut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survey instansional, observasi lapangan, pengukuran, dan dokumentasi. Penilaian kondisi RTH didasari pada Pedoman RTH Di Kawasan Perkotaan. Dari hasil penelitian terdapat selisih perhitungan luas RTH sebesar 11,7%, dimana luas RTH menurut data sekunder sebesar ±1.895,15 Ha atau sekitar 24,69% sedangkan dari hasil identifikasi lapangan didapat luas RTH sebesar ±2793,45 Ha atau sekitar 36,39% dari luas wilayah perkotaan Garut terdapat perbedaan pada lokasi tinjauan yang mana dari data sekunder turut mengikut sertakan beberapa RTH yang lokasinya berada di luar kawasan perkotaan Garut. Fasilitas sarana prasarana RTH khususnya taman dan hutan kota masih dibutuhkan penataan serta pemeliharaan seperti tempat pembuangan sampah, sistem penerangan, dan bangku taman.
Pemanfaatan Sempadan Sungai Sebagai Ruang Terbuka Hijau Fery Safaria; Gungun Gunawan; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.72 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.903

Abstract

Kabupaten Garut merupakan daerah dengan kondisi alam yang mendasar, sungai yang melalui daerah tersebut salah satunya adalah Sungai Cimanuk yang mengalir melalui pusat kota dan membelah Kabupaten Garut menjadi beberapa bagian.Penduduk disepanjang aliran sungai Cimanuk memanfaatkan sungai tersebut untuk sumber daya pertanian dan perikanann, namun seiring perkembangan zaman salah satu bagian sungai yaitu sempadan sungai banyak di alih fungsikan. Tujuan dalam usulan penelitian ini yaitu mengkaji kelayakan sempadan sungai Cimanuk sebagai RTH ditinjau dari rancangan detail dan tata ruang Kab. Garut dan peraturan yang berlaku, dan membuat perencanaan desain RTH yang sesuai dibangun di kampung Rengganis khusunya area sungai Cimanuk sesuai dengan rancangan detail dan tata ruang Kab. Garut dan peraturan yang berlaku. Analisis deskriptif diambil dari data sekunder yang didapatkan dari pihak BPBD Kab. Garut dan data sekunder yaitu Pejabat setempat (Dinas PU) untuk mendapatkan data sebaran ruang terbuka hijau di Kab. Garut, selanjutnya dilakukan analisa deskriptif lalu dihubungkan dengan hasil analisis kualitatif untuk menguatkan hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah Menurut Rencana Detail dan Tata Ruang (RDTR) Kota Garut yang perlu mendapat perhatian adalah perubahan pemanfaatan lahan dan lahan konservasi/ruang terbuka hijau menjadi lahan terbangun. Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 Dari sisi penataan ruang, alokasi minimal RTH di suatu wilayah / kota adalah 30%, dimana 20% RTH aktif dan 10% RTH pasif. Untuk memenuhi kebutuhan RTH tersebut maka pengembangan RTH di Kota Garut diarahkan kepada penambahan RTH berupa sempadan, baik sempadan sungai maupun sempadan jalan. Maka berdasarkan rencana detail dan tata ruang (RDTR) kota Garut sempadan sungai Cimanuk bisa dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau. RTH sempadan sungai cimanuk adalah jenis RTH fungsi tertentu yang bertujuan Perlindungan atau keamanan sarana dan prasarana, seperti melindungi kelestarian sumber daya alam, melindungi pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan, agar tidak mengganggu fungsi utamanya.
Evaluasi Penanganan Dampak Lingkungan Pembangunan Terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung Cepi Wendiki Alamsyah; Irvan Nurawaludin; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.119 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.906

Abstract

Pembangunan Terowongan Nanjung merupakan salah satu upaya pengendalian permasalahan banjir di Sungai Citarum. Upaya untuk melaksanakan pembangunan Terowongan Nanjung yang berkelanjutan salah satunya yaitu dengan mengevaluasi serta menentukan dampak terhadap komponen lingkungan serta mengetahui penanggulangan yang tepat akibat dampak pada proyek pembangunan Terowongan Nanjung yang berlokasi di Desa Lagader Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Dalam melaksanakan penelitian evaluasi dampak lingkungan pembangunan Terowongan Nanjung, metode untuk mengevaluasi dampak serta upaya penanggulangan akibat pembangunan Terowongan Nanjung yaitu dengan metode deskriptip kualitatip. Untuk menentukan dampak besar dan penting pada tahapan prakonstruksi, konstruksi serta operasional digunakan metode matrik. Pembangunan Terowongan Nanjung menimbulkan 9 dampak terhadap komponen fisik lingkungan, yaitu alih fungsi lahan, gangguan lalu lintas, kualitas udara, kebisingan, getaran, gangguan stabilitas lereng, kualitas air tanah, run off, peningkatan laju erosi, dan peningkatan laju sedimentasi. Dalam upaya penanggulangan terdapat 3 komponen yang perlu dievaluasi dalam pelaksanaan penanggulangannya, komponen tersebut diantaranya komponen kebisingan yaitu perlunya pemeliharaan terhadap semua jalur mobilisasi pengangkutan material konstruksi galian untuk meminimalkan dampak kebisingan, komponen gangguan stabilitas lereng diantaranya menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng dan komponen peningkatan laju sedimentasi diantaranya peningkatan fungsi (filter) daerah aliran Sungai terutama di sepanjang bantaran Sungai dengan penanaman rumput rumputan dan tanaman lain yang dapat menutup rapat permukaan tanah.
Analisis Dampak Lingkungan Kolam Retensi Cieunteung di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Ilyas Maulani; Adi Susetyaningsih; Mochammad Suva Nugraha; Siti Rahmah Alawiyah
Jurnal Konstruksi Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.528 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.20-1.921

Abstract

Pesatnya aktivitas manusia di perkotaan berdampak positif bagi perkembangan ekonomi. Namun di sisi lain, karena pembangunan tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Permasalahan yang muncul adalah banjir, genangan air dan penurunan air tanah. Kolam retensi adalah bak mandi atau kolam renang yang dapat menampung atau menyerap air sementara yang terdapat di dalamnya. Pada pnelitian ini mengetahui bagaimana dampak pembangunan kolam retensi terhadap komponen lingkungan fisik. Mengevaluasi upaya penanggulangan dampak pembangunan kolam retensi. Berdasarkan hasil pembahasan dampak lingkungan fisik yang dapat diidentifikasi pada pembangunan kolam retensi Cieunteung adalah gangguan lalu lintas, kebisingan, kualitas udara, penurunan kualitas air permukaan, pembebasan lahan. Dampak tersebut di sebabkan oleh aktivitas prakonstruksi, konstruksi, dan operasional pada pembangunan kolam retensi. Dalam proses pengangkutan bahan material harus ditutup rapat-rapat dengan terpal supaya tidak menimbulkan ceceran material, memperhatikan pembatasan atau pemberhentian pekerjaan kegiatan konstruksi khususnya pada jam-jam tidur atau waktu istirahat masyarakat pada (Pukul 21.30 WIB - 06.00 WIB).
Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Aulia Wanaraja Estate Jalan Cinunuk Wanaraja Kabupaten Garut Rizki Taopik; Adi Susetyaningsih; Ida Parida
Jurnal Konstruksi Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.69 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.20-1.927

Abstract

Untuk meminimalisir kemacetan lalu lintas akibat kegiatan pembangunan perumahan akibat pembangunan dan pengoperasian Perkebunan Aulia Wanaraja, perlu dilakukan analisa dampak lalu lintas (ANDALALIN), yaitu melakukan penelitian dalam bentuk penelitian dampak lalu lintas. Review dampak kegiatan konstruksi dan operasi terhadap kemacetan dan penanganannya. Mengenai penelitian ini bertujuan untuk memahami kinerja lalu lintas juga memperkirakan besarnya tarikan dan bangkitan pergerakan lalu lintas serta mencari solusi pengaruh yang diakibatkan dari pembangunan perumahan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Pembangunan Perumahan Aulia Wanaraja Estate pada ruas Jalan Cinunuk Kabupaten Garut. Untuk penelitian ini digunakan data survey volume lalu lintas, kecepatan sesaat, dan keluar masuk kendaraan yang diolah menggunakan metode MKJL 1997. Hasil penelitian ini berupa berikut Kondisi kinerja ruas Jalan Cinunuk untuk 15 tahun kedepan (tahun 2035) setelah berdirinya Perumahan Aulia Wanaraja Estate yang menimbulkan tarikan 105 kend/jam ditambah dengan proyeksi pertumbuhan kendaraan sebesar 4,04 % menunjukkan kondisi lalu lintas yang stabil dimana nilai DS 0,50 < 0,8 dengan tingkat pelayanan jalan C.
Hasil Laboratorium Kelayakan Sumber Mata Air Cikoneng Kabupaten Garut Roby Ramda Nurputra; Adi Susetyaningsih; Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 20 No 2 (2022): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.20-2.1111

Abstract

The source of Curug Cikoneng spring water is a type of small spring, while the type of water is a type of fractured spring, which emerges from rock fractures. So far, water from the Cikoneng waterfall has not been optimally used as a source of raw water for the people of Pasawahan village because the water has a sour taste. This study aims to determine the quality of water sourced from the Curug Cikoneng spring as a need for residents in Pasawahan Village, Tarogong Kaler District, Garut Regency, West Java Province. The method used is descriptive method with the object of research is 1 spring in the village of Pasawahan Kaki Gunung Guntur. Data collection techniques by means of observation, observation, sampling at several points, namely Jaba Tonggoh, Jaba Lebak and PLP Citiis, sample testing was carried out at the Garut Kesda Laboratory using reference to PERMENKES RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010, analyzing samples and interviews. The results showed that for the three sources, sample 1 (Jaba Tonggoh) and sample 3 (PLP Citiis) the water is odorless, has a clear color and the turbidity level is below the maximum limit, while sample 2 (Jaba Lebak) the water is odorless but has a light yellow color and has turbidity level of 32.38 NTU, but for the three samples it has a sour taste. pH at (sample 1) 3.5, (sample 2) 6.6 and (sample 3) 3.6. Fe (Iron) levels in (sample 1) 3.49 mg/l, (sample 2) 0.63 mg/l and (sample 3) 0.61 mg/l. Manganese levels in (sample 1) 0.63 mg/l, (sample 2) 0.48 mg/l and (sample 3) 0.58 mg/l. Sulfate levels (sample 1) 800 mg/l, (sample 2) 520 mg/l and (sample 3) 790 mg/l. The number of coliform bacteria sample 1 (15), sample 2 (38) and sample 3 (≥240). From the results of research that has been done, Curug Cikoneng springs are not suitable for consumption.