Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI ZPT ALAMI DAN BEBERAPA VARIETAS TERHADAP PERTUMBUMHAN STEK TANAMAN TIN DI LAHAN SALIN: KONSENTRASI ZPT ALAMI DAN BEBERAPA VARIETAS TERHADAP PERTUMBUMHAN STEK TANAMAN TIN DI LAHAN SALIN Ari Handriatni; Nafila Mariska
Innofarm:Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 24 No. 1 (2022): JURNAL INNOFARM : Jurnal Inovasi Petanian
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/innofarm.v24i1.6890

Abstract

This study aims to determine the effect of initial immersion temperature and type of planting media on germination of Silk Tree seeds. The study was conducted in East Rejosari, Tersono, Batang Regency from December 2019 to February 2020 using a Randomized Block Design (RBD) consisting of 2 factorials which were repeated 3 times. The first factor is initial immersion temperature is room temperature, 30˚C, 60˚C, and 90˚C, the second factors is type of planting media consisting of 3 levels namely soil: sand: goat manure, soil: sand: husk charcoal, soil : sand: cocopeat. Data were analyzed by F test, if there were significant differences between treatments, then further tests were performed using a 5% LSD test. Observation variables included germination speed, percentage of germination, plant height, stem diameter, longest root length, root wet weight, root dry weight, number of leaves, plant wet weight, plant dry weight. The results showed that initial immersion temperature was significantly different in all variables, except for the number of leaves. The optimum initial immersion temperature is 60˚C (S2). The treatment of different types of planting media is very evident on all variables, except for the percentage of germination. The best type of planting media is soil: sand: goat manure (M1). There is an interaction between initial immersion temperature and type of planting media, namely the variable plant height, number of leaves, longest root length, root wet weight and plant wet weight. The best interaction is achieved by initial temperature of 60 ° C and type of soil planting media: sand: goat manure (S2M1).
BUDIDAYA TANAMAN MELATI DI WILAYAH PESISIRDENGANBAHAN ORGANIK: SARANA PEMBELAJARANEKOLOGI Ari Handriatni
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 1, No 1 (2008): Cakrawala Pendidikan, Februari 2008, Th. XXVII, No. 1
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v1i1.8522

Abstract

Many fertile land areas in Indonesia are used for office buildings and newresidential areas. Therefore, agricultural .land areas decrease. The agriculturalproductivity increment through extensive land useshould be directed to marginalland such as beaches. Beaches will be suitable for jasmine cultivationwith organicfertilizer treatment. This action can also serve asan ecological practice. Academicsociety, including students,and people in general can do it·together in beaches
PENINGKATAN PRODUKSI BABY BUNCIS DENGAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT DAN PENGATURAN JARAK TANAM Ari Handriatni; Syakiroh Jazilah
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 4, No 2 (2008): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v4i2.262

Abstract

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L) tergolong sayuran kacang-kacangan yang cukup penting, mempunyai nilai gizi tinggi, banyak disukai dan mudah membudidayakannya. Permintaan buncis dari pasar swalayan tidak hanya berupa polong muda dengan ukuran maksimal, akan tetapi polong-polong muda benrktran kecil atail disebut jtrga "baby buncis" (Rukmana, 1995)" Produksi polong sangat ditentukan tersedianyanya unsure hara fosfat dan rung tumbuh tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon tanaman baby buncis pemberian pupuk fosfat dan jarak tanam yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman baby buncis. Percobaan menggunakan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial. Dosis pupuk fosfat yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, . 54, 108 dan 162 kg P2O5/Ha Jerak tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 20 x 40 cm, 20 x 50 cm dan 20x6O cm. parameter yang diarnati meliputi : panjang tanaman , jumlah daun tanaman bobot basah brangkasan/tanaman,bobot polong/tanaman, jumlah polong/tanaman, panjang ltanaman, bobot polong / petak Hasil penelitian menunjukkan bahrwa dosis pupuk fosfat berpengaruh Terhadap semua variabel yang diamati kecuali panjang polong pertanarnan.pertumbuhan dan produksi terbaik diperoleh pada dosis 108 kg P2O5 /ha. Jarak tanam berpengaruh terhadap semua variabel yang diamati, kecuali Panjang polong per tanaman. Pertumbuhan terbaik dicapai pada jarak tanam 20x60 cm Sedangkan hasil tertinggi pada jarak tanam 20 x 40 cm. Hasil terbaik dosis pupuk fosfat 108 kg P2O5/Ha dengan jarak tanam 20x40 cm kata kunci : Baby buncis, dosis fosfat, dan jarak tanam.
Pengaruh Konsentrasi Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Beberapa Klon Melati (Jasminum spp) Agung Gumelar; Ari Handriatni
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 15, No 1 (2019): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v15i1.1099

Abstract

Penelitian  bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Rootone F  terhadap pertumbuhan stek beberapa klon melati.Telah  dilaksanakan  di  Desa  Kulu  Kecamatan  Karanganyar,  Kabupaten Pekalongan.  Rancangan  percobaan  yang  digunakan  adalah  rancangan  kelompok (RAK)  dengan  an  faktorial  4x3.  Faktor  pertama  konsentrasi  Rootone  F  yang  terdiri  atas  4  taraf,  yaitu  0  ppm,  1000  ppm,  3000  ppm,  dan  5000  ppm. Faktor  kedua  macam  klon  melati  yang  terdiri  dari  Melati  Putih,  Melati  Gambir, Melati Emprit.  Variabel  yang  di  amati  dalam  percobaan  ini  yaitu  :  Persentase  stek  hidup, Kecepatan muncul tunas, Tinggi tanaman per tanaman, Jumlah daun per tanaman, Panjang  akar  terpanjang  per  tanaman,  Jumlah  akar  per  tanaman,  Bobot  basah tanaman, Bobot kering tanaman, Bobot basah akar per tanaman dan Bobot kering akar per tanaman. Konsentrasi Rootone F  sangat berbeda nyata terhadap variabel kecepatan muncul tunas,  tinggi  tanaman  pertanaman,  panjang  akar  terpanjang,  jumlah  akar,  bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman.  Konsentrasi  Rootone  F   terbaik untuk pertumbuhan  stek  klon  melati  pada  konsentrasi  3000  ppm  (K2).  Macam  klon melati  berbeda  sangat  nyata  terhadap  variabel  kecepatan  muncul  tunas,  tinggi tanaman pertanaman, panjang akar terpanjang, jumlah akar, bobot basah tanaman dan  bobot  kering  tanaman.  Macam  klon  terbaik  adalah  melati  putih  (M1).Terdapat  interaksi  antara  konsentrasi  Rootone  F    dan  macam  stek  klon  melati berbeda  sangat  nyata  terhadap  bobot  basah  tanaman  dan  bobot  kering  tanaman, serta  berbeda  nyata  terhadap  variabel  tinggi  tanaman.  Interaksi  terbaik  didapat pada  pupuk  konsentrasi  Rootone  F    K2  =  3000  ppm  dan  stek  klon  melati  putih (K2M1). Kata Kunci : Pengaruh Rootone F , beberapa klon melati.
Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Setek Beberapa Klon Kopi Robusta (Coffea canephora) Rofiul Azmi; Ari Handriatni
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 14, No 2 (2018): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v14i2.794

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam zat pengatur tumbuh alami dan klon kopi Robusta serta interaksinya terhadap pertumbuhan setek kopi Robusta. Penelitian dilakukan di Desa Mesoyi Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 2 faktorial dengan ulangan 3 kali. Data dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %. Faktor pertama macam zat pengatur tumbuh meliputi (air kelapa muda, ekstrak kecambah kacang hijau, urin sapi), faktor kedua macam klon kopi Robusta (BP 409, BP 42, BP 288, SA 34). Variabel pengamatan meliputi kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, panjang tunas, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, bobot basah tanaman, bobot basah akar, bobot kering tanaman, bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan macam zat pengatur tumbuh alami berbeda sangat nyata terhadap semua variabel kecuali berbeda nyata terhadap variabel kecepatan tumbuh tunas, bobot basah akar, dan bobot kering akar.Perlakuan macam zat pengatur tumbuh terbaik adalah air kelapa muda.Hasil penelitian menunjukkan macam klon kopi Robusta berbeda sangat nyata terhadap variabel persentase setek tumbuh, panjang tunas, jumlah daun, jumlah akar,bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, berbeda nyata terhadap variabel panjang akar, bobot basah akar, bobot keing akar, dan tidak berbeda nyata terhadap variabel kecepatan tumbuh tunas.Klon kopi Robusta terbaik adalah BP 409.Terdapat interaksi antara macam zat pengatur tumbuh alami dan macam klon kopi Robusta. Interaksi terbaik dicapai pada kombinasi perlakuan air kelapa muda dan klon kopi Robusta BP 409. Kata kunci: kopi robusta, ZPT alami, setek
Pengaruh Konsentrasi Asam Salisilat dan Jenis Kemasan Terhadap Daya Simpan Buah Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca (L) var. Sapientum) Feri Arya Arisanta; Ari Handriatni
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 16, No 1 (2020): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v16i1.1176

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam salisilat dan jenis kemasan terhadap daya simpan buah pisang raja bulu. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Pekalongan. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktorial dengan ulangan 3 kali. Data dianalisis dengan uji F dan jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %. Faktor pertama konsentrasi asam salisilat meliputi tanpa asam salisilat, 1 g/l asam salisilat, 2 g/l asam salisilat, dan 3 g/l salisilat, faktor kedua jenis kemasan meliputi plastik polietilen (PE), plastik polipropilen (PP), dan kardus karton. Variabel yang diamati meliputi  kekekerasan, luas spot hitam, tingkat kerusakan, umur simpan, berat susut, kadar air pisang, laju respirasi, asam tertirasi total, kandungan vitamin C, padatan terlarut total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam salisilat berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Perlakuan jenis kemasan berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali tidak berbeda nyata pada variable kekerasan, kadar air dan asam tertitrasi total. Interaksi konsentrasi asam salisilat dan jenis kemasan berbeda sangat nyata pada variabel tingkat kerusakan, umur simpan dan laju respirasi, berbeda nyata pada variabel luas spot hitam. Interaksi terbaik dicapai pada konsentrasi asam salisilat 2 g/l dan jenis kemasan plastik polietilen (PE). Perlakuan konsentrasi asam salisilatberpengaruh meningkatkan lama umur simpan buah pisang raja bulu menjadi 4-6 hari lebih lama dibandingkan tanpa kosentrasi asam salisilat. Kata kunci: pisang raja bulu, asam salisilat, jenis kemasan, daya simpan buah.
Pengaruh Lama Perendaman Rootone F dan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon cablin BENTH) Nurahim Nurahim; Ari Handriatni
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 14, No 1 (2018): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v14i1.787

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui lama perendaman Rootone F dan dosis pupuk kandang sapi yang optimum serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nilam. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Medono, Pekalongan Barat, Pekalongan. Penelitian dilaksanakan selama bulan yaitu bulan Januari sampai April 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan factorial 3 x 4. Faktor pertama lama perendaman Rootone F terdiri atas 3 taraf (lama perendaman 1 jam, 2 jam dan 3 jam). Faktor kedua dosis pupuk kandang sapi terdiri atas 4 taraf (0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha dan 30 ton/ha). Setiap perlakuan diulang tiga kali. Variabel yang diamati meliputi jumlah akar, panjang akar terpanjang, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah daun, diameter batang, tinggi tanaman, bobot basah brangkasan, bobot kering brangkasan dan persentase tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar, panjang akar terpanjang, bobot basah akar, bobot kering akar, diameter batang, bobot basah brangkasan, dan bobot kering brangkasan, sedangkan variabel jumlah daun dan tinggi tanaman berbeda nyata. Lama perendaman 3 jam (L3) memberikan hasil yang terbaik. Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel. Dosis pupuk kandang sapi terbaik 30 ton/ha. Interaksi antara lama perendaman Rootone F dengan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Interaksi terbaik pada lama perendaman 3 jam dengan dosis pupuk 30 ton/ha (L3D3). Kata kunci: stek nilam, Rootone F, dosis pupuk kandang
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Cair Limbah Tahu dan Pemotongan Bibit Anakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Feri Sustiwi; Ari Handriatni
Biofarm Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 17, No 2 (2021): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v17i2.1613

Abstract

Bawang daun merupakan salah satu tanaman holtikultura. Bawang daun dimanfaatkan sebagai bahan penyedap rasa pada beberapa jenis makanan seperti soto, sup, dan campuran bumbu mi instan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk cair limbah tahu dan pemotongan bibit anakan yang berbeda serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi bawang daun. Telah dilaksanakan di Dukuh Sukoyoso, Desa Keputon, Kecamatan Blado. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK. Faktor pertama konsentrasi pupuk cair limbah tahu (0 ml/l, 150 ml/l, 300 ml/l, 450 ml/l), faktor kedua pemotongan bibit anakan ( tanpa pemotongan, 1/2 pemotongan, 2/3 pemotongan). Data dianalisis dengan uji F, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan, maka diuji lanjut dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi pupuk cair limbah tahu berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati perlakuan konsentrasi pupuk cair limbah tahu optimum adalah konsentrasi 300 ml/l. Pemotongan bibit anakan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, berat segar brangkasan, berat segar tanaman, panjang akar terpanjang, berat segar akar, volume akar dan berat kering akar serta berbeda nyata terhadap diameter batang semu. Pemotongan bibit anakan terbaik adalah 1/2 pemotongan. Terdapat interaksi yang berpengaruh sangat nyata antara konsentrasi dan pemotongan bibit anakan terhadap variabel berat segar brangkasan, berat segar tanaman dan panjang akar terpanjang, berbeda nyata terhadap jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun dan berat kering akar. Kombinasi terbaik diperoleh pada konsentrasi pupuk cair limbah tahu 300 ml/l dengan 1/2 pemotongan bibit anakan..Kata kunci: Bawang daun (Allium fistulosum L.), konsentrasi pupuk cair limbah tahu, pemotongan bibit anakan
FARM FROM HOME, OPTIMALISASI PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN “EMPON-EMPON”, SEBAGAI UPAYA MENJAGA DAYA TAHAN TUBUH (IMUNITAS), DI TENGAH DAN PASCA PANDEMI COVID 19 Ari Handriatni
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Vol 34, No 2 (2020): PENA SEPTEMBER 2020
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/jurnalpena.v34i2.1230

Abstract

The Covid 19 pandemic, where the event was the spread of the 2019 corona virus disease, so it is called the corona virus disease 2019, abbreviated as Covid 2019 throughout the world. Each person has a different response to Covid 2019, most people exposed to the virus will experience mild to moderate symptoms, and will recover without the need to be hospitalized. The transmission of covid 2019, through air and droplets, so it is necessary to maintain growth resistance or immunity by consuming herbal drinks, which come from empon-empon plants or plant-finding plants. To get these materials, you can do farming in your own home with your family. The government has launched work from home since the Covid 19 pandemic, before the new normal was enforced. To overcome boredom at home for months, Farm From Home is the right choice so that farming with family is very enjoyable. The empon-empon plant contains a lot of curcumin compounds, essential oils which are antioxidants, useful antioxidants for the body to protect cells from free radical damage, can increase stamina when consumed as herbal drinks.
BOOMING TANAMAN HIAS DI SAAT PANDEMI COVID 19, PEMODELAN DESAIN LANSKAP DI KOTA PEKALONGAN Ari Handriatni
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Vol 36, No 1 (2022): PENA MARET 2022
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/jurnalpena.v36i1.1922

Abstract

In 2019, the world has experienced a COVID-19 pandemic starting from Wuhan, China. As the virus was getting worst, all of the community activity such as education, economic, and social were restricted. During this time, people have experience bored as their activities were only stay at home to prevent the spread of COVID-19. In general, to overcome this boredom, the community, especially mothers, diverts boredom by farming ornamental plants at home. There are several types of ornamental plants that are commonly planted and dominantly planted, namely Epipremnum aureum, Cactus sp., Aglaonema sp., Anthurium sp., Caladium sp., Monstera sp., Calathea sp.,Sansevierra sp., Alocasia sp., Piperomia sp., Coleus sp.. The usual ornamental plant cultivation techniques include planting plants in pots by first being given a planting medium, usually using a mixture of soil, manure and fresh husks. Ornamental plants are usually purchased in traditional markets, roadside markets or street markets. The maintenance includes watering, changing planting media, providing N, P, K fertilizer or liquid organic fertilizer, providing buffer and pruning. Modeling landscape design in arranging ornamental plants by placing vertically, hanging, stratified or pasted.