Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Investigation on the Compressive Strength of Gunny Sack Fiber Concrete under High-Temperatures Nur Fithriani F. Cholida; Purwanto P.; Hani Purwanti
JACEE (Journal of Advanced Civil and Environmental Engineering) Vol 3, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jacee.3.1.27-35

Abstract

Gunny sack fiber concrete has not been explored especially the behavior under high temperatures. This paper presents the results of an experimental investigation of gunny sack fibrous concrete (percentage of 0.5% of volume) given a monotonic- compressive load. A number of cylindrical test specimens were made which consisted of control specimens and which were incinerated at temperatures of 300oC, 600oC and 900oC. The concrete -compressive strength was designed with three variations of the cement water ratio to get the compressive strength of a standard cylinder with normal, medium and high -quality compressive strength categories. Experimental results show that normal to high quality concrete can be produced with gunny sack fiber substitution. The compressive strength of the gunny sack fiber concrete decreased significantly from the control specimen to the specimen which was burned at 300oC. The loss of compressive strength from the control specimens to the post-burn specimens of medium quality and high -quality of gunny sack fiber concrete was the same compared with the loss of compressive strength of normal- quality concrete. This study also carried out a comparison of the degradation of the compressive strength of steel fibrous concrete with gunny sack fiber in post-burn conditions.
KESIAPAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI PERATURAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) BANGUNAN GEDUNG Nur Fithriani Fatma Cholida; Hani purwanti; bambang sudarmanto; Lila Anggraini
Teknika Vol 15, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.251 KB) | DOI: 10.26623/teknika.v15i2.2668

Abstract

Dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang tertib secara administrasi atau teknis, maka setiap daerah diwajibkan untuk menyelenggarakan Sertifkat Laik Fungsi (SLF). Meskipun merupakan kebijakan baru namun wajib untuk dilaksanakan mengingat fungsi dari bangunan gedung adalah menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bagi penghuninya sesuai dengan UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dan UU tersebut dipertegas lagi dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan UU diatas, namun sifatnya masih dalam standart peraturan gedung secara umum belum spesifik mengarah pada Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung. Kemudian pada tahun 2007 munculah peraturan yang dibuat oleh Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007 tentang Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung, secara spesifik. Kemudian dilanjutkan dengan peraturan yang lebih baru ialah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 27 Tahun 2018 tentang Sertifikasi Laik Fungsi Bangunan Gedung. Yang disambut dengan Peraturan Daerah Kota Semarang No.5 tahun 2009 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota No.38 tahun 2012 tentang Pengawasan dan Penerbitan Penyelenggaraan Bangunan Gedung, yang mendasari bahwa penerapan Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung harus dilaksanakan di Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keandalan suatu bangunan gedung sebagai bukti keandalan bangunan gedung maka akan diterbitkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh pemerintah kota /kabupaten.
Abu Arang Sebagai Campuran Beton Dapat Mengurangi Berat Hani Purwanti; Muhammad Latif; Mudjiastuti Handajani
Teknika Vol 16, No 1 (2021): Maret
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.762 KB) | DOI: 10.26623/teknika.v16i1.3268

Abstract

Beton merupakan bagian konstruksi yang sangat penting, konstruksi yang mememiliki kekuatan maksimal dengan berat yang ringan perlu di kembangkan. Tujuan dari kegiatan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan abu arang terhadap berat beton dan kuat tekan beton. Komposisi campuran semen yang akan digantikan dengan abu arang sebesar nol%, lima % dan sepuluh% dengan berat beton dan  kuat tekan beton yang diharapkan memiliki mutu fc=20Mpa. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen untuk pengambilan sampel data. Terdapat masing – masing 30 (tigapuluh) benda uji di setiap persentase penambahan abu arang. Hasil uji kuat tekan beton dengan rentang usia beton 7 hari, 21 hari dan 28 hari dalam kondisi normal tanpa campuran sebesar  20 Mpa. Kuat tekan beton yang dicampur abu arang sebanyak 5 % sebesar 21 Mpa. Pada beton campuran abu arang 10% sebesar 17 Mpa.  Kesimpulan komposisi penambahan agregat abu arang 5% bisa mengurangi berat beton sebesar 3,6% dengan nilai kuat tekan yang memenuhi.
Pengaruh Abu Arang Sebagai Campuran Beton Ditinjau Dari Kuat Tekan hani purwanti; galih widyarini
Teknika Vol 12, No 1 (2017): Maret
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.672 KB) | DOI: 10.26623/teknika.v12i1.1188

Abstract

AbstractCement which is the main ingredient in making concrete contains non-renewable natural ingredients, potassium silicate. This causes an increase in cement prices every year. In overcoming these problems, there needs to be a modification in concrete mixes that are more environmentally friendly. Mixtures that are able to reduce the need for cement and contain potassium silicate such as charcoal are selected in modified concrete mix material by reviewing compressive strength. The purpose of this study was to determine how much influence the composition of charcoal as a substitute for cement in the preparation of concrete material was observed from compressive strength. The composition of the cement mixture will be replaced with charcoal by 0%, 5% and 10% with concrete compressive strength which is expected to have K200 quality. The research method uses an experimental method for sampling data. There are 3 (three) specimens in each percentage of addition of charcoal. The results of concrete compressive strength with a concrete age of 7 days, 22 days and 28 days under normal conditions without mixture are 31 Mpa, 35 Mpa, and 38 Mpa. The compressive strength of concrete mixed with charcoal as much as 5% is 30 Mpa, 31 Mpa, 36 Mpa. In 10% charcoal mixed concrete is 20 MPa, 27 MPa, and 29 MPa. The results of the compressive strength of the three conditions each showed a decrease in the trend of concrete age 7 days, 21 days and 28 days. Even though the trend has decreased, the compressive strength of the concrete produced still meets K200. This shows that charcoal ash can be used as an alternative to a partial replacement of cement in the concrete mixture for K200 concrete quality. AbstrakSemen yang merupakan bahan utama pembuatan beton mengandung bahan dasar alam yang tidak dapat diperbarui yaitu kalium silikat. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan harga semen setiap tahun. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya suatu modifikasi pada campuran beton yang lebih ramah lingkungan. Bahan campuran yang mampu mengurangi kebutuhan semen serta mengandung kalium silikat seperti abu arang dipilih dalam bahan campuran beton modifikasi dengan meninjau kuat tekan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komposisi abu arang sebagai pengganti semen dalam penyusunan material beton ditinjau dari kuat tekan. Adapun komposisi campuran semen yang akan digantikan dengan abu arang sebesar 0%, 5% dan 10% dengan kuat tekan beton yang diharapkan memiliki mutu K200. Adapun metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk pengambilan sampel data. Terdapat masing – masing 3 (tiga) benda uji di setiap persentase penambahan abu arang.Hasil kuat tekan beton dengan usia beton 7 hari, 22 hari dan 28 hari dalam kondisi normal tanpa campuran adalah 31 Mpa, 35 Mpa, dan 38 Mpa. Kuat tekan beton yang dicampur abu arang sebanyak 5 % adalah 30 Mpa, 31 Mpa, 36 Mpa. Pada beton campuran abu arang 10% adalah 20 Mpa, 27 Mpa, dan 29 Mpa. Hasil kuat tekan dari ketiga kondisi tersebut masing – masing menunjukkan adanya penurunan trend dari usia beton 7 hari, 21 hari dan 28 hari. Walaupun trend mengalami penurunan, akan tetapi nilai kuat tekan beton yang dihasilkan masih memenuhi K200.Hal tersebut menunjukkan bahwa abu arang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti sebagian semen pada campuran beton untuk mutu beton K200. 
Technical Guidance for Making Budget Plans in Kedungrejo Village, Rembang Regency Hendra Masvika; Hani Purwanti
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM) Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM) (DOAJ & SINTA 3 Indexed)
Publisher : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JPMM.006.1.05

Abstract

In building a village infrastructure, it is necessary to calculate the costs contained in the Budget Plan (RAB) according to the standards set by the government. The RAB provides an overview of the costs required to construct a structure or building. In addition, from the calculation of the RAB, it can also be seen that the building material requirements, manpower, and the schedule needed to complete the project. The purpose of this technical guidance is to increase the role and understanding of village officers and youth organizations in making RAB. Technical guidance is carried out by providing explanations and technical assistance directly to partners in making the RAB for the physical infrastructure project for the concrete pavement access to the mosque. The results of the technical guidance showed that there was an increase in the understanding of partners in making RAB by 70%. In addition, 50% of partners believe that they can independently make RAB for a similar project. Armed with this understanding, it is hoped that in the future partners can play a greater role in the village's physical development process starting at the planning, construction, and supervision stages of the project.
STUDI PENANGANAN GENANGAN BANJIR DAN ROB SUNGAI MEDURI-BREMI KOTA PEKALONGAN Edy Susilo; Hani Purwanti; Satria Pinandita
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN Vol. 20 No. 2 (2022)
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54911/litbang.v20i2.224

Abstract

Floods and droughts are a problem in most parts of Indonesia. The cause is suspected to be due to changes in land use from an open green land to land covered by buildings. As a result, water infiltration into the soil decreases, and runoff increases. This condition will be overcome by increasing the infiltration of water into the soil. Various attempts have been made using recharge wells and biopores. However, due to the small capacity of the infiltration equipment, it has not been able to overcome the problem of inundation and flooding. Horizontal Recharge Pipe (HRP) with perforated walls has a very large infiltration. The watersheds of the Meduri and Bremi Rivers, which are located in the western part of Pekalongan, are areas that frequently experience inundation and flooding. The results of the analysis of rain data showed that the planned return periods of 2 years, 5 years, 10 years, 25 years, and 50 years respectively for the Meduri watershed were 106.33 mm, 146.98 mm, 172.05 mm, 200.40 mm, and 219.73 mm. As for the Bremi DAS, it is 104.84 mm, 147.62 mm, 173.11 mm, 200.38 mm, 217.98 mm, 233.47 mm, and 247.93 mm. The design flood is calculated using the Gama-1, ITB-1, ITB-2, and Nakayasu methods. With a flow coefficient of 0.455 for the Meduri watershed and 0.439 for the Bremi watershed, the flood discharge plan for the Gama-1 method with return periods of 2 years, 5 years, 10 years, 25 years, and 50 years respectively for the Meduri River is 34.36 m3/sec, 47.49 m3/s, 55.59 m3/s, 64.75 m3/s, and 71.00 m3/s. While the planned discharge of the Gama-1 method for the Bremi River is 49.97 m3/s, 70.36 m3/s, 82.51 m3/s, 95.51 m3/s, 103.61 m3/s, 111.28 m3/s, and 118.17 m3/s. In the LWL condition, it does not rain, and the capacity of the river is sufficient while in the LWL condition and it rains some of the river sections overflows. There are several options for handling this flood, namely A. Motion weirs, ponds, and parapet normalization; B. Dams, ponds, parapet normalization, pumps, and HRP; C. Normalization, parapet, and HRP. Of the three options, it is recommended to choose option C depending on budget availability with the following considerations: low cost, environmentally friendly, increasing groundwater availability, reducing land subsidence, and preventing seawater intrusion, as well as lower operational costs.  Keywords: Flood, horizontal recharge pipe, reduction, pump, land use change
IDENTIFIKASI KELAYAK AN GEDUNG KANTOR KELURAHANKALICARI SEMARANG MENGGUNAKAN HAMMER TEST Hani Purwanti; Nur Fithriani Fatma; Ferry Firmawan
TEMATIK Vol 3, No 2 (2021): Desember (2021)
Publisher : TEMATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/tmt.v3i2.4536

Abstract

AbstrakKelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam perkembangannya,sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurahsebagai Perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yangberstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Peraturan terbaru yang mengatur hal yang berkaitan denganKelurahan, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. KantorKelurahan Kalicari dibangun pada tahun 1995 secara swakelola. Ini berarti Usia bangunan kantorkelurahan kalicari sudah mencapai 26 tahun. Dalam pasal 25 ayat 2 UU 18/1999, Umur bangunankonstruksi sendiri bisa lebih lama atau lebih singkat dari 10 tahun, tergantung pada rencana ataujenis konstruksinya. Tetapi secara umum, umur maksimum bangunan ialah 30 tahun. Sebenarnyasebuah bangunan bisa saja tetap berdiri kokoh hingga 50 tahun, bahkan 100 tahun, tetapi perludiperhatikan jika sudah menginjak usia 30 tahun. Karena kantor kelurahan kalicari ini dibangun secara swakelola oleh masyarakat sehinggabaik dana, perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan dilakukan sendiri oleh masyarakatsehingga perlu di cek secara fisik keamanan bangunannya yang sudah mencapai usia 26 tahun.Karena semakin tua bangunan maka tingkat ketahanan bangunan semakin berkurang. Untuk mengetahui kekokohan sebuah bangunan bisa diketahui dengan peralatan khususantara lain Hammer Test. Untuk itu Tim Pengabdian kepada masyarakat dari Fakultas Teknik,Universitas Semarang menguji kekuatan beton menggunakan Hammer test dari bangunan kantorkelurahan di beberapa titik kolom, dan sloof dari bangunan tersebut. Pelaksanaan pengujianhammer test di kelurahan kalicari dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2021 didampingi daripihak kelurahan Kalicari yaitu Lurah Bapak Didik Agung Mulyana, SE, MSI  
Pemeriksaan Struktur Eksisting Gedung Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Tengah Lintang Enggartiasto; Nurfithriani Fatma Cholida; Hani Purwanti
TEMATIK Vol 5, No 1 (2023): Juni (2023)
Publisher : TEMATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/tmt.v5i1.7106

Abstract

Bangunan gedung sebagai tempat manusia dalam melakukan kegiatannya, mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, serta jati diri. Gedung kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 4 lantai yang tersusun atas material beton bertulang yang telah berdiri lebih dari 20 tahun. Dengan kondisi tersebut dikhawatirkan terdapat penurunan mutu material maupun adanya kerusakan struktur sehingga perlu adanya pemeriksaan terhadap kondisi struktur eksisting untuk mengetahui kondisi dan mutu material beton eksisting. Metode yang digunakan dalam investigasi ini berupa pengamatan visual kondisi struktur dan hammer test pada beton eksisting. Hasil pemeriksaan struktur secara visual terdapat bagian pelat lantai yang mengalami kerusakan dan rangka kuda-kuda baja yang mulai berkarat. Kerusakan pada pelat lantai meliputi pengelupasan selimut beton dan pelapukan akibat faktor usia bangunan. Selanjutnya, tinjauan terhadap kuat tekan karakteristik beton pada elemen struktur balok dan kolom masih memenuhi persyaratan material beton tahan gempa sesuai SNI 2847 2019.