Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The Production Mechanism of Single Cell Oil from Aspergillus terreus in a Solid Fermentation System Using a Mixture of Tapioca and Tofu Waste Media Debby M Sumanti; Carmencita Tjahjadi; Marleen Herudiyanto; Tati Sukarti
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 16 No. 1 (2005): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.75 KB)

Abstract

Fat is an important nutrient for health. Considering the ever-increasing annual demand for cooking oil as a result of the rapid increase in population new sources of poly-unsaturated fats must be searched for. One potential source is the Single Cell Oil (SCO); production of SCO does not require vast areas of land, production time is relatively short and is not affected by enviromental conditions. Moreover, product synthesis and production volume can be easily controlled; Moreover, the tri-acyl-glyceral produced contain essential fatty acids, i.e linoleic and linolenic acid. The objectives of this research was to study the influence of two mold strains of A. terreus and the C/N ratio of the growth medium consisting of cassava atarch and tofu processing waste on SCO production. This research consisted of two parts. The first part was a study on keeping methods of pure cultures of A. terreus, preparation of starter cultures, isolation of mold from the starter culture and preparation of fermentation media. The second part of the research was fermentation of A. terreus strain FNOC 6039 and FNOC 6040 on solid media made of tapioca and tofu waste having C/N ratios of 25/1, 30/1, 35/1, 40/1 and 45/1. Post-fermentation observations on the growth medium slabs consisted of moisture, starch, total sugars and protein content and SCO production. Both strain of A. terreus and C/N ratio affected moisture, starch, total sugars and protein content of the growth media. The A. terreus FNOC 6040 strain growth on a medium with C/N ratio of 45/1 was the most potential oil producer, i.e. 14,63% crude SCO. The oil was brownish yellow in color and has a slightly fishy aroma. Keywords : Single Cell Oil, Solid Fermentation, Casava starch and Tofu Processing Waste, Aspergillus terreus mold strain.
Efektivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Beberapa Bakteri Kontaminan (S. Aureus, Salmonella Sp dan E.Coli) Ermi Sukasih; Tati Sukarti; Wisnu Broto
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n1.2011.32-38

Abstract

Penggunaan formalin sebagai pengawet bahan pangan asal hewani masih sering dijumpai di pasaran khususnya pasar tradisional, Formalin merupakan senyawa kimia berbahaya yang tidak termasuk dalam golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dapat digunakan sebagai pengawet, sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan konsumen. Bahan pengawet yang aman dan efektif sebagai alternatif untuk mengawetkan bahan pangan asal hewani perlu dieksplorasi. Kulit manggis mengandung golongan senyawa polifenol (flavonoid dan ianin) bersifat antimikroba, sehingga dapat berfungsi sebagai pengawet makanan maupun biofarmaka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antimikroba ekstrak kulit manggis terhadap beberapa bakteri kontaminan seperti S. aureus, Salmonella sp dan E. coli. Empat jenis eksirak kulit manggis diuji pada ketiga bakteri pada konsentrasi 10,20,30,40 dan 50%, dengan menggunakan metode kertas cakram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis memiliki aktifitas positif pada mikroba S. aureus dan E. coli. namun menunjukkan aktifitas negatif terhadap Salmonella sp. Ekstrak kulit manggis dengan metode maserasi kering pelarut etanol (ekstrak C) dan pelarut aquadcst dan asam sitrat (ekstrak D) menunjukkan aktivitas positif yang lebih luas daripada ekstrak kulit manggis dengan mctode maserasi basah pelarut etanol (ekstrak A) dan pelarut aquadest dan asam sitrat (ekstrak B). Kulit manggis yang di ekstrak dengan aquadest (ekstrak B dan D) sedikit lebih efektif terhadap penghambatan bakteri gram negatif (E. 'coli) dan positif (S. aureus), sementara itu ekstrak kulit manggis yang diekstrak dengan ethanol hanya efektif menghambat bakteri gram positif (S. aureus). Ekstrak kulit manggis dengan maserasi kering dengan pelarut aquadest (ekstrak D) mempunyai daya hambat terbesar terhadap E. coli dengan zona diameter 24,5 mm. Nilai penghambatan minimum senyawa antimikroba dari ekstrak kulit manggis terhadap E. coli berkisar antara 0.38 hingga 0,40%, sementara terhadap S. aureus adalah 0,14 hingga 1,45%. Antimicrobial Effectiveness of Mangosteen Pericarp Extract Against Several Contaminant Bacteria (S. aureus, Salmonella sp and E. coli).To date formaldehyde is still commonly used as a preservative for animal products, especially those sold in traditional markets. In fact, formaldehyde is highly toxic to humans and not approved as a food additive. Therefore, potential and safe alternatives to formalydehyde are required. Mangosteen pericarp contains bioactives which have antimicrobial activities. The present study was aimed at investigating the antimicrobial effectiveness of mangosteen pericarp extract against S. aureus, Salmonella sp and E. coli. The antimicrobial effectiveness of four types of mangosteen pericarp extracts at concentrations of 10. 20, 30, 40 and 50% were evaluated using the paper disc method. The result showed that mangosteen pericarp extract showed antibacterial activity against S. aureus and E. coli, but not against Salmonella sp. The extracts produced through dry maceration showed stronger antibacterial actvities than those produced by wet maceration. The aqueous extracts of mangosteen pericarp were effective in inhibiting E. coli (gram negative bacteria) and S. aureus (gram positive bacteria), while the ethanolic extracts showed an inhibitory effect against S. aureus only. Extraction using dry maceration method and distilled water as the solvent produced extracts with the widest inhibition zone against E. coli (24.5mm in diameter). The minimum inhibitory concentrations (MIC) of mangosteen pericarp extract against E. coli and S. aureus were about 0.38-0.40%, and 0.14-1.45%, respectively.
Pengaruh Penyimpanan Dingin Terhadap Karakter Fisiko-Kimia Nasi Teretrogradasi Untuk Konsumsi Penderita Diabetes Melitus (Dm) Dan Pelaku Diet Wisnu Broto; Tati Sukarti; Dwi Purnomo; Ermi Sukasih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v10n1.2013.1-8

Abstract

Beras sering dihindari oleh penderita diabetes melitus karena anggapan bahwa mengonsumsi nasi dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat. Upaya menurunkan indeks glikemik (IG) beras dapat dilakukan dengan cara retrogradasi pati sehingga diperoleh pati resisten. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh penanakan dan pengeringan berulang serta penyimpanan pada suhu dingin (5oC) dalam proses retrogradasi pati pada beras dan karakterisasi sifat fisiko-kimia nasi teretrogradasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan regresi. Perlakuan pada percobaan ini yaitu penanakan pada suhu 85oC selama 45 menit dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 15 jam yang berulang 3 kali untuk kemudian disimpan pada suhu 5oC selama 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 hari. Penelitian ini dilakukan dengan 2 ulangan, masing-masing ulangan dilakukan secara duplo. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa retrogradasi pati nasi dari varietas Ciherang dan Mekongga dapat dilakukan dengan penanakan dan pengeringan berulang serta diikuti dengan penyimpanan pada suhu 5oC. Perlakuan terbaik diperoleh dari penyimpanan dingin selama 8 hari yang dapat menurunkan indeks glikemik nasi teretrogradasi hingga 26,9 % dari nasi kontrolnya dengan daya cerna masing-masing sebesar 30,32 % (Mekongga) dan 13,11 % (Ciherang). Adapun karakter fisiko-kimianya memiliki kisaran kadar gula total (1,39 – 1,89 %), amilosa (25,04 – 25,52%), amilopektin (48,07-48,73%), serat kasar (0,38-0,43%), air (10,42-10,87%), daya rehidrasi (158-162 %), derajad putih (90 - 91,45 %), tekstur (3479,90 - 3680,04 gf) dan kelengketan (-264,15 s/d -220,62 gf).
PEMBUATAN SERBUK MINUMAN SARI KACANG HIJAU (Phaseolus vulgaris L.) MELALUI TEKNIK KO-KRISTALISASI Ade Ridwan; Tita Rialita; Tati Sukarti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 3 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembuatan serbuk minuman sari kacang hijau dengan teknik ko-kristalisasi telah dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, dari bulan April 2008 hingga bulan Juni 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara sukrosa dan sari kacang hijau sehingga menghasilkan serbuk minuman sari kacang hijau dengan beberapa karakteristik yang baik dan disukai oleh panelis. Metode percobaan yang digunakan adalah analisis deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis regresi, terdiri dari 6 perlakuan dan 2 kali ulangan. Pada penilaian sensori digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbandingan sukrosa dan sari kacang hijau 1:1 (b/b), 2:1 (b/b), 4:1 (b/b), 1,6:1 (b/b), 1,8:1 (b/b), dan 2:1 (b/b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara perbandingan sukrosa dan sari kacang hijau terhadap waktu larut serbuk dan rendemen. Karakteristik serbuk minuman terbaik diperoleh dari perlakuan perbandingan 1,6:1 (b/b) dengan waktu larut 1,21 menit, rendemen 40,73 %, kadar gula total 80,29 % b/b, kadar air  2,56 %, kadar protein 20,80 %. Nilai kesukaan terhadap warna serbuk cenderung disukai, sedangkan aroma serbuk serta warna, rasa, dan aroma seduhan serbuk minuman kacang hijau cenderung dinilai biasa. Kata kunci : Sari kacang hijau, Sukrosa, Ko-kristalisasi, Serbuk minuman
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DEDAK JAGUNG Tensiska -; Tati Sukarti; Muzapar Amin
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pelarut dan metode ekstraksi yang tepat sehingga dihasilkan ekstrak dedak jagung dengan aktivitas antioksidan tertinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah metode ekstraksi yang terdiri dari dua taraf yaitu metode soxhlet dan metode maserasi dan faktor yang kedua adalah jenis pelarut yaitu heksana, etil asetat dan etanol. Perlakuan metode ekstraksi maserasi dengan pelarut heksana ( rendemen ekstrak kasar 10,14 % b/b ) menghasilkan senyawa aktif yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya.   Kata kunci : Aktivitas antioksidan, Ekstrak dedak jagung, Maserasi, Heksan 
PENGARUH PRA FERMENTASI DAN SUHU MASERASI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKOKIMIA MINYAK KASAR KLUWAK Tati Sukarti; Mira Miranti; Dewi Cakrawati
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 1, No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kluwak adalah hasil fermentasi biji kepayang yang mengandung 24% minyak dengan komposisi asam lemak terdiri dari 42,3% asam oleat dan 39,8% asam linoleat yang dapat dijadikan sumber minyak esensial. Minyak yang diperoleh dari kluwak dipengaruhi oleh fermentasi biji kepayang dan cara ekstraksi minyak. Ekstraksi minyak kluwak dilakukan menggunakan pelarut organik secara maserasi karena suhu ekstraksi yang digunakan di bawah titik didih pelarut sehingga terdegradasinya komponen minyak akibat panas dapat dihindari.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pra fermentasi dan suhu maserasi yang menghasilkan minyak kasar kluwak dengan rendemen tinggi dan sifat fisikokimia yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah terdiri dari 4 ulangan dengan Main plot Pra Fermentasi yaitu perebusan pada suhu 98oC selama 1 jam dan perendaman selama 24 jam, sedangkan Sub plot yaitu suhu maserasi 30oC±3oC, 45oC±3oC, 60oC ± 3oC. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pra fermentasi dengan cara perebusan pada suhu 98oC selama 1 jam dengan suhu maserasi 45oC±3oC menghasilkan minyak kasar kluwak berwarna kuning dengan rendemen sebesar 22,235%, dengan karakteristik bilangan asam sebesar 15,123; bilangan peroksida sebesar 9,29; bilangan iod sebesar 104,725; bilangan penyabunan sebesar 126,44, berat jenis 0,89023; indeks bias sebesar 1,456939 dengan komposisi asam lemak terdiri dari 0,11% asam miristat, 10,3% asam palmitat, 3,84% asam stearat, 38,4% asam oleat, 42,2%  asam linoleat dan 3,97% asam linolenat. Kata kunci: Minyak kluwak kasar, Pra fermentasi, Suhu maserasi
PENGARUH PENGGUNAAN JENIS GULA DAN KONSENTRASI SARIBUAH TERHADAP KESUKAAN KARAKTERISTIK SIRUP JERUK KEPROK GARUT (CITRUS NOBILIS LOUR) Herlina Marta; Asri Widyasanti; Tati Sukarti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian untuk menentukan jenis gula dan konsentrasi saribuah yang tepat sehingga dihasilkan sirup Jeruk Keprok Garut yang mempunyai karakteristik baik dan disukai panelis telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan FTIP, UNPADBandungdari April sampai Oktober 2007. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan terdiri dari 8 perlakuan, yang diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang dicobakan adalah kombinasi penggunaan jenis gula (sukrosa, fruktosa) dan konsentrasi saribuah (30% v/v, 35% v/v, 40% v/v dan 45% v/v) terhadap karakteristik sirup Jeruk Keprok Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gula sukrosa dengan konsentrasi saribuah 40% menghasilkan sirup Jeruk Keprok Garut yang lebih disukai dibandingkan dengan perlakuan lain dengan nilai kesukaan (skor  1 =  tidak suka; 2 = agak tidak suka; 3 = biasa; 4 = agak suka; dan 5 = suka); warna (4,42 = agak suka); aroma (3,42 = biasa); kekentalan (4,59 = suka); warna hasil pengenceran (4,33 = agak suka); aroma hasil pengenceran (3,33 = biasa); dan rasa hasil pengenceran (4,17 = agak suka); dengan kadar gula total 69,7%; kadar vitamin C 1,76 mg/100 g; dan nilai pH 3,15. Kata kunci: Jeruk keprok garut, Sirup, Karakteristik
PENGARUH IMBANGAN TEPUNG RASI (BERAS AMPAS SINGKONG), TEPUNG JAGUNG, DAN TEPUNG KACANG HIJAU TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FLAKES TRIPLE MIXED ”SI JAGO” Marleen Sunyoto; Tati Sukarti; Tika Marina
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 4, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tepung rasi merupakan alternatif sumber pangan yang kaya akan energi dan berbasis pada potensi lokal karena terbuat dari rasi yang merupakan produk olahan dari limbah pembuatan pati singkong atau tapioka. Tepung rasi mempunyai kandungan energi yang hampir setara dengan beras, yaitu sebesar 359 kkal/100 gram bahan sehingga dapat dimanfaatkan menjadi makanan sarapan seperti flakes. Flakes harus memiliki karakteristik yang renyah sehingga diperlukan bahan tambahan lain seperti tepung jagung untuk memperbaiki sifat organoleptik dari produk. Selain itu, ditambahkan pula tepung kacang hijau yang memiliki kandungan protein tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai gizi protein dari flakes. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan imbangan yang tepat antara tepung rasi, tepung jagung dan tepung kacang hijau yang digunakan dalam pembuatan flakes agar dihasilkan flakes triple mixed ”Si Jago” dengan karakteristik yang baik dan disukai oleh panelis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari imbangan tepung rasi, tepung jagung dan tepung kacang hijau, yaitu 40:10:50, 40:20:40, 40:30:30, 40:40:20, dan 40:50:10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan tepung rasi, tepung jagung dan tepung kacang hijau 40:10:50 memberikan hasil yang terbaik dengan kandungan kadar air 3,5 %, kadar protein 12,5 %, daya rehidrasi 27,6 %, berwarna kuning kecoklatan, rendemen 90,6 %, kekerasan 936 gF dan memiliki sifat organoleptik (aroma, warna, rasa, kerenyahan, dan kerenyahan dalam susu) yang  dapat diterima oleh panelis.     Kata kunci : Tepung rasi, Tepung jagung, Tepung kacang hijau, flakes