Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGGUNAAN ELEKTRODA TEMBAGA DAN SENG DENGAN ELEKTROLIT AIR LAUT UNTUK SUMBER ENERGI LAMPU LED-DIP Nofrizal Hayadi Saputra; Sugeng Hari Wisudo; Mochammad Riyanto; Adi Susanto
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2704.079 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.135-147

Abstract

Light-emitting diode tipe dual in package (LED-DIP) merupakan lampu hemat energi yang banyak digunakan oleh nelayan untuk menarik dan mengkonsentrasikan ikan. LED-DIP memerlukan tegangan dan arus listrik kecil sehingga dapat menggunakan baterai sebagai sumber energinya. Salah satu alternatif adalah baterai dengan sumber energi air laut. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kinerja baterai air laut, mengukur laju penurunan intensitas cahaya, dan menghitung korosi yang terjadi pada elektroda baterai air laut setelah penggunaan, serta mengukur penyusutan yang terjadi pada busa isolator setelah penggunaan. Metode penelitian yang digunakan adalah uji coba laboratorium. Pengukuran tegangan (V) dan arus (mA) dilakukan bersamaan dengan pengukuran laju penurunan intensitas cahaya sebanyak 3 kali pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan durasi 2 jam dan 12 jam. Tegangan, arus, dan laju penurunan intensitas cahaya dalam durasi 2 jam dicatat setiap 10 menit. Pada durasi 12 jam dicatat dengan interval 60 menit. Korosi elektroda baterai air laut dihitung dengan analisis foto, sedangkan penyusutan busa isolator dihitung berdasarkan ketebalan awal busa dan di akhir penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Flum Tank, IPB. Hasil penelitian menunjukkan baterai air laut menghasilkan energi listrik yang menghidupkan lampu LED-DIP hijau 5 mm selama 12 jam dengan voltase terendah sebesar 2.525 V/130 mA, laju penurunan intensitas cahaya LED-DIP lebih besar dibandingkan laju penurunan tegangan dan arus. Berdasarkan pengukuran, baterai air laut dapat digunakan sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai sumber energi LED-DIP sebagai lampu pemikat ikan pada perikanan bagan tancap.
KONDISI KESEHATAN EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI SUMBER POTENSIAL PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PESISIR SELAT SUNDA Adi Susanto; Muta Ali Khalifa; Erik Munandar; Hery Sutrawan Nurdin; Hendrawan Syafrie; Fahresa Nugraheni Supadminingsih; Afifah Nurazizatu Hasanah; Bathara Ayi Meata; Ririn Irnawati; Ani Rahmawati; Achmad Noerkhaerin Putra; Toufik Alansar; Julian Saputra; Bakti Sulistyono; Ahmad Raihan
Leuit (Journal of Local Food Security) Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Unggulan Iptek Ketahanan Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37818/leuit.v3i1.15648

Abstract

The functions and benefits of the existence of the mangrove ecosystem are strongly influenced by their health conditions. Ideally, a healthy mangrove ecosystem will provide greater ecological, economic, and service benefits. This study aims to determine the health condition of the mangrove ecosystem as a first step for disaster mitigation and productive economic development in the coastal area of the Sunda Strait. Data collection was carried out in November-December 2021 using the MonMang application in five different villages. The results showed that the highest diversity of mangrove species was found in Cigorondong Village with 9 species including Acanthus ilicifolius, Avicennia marina, Aegiceras corniculatum, Derris trifoliata, Sonneratia caseolaris, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal, Heritiera littoralis. The highest canopy cover (79%) was found in the mangrove ecosystem in Citeureup Village and the highest tree density was found in Cigorondong Village at 3,300 individuals/ha. The health condition of the mangrove ecosystem on the coast of the Sunda Strait is moderate because the MHI value obtained is in the range of 33-63%.
Karakteristik Biometrik, Morfologi Telur, dan Habitat Ikan Padi Oryzias javanicus (Beloniformes, Adrianichthyidae) Asal Desa Linduk, Pesisir Teluk Banten Muh. Herjayanto; Mas Bayu Syamsunarno; Ahmad Fahrul Syarif; Edo Ahmad Solahudin; Novita Rahmayanti; Exel Muhamad Rizki; Akhsan Fikrillah Paricahya; Kamaludin Ahmadi; Abdul Gani; Esa Rama Widiyawan; Adi Susanto; Muta Ali Khalifa
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 10, No 2 (2022): December
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v10i2.4361

Abstract

Information on the biometric characteristics, egg morphology, and habitat of O. javanicus are very important for its use as model fish in the laboratory, ornamental fish, and environmental bioindicators. Therefore, research is needed to analyze the biometric character, egg morphology, and habitat of ricefish O. javanicus in the brackish water pond of Banten Bay. This research was conducted non-eperimentally by observing biometric characters to examine meristic, morphometric, and sex dimorphism characteristics. Observations of egg morphology were macroscopic and microscopic characteristics. Habitat characteristics were observed by measuring water quality in situ. The results showed that O. javanicus from Linduk had meristic characteristics D.6–7; A.21–22; P.9-10; V.5–6 and sex dimorphism in the shape and size of the dorsal and anal fins. Blue metallic color pattern on the head and yellow color on the fins are potentially ornamental fish. O. javanicus eggs have a diameter of 1.08 ± 0.02 mm, are equipped with attaching filaments and non-attaching. The non-attaching filaments are 0.14 ± 0.03 mm in length. The percentage of yolk area was 73.7 ± 4.85%, and the oil droplet area was 8.3 ± 0.54% of O. javanicus at the gastrula stage with egg yolk volume 0.349 ± 0.048 mm3. Water quality in this study is a reference for rearing O. javanicus in the laboratory.
Pemanfaatan Ikan Ekonomis Rendah Menjadi Tepung Ikan di Pesisir Teluk Banten Adi Susanto; Suherna Suherna; M. Ana Syabana; Rifki Prayoga Aditia; Hery S. Nurdin
J-ABDIPAMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 7, No 1 (2023): April 2023
Publisher : IKIP PGRI Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30734/j-abdipamas.v7i1.2837

Abstract

ABSTRACTOne of the problems in the apollo fisheries in Banten Bay is the utilization of by-catch. By-catch is non taget species in apollo fishing gear which has a relatively small size and low price. By-catch are generally used as animal feed or bait for traps. This activity aims to introduce technology and increase community capacity in processing by-catch into fish meal. The activity was conducted in stages, starting with the build of drying houses, purchasing of fish meal equipment, training and trials of processing by-catch into fish meal. To produce one kilo gram of fish meal, 3.5 kg of by-catch are needed as raw materials. KUB Sedayu buys by-catch from fishermen for Rp. 1,000 per kg. Processing of by-catch into fish meal can increase the added value of by-catch by Rp. 1,285 per kg. Intensive assistance still needs to be done so that fish meal production can run in a sustainable manner with maintained quality.Keywords: Apolo, assistance, low economic fishes, value added ABSTRAKSalah satu permasalahan dalam perikanan apolo di Teluk Banten pemanfaatan ikan Hasil Tangkapan Sampingan (HTS). Ikan HTS merupakan jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap apolo yang memiliki ukuran relatif kecil dan harga yang murah. Ikan HTS umumnya dimanfaatkan secara terbatas sebagai pakan ternak atau umpan alat tangkap bubu. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan introduksi teknologi dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengolahan ikan HTS menjadi tepung ikan. Kegiatan dilakukan secara bertahap diawali dengan pembuatan rumah pengering, pembelian alat penepung, pelatihan dan uji coba pengolahan ikan HTS menjadi tepung ikan. Untuk menghasilkan satu kilo gram tepung ikan, dibutuhkan bahan baku 3,5 kg ikan HTS. KUB Sedayu membeli ikan HTS dari nelayan seharga Rp. 1.000 per kg. Pengolahan ikan HTS menjadi tepung ikan mampu meningkatkan nilai tambah ikan HTS sebesar Rp. 1.285 per kg. Pendampingan secara intensif masih perlu dilakukan sehingga produksi tepung ikan dapat berjalan seara berkelanjutan dengan mutu yang terjaga. Kata Kunci: Apolo, ikan ekonomis rendah, nilai tambah, pendampingan