Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Identifikasi Borneo Vortex Terhadap Dinamika Suhu Permukaan Laut di Laut Jawa Yosafat Donni Haryanto; Shanas Septy Prayuda; Rezfiko Agdialta; Nelly Florida Riama; Agus Hartoko; Sutrisno Anggoro; Muhammad Zainuri
Jurnal Penelitian Sains Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1493.339 KB) | DOI: 10.56064/jps.v22i3.590

Abstract

The event of Borneo Vortex is a disruption of the synoptic scale that occurs when the Asian monsoon is active. Borneo Vortex occurs because of the interaction of the Asian monsoon winds with the wind from the southeast in the northwest region of Borneo so that the vortex is formed which can increase rainfall. Related with rainfall, Sea Surface Temperature (SST) becomes one of the factors that influence it. The purpose of this study is to examine the effect of Borneo Vortex on the dynamics of Sea Surface Temperatures in the Java Sea. The impact of Borneo Vortex, SST parameter becomes dynamic and very important to influence the condition of waters in Java Sea. Data used in this research is ERA Interim ECMWF (European Center for Medium-Range Weather Forecast) Reanalysis data in the form of wind component u and v, vortisitas relative, divergence, and specific humidity. Rainfall analysis is done using daily rainfall data of 3B42RT TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission), while SST data uses the data of Visualize NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) High Resolution Blended Analysis Data. The Sea Surface Temperature analysis was performed using Remote Sensing data from the period of December until February (DJF) 2004/05 to 2014/15. The method used is to find the composite value of each parameter at the time of Borneo Vortex event during the time of research. The results identify that the largest event of Borneo Vortex was in December. With the presence of Borneo Vortex, there is a significant change in vorticity, divergence, moisture transport, rainfall, and SST. The impact of Borneo Vortex can increase rainfall and increase SST in the Java Sea. Borneo Vortex occurred in December January February at the time of an active Asian monsoon in northwest Borneo where there is a synoptic scale disorder in the form of a massive air vortex causing an increase in rainfall and the dynamics of SST tend to rise as well.Keywords: Borneo Vortex,  Java Sea,  Sea Surface Temperature.
KAJIAN PENGARUH MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX DI PULAU JAWA TERHADAP CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI KENDAL PADA 26-27 JANUARI 2019 Muhammad Ikko Safrilda Maulana; Nur Irfan Wicaksono; Yosafat Donni Haryanto
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 18, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jkfi.18.3.217-224

Abstract

Mesoscale Convective Complex (MCC) merupakan bagian dari Mesoscale Convective System (MCS) yang karakteristiknya dapat diamati menggunakan citra satelit Himawari-8 kanal infrared. Dalam penelitian ini pengaruh MCC dihitung berdasarkan nilai estimasi curah hujan di pusat inti dan selimut awan terhadap jumlah curah hujan observasi dengan menerapkan metode Convective Stratiform Technique (CST) dan Modified Convective Stratiform Technique (MCST).CST merupakan metode estimasi curah hujan dengan pemisahan kelompok konvektif dan stratiform, sedangkan MCST merupakan modifikasi dari CST pada intensitas curah hujan dan luasan area lingkup piksel rata-ratanya. Kedua metode tersebut diverifikasi menggunakan data curah hujan observasi di Kendal dengan stasiun pengamatan yang terdekat dengan pusat inti dan selimut awan MCC. Tujuan penelitian ini yaituuntuk mengetahui pengaruh MCC di Pulau Jawa terhadap tingginya curah hujan saat kejadian banjir pada 26-27 Januari 2019 di Kendal. Hasil pengolahan estimasi curah hujan menunjukkan nilai curah hujan yang mendekati nilai observasi pada inti awan MCC 2 senilai 84,989 mm menggunakan metode CST. Meskipun nilai estimasi curah hujan di kedua metode cenderung underestimate, namun hasil verifikasi pengaruh MCC terhadap curah hujan di Kendal menunjukkan hubungan sedang hingga kuat pada metode CST dengan nilai korelasi berkisar antara 0,30 hingga 0,61. Sedangkan metode MCST berkisar antara 0,30 hingga 0,59 yang menunjukkan kategori lemah hingga sedang. Nilai error CST juga lebih kecil dibandingkan nilai error MCST dengan nilai yang berkisar antara 3,17 hingga 8,63. Sehingga metode CST lebih baik digunakan untuk mengestimasi curah hujan pada pusat inti MCC dan pusat selimut MCC.
Pengaruh El Niño Terhadap Pola Distribusi Klorofil-a dan Pola Arus di Wilayah Perairan Selatan Maluku Yosafat Donni Haryanto; Hadiman Hadiman; Rezfiko Agdialta; Nelly Florida Riama
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 3 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i3.10456

Abstract

El Niño is a phenomenon that can affect changes in weather and climate elements in Indonesia, especially rainfall. During the El Niño events, the rainfall in Maluku region tended to decrease. This condition can indeed cause prolonged drought. However, El Niño events also have a positive impact, especially in water areas. During the El Niño events, the chlorophyll-a concentration in the water will increase. This is due to the upwelling process that removes nutrients from the sea. High chlorophyll-a concentrations will bring pelagic fish species in the waters. The correlation test between sea surface temperature (SST) during El Niño and chlorophyll-a has a value of -0.91. This correlation value indicates that when SST increases, the chlorophyll-a concentration in the waters will decrease, on the other hand, if SST has decreased, the chlorophyll-a concentration in the water will increase. The value of chlorophyll-a concentration in the water during the El Niño event (July - February) showed a significant increase compared to during normal conditions. Of all the El Niño events, 2015 to 2016 was the year with the strongest El Niño events. The chlorophyll-a concentration during El Niño 2015 to 2016 was very high, ranging from 0.2 to 1.0 mg / m3. The results obtained indicate that the El Niño event has a positive correlation with the increase in chlorophyll-a concentration in the water. El Niño merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari, kejadian El Niño  dapat mengurangi curah hujan seperti di wilayah Maluku. Namun, kejadian El Niño  juga mempunyai dampak postif khususnya di wilayah perairan. Pada saat terjadi El Niño  maka konsentrasi klorofil-a di perairan akan meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya proses upwelling yang mengangkat nutrisi dari dalam laut. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi akan mendatangkan jenis ikan pelagis di perairan. Uji  korelasi antara suhu permukaan laut (SST) pada saat El Niño  dengan klorofil-a memiliki nilai  - 0.91. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa pada saat SST mengalami kenaikan maka konsentrasi klorofil di perairan akan menurun, sebaliknya jika SST mengalami penurunan maka konsentrasi klorofil diperairan akan meningkat. Nilai konsentrasi klorofil-a diperairan pada saat kejadian El Niño  (Juli - Februari) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pada saat tidak terjadi El Niño . Dari semua kejadian El Niño , tahun 2015 - 2016 merupakan kejadian dengan El Niño  yang sangat kuat. Konsentrasi klorofil-a pada saat El Niño  2015 - 2016 sangat tinggi berkisar 0.2 - 1.0 mg/m3. Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kejadian El Niño  dapat mempengaruhi konsentrasi klorofil-a diperairan.
Pemanfaatan Satelit Himawari-8 Untuk Estimasi Curah Hujan Dengan Metode Convective Stratiform Technique (CST) Dan Modified Convective Stratiform Technique (Mcst) Di Wilayah Ekuatorial Dan Monsunal (Studi Kasus Sulawesi 2020): Pemanfaatan Satelit Himawari-8 Untuk Estimasi Curah Hujan Dengan Metode Convective Stratiform Technique (CST) Dan Modified Convective Stratiform Technique (Mcst) Di Wilayah Ekuatorial Dan Monsunal (Studi Kasus Sulawesi 2020) Nur Habib Muzaki; Eriska Febriati; Yosafat Donni Haryanto
J STATISTIKA: Jurnal Imiah Teori dan Aplikasi Statistika Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Teori dan Aplikasi Statistika
Publisher : Faculty of Science and Technology, Univ. PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.827 KB) | DOI: 10.36456/jstat.vol14.no2.a3860

Abstract

Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang sangat penting bagi kehidupan. Informasi data curah hujan mampu menunjukan pola tipe curah hujan si suatu wilayah. Kurangnya rapat persebaran alat pengamatan curah hujan menyebabkan cakupan wilayah menjadi sempit. Oleh karena itu, pemanfaatan metode estimasi curah hujan dengan menggunakan data satelit merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan data curah hujan di wilayah yang tidak memiliki alat pengamatan curah hujan. Dalam penelitian ini, estimasi curah menggunakan data satelit Himawari-8 dengan menggunakan metode Convective Startiform Technique (CST) dan Modified Convective Startiform Technique (mCST). Metode CST meruapakan metode yang memisahkan komponen awan konvektif dan stratiform, sedangkan metode mCST merupakan metode modifikasi intensitas curah hujan serta luasan area rata-rata yang dilingkupi piksel terhadap metode CST. Penelitian ini dilakukan di wilayah tipe hujan ekuatorial yang diwakili oleh Kabupaten Luwu Utara dan wilayah tipe hujan monsunal yang diwakili oleh Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan selama satu tahu dengan mengambil sampel bulan puncak curah hujan di kedua wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas hasil estimasi curah hujan dengan menggunakan metode CST dan metode mCST Berdasarkan hasil estimasi curah hujan, metode CST menghasilkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan metode mCST di kedua wilayah yang ditandai dengan nilai korelasi yang lebih baik. Nilai eror RMSE berkisar 33.80 mm/jam hingga 42.66 mm/jam dan Nilai MAE berkisar 26.30 mm/jam hingga 34.55 mm/jam. Berdasarkan penelitian ini, kedua metode estimasi curah hujan ini, kurang mampu mempresentasikan data curah hujan di kedua wilayah.
PENGARUH FENOMENA SUNSPOT TERHADAP VARIASI SUHU UDARA DAN KELEMBAPAN RELATIF DI KOTA MEDAN Yosafat Donni Haryanto; Nelly Florida Riama; Dendi Rona Purnama
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.525 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v23i2.781

Abstract

Pengaruh aktivitas Matahari terhadap cuaca dan iklim telah menjadi topik penelitian setelah siklus 11 tahunan sunspot ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sunspot terhadap variasi suhu udara dan kelembapan relatif (RH) di Kota Medan. Dalam penelitian ini digunakan data rata-rata harian suhu udara dan RH selama 30 tahun dari tahun 1985 – 2014 di Stasiun Meteorologi Kualanamu yang diperoleh dari BMKG. Sementara itu, data bilangan sunspot (sunspot number) harian tahun 1985 – 2014 diperoleh dari Solar Influences Data Analysis Center (SIDC) - The Royal Observatory of Belgium (RWC). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi R² antara sunspot number dengan parameter suhu udara dan RH secara berturut-turut adalah 0,9 dan 2,2. Sementara itu, koefisien korelasi antara sunspot number dengan parameter suhu udara dan RH secara berturut-turut adalah -0,058 dan 0,038. Semua variabel menunjukkan p-value <0,05 yang berarti signifikan secara statistik. Sehingga, peningkatan bilangan sunspot berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan suhu udara dan peningkatan RH di Kota Medan.
Kajian Dinamika Atmosfer saat Terjadinya Cold Surge, Southerly Surge, dan Borneo Vortex dengan Memanfaatkan Model WRF Dendi Rona Purnama; Wiliam Wiliam; Sinto Lestari; Yosafat Donni Haryanto; Nelly Florida Riama
POSITRON Vol 11, No 1 (2021): Vol. 11 No. 1 Edition
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univetsitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.175 KB) | DOI: 10.26418/positron.v11i1.45762

Abstract

Fenomena cuaca seperti cold surge, southerly surge, dan Borneo vortex dapat menjadi penyebab anomali musim hujan di Indonesia. Penelitian ini mengkaji dinamika atmosfer saat terjadinya cold surge, southerly surge, dan Borneo vortex di benua maritim Indonesia (BMI) bagian barat pada tanggal 9 – 15 Desember 2012 dengan memanfaatkan model weather research and forecasting (WRF). Penelitian ini menggunakan final global data. Untuk verifikasi digunakan data angin, kelembapan relatif, curah hujan hasil observasi, serta data curah hujan global satellite mapping of precipitation (GSMaP). Metode yang digunakan adalah metode statistik dan deskriptif. Hasilnya didapatkan bahwa model WRF mampu merespon kehadiran cold surge, southerly surge dan Borneo vortex dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai  mean absolute error (MAE) pada kelembapan relatif, kecepatan angin, dan curah hujan yang secara umum masih di bawah nilai toleransi kesalahan. Nilai korelasi yang sangat kuat juga didapatkan pada unsur curah hujan. Namun, model WRF belum mampu mengikuti pola spasial curah hujan GSMaP. Hasil kajian menggunakan keluaran model WRF didapatkan bahwa kehadiran southerly surge mengurangi intensitas cold surge dan Borneo vortex serta menyebabkan penurunan curah hujan di BMI bagian barat. Sementara itu, meningkatnya intensitas cold surge dan Borneo vortex menyebabkan peningkatan curah hujan di BMI bagian barat.
UJI VERIFIKASI DATA PERMUKAAN DAN INDEKS UDARA ATAS HASIL MODEL WRF DENGAN DATA OBSERVASI STASIUN METEOROLOGI SULTAN HASANUDDIN: (STUDI KASUS : 6 DESEMBER 2021) Wahyu Sulistiyono; Muhammad Ivan Rizki Zuliandry; Yosafat Donni Haryanto
OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1 (2023): OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/optika.v7i1.2354

Abstract

Kemajuan teknologi komputasi dalam pengolahan data secara numerik telah dimanfaatkan dalam bidang prakiraan cuaca. Prediksi cuaca berdasarkan model numerik perlu dilakukan pengujian untuk menentukan nilai galat serta akurasi data model terhadap data pengamatan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai galat (error) yang dihasilkan data model WRF (Weather Research and Forecast) terhadap data pengamatan permukaan serta udara atas Stasiun Meteorologi Hasanuddin pada tanggal 6 Desember 2021. Metode Verifikasi yang digunakan terdiri dari RMSE (Root Mean Square Error), ME (Mean Error), MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dan Koefisien Korelasi. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa data pengamatan permukaan hasil model WRF yang paling akurat yaitu data suhu udara, kelembaban relatif, dan tekanan udara dengan nilai persentase galat menurut metode MAPE berada dibawah 4%. Namun nilai korelasi suhu udara, kelembaban relatif, dan tekanan udara berada dibawah 0.1% yang menandakan hubungan data model dan data observasi sangat lemah. Sementara untuk data udara atas yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari data CAPE dan CIN. Pada hasil pengujian didapatkan hasil bahwa data CIN memiliki akurasi yang lebih baik dikarenakan nilai galat yang terukur tergolong rendah dengan persentase MAPE sebesar 3.76%.
ANALISIS KONSENTRASI PM10 dan PM2.5 PADA TITIK PEMANTAUAN BUNDARAN HI JAKARTA PUSAT PERI- ODE DATA FEBRUARI-OKTOBER 2021 A. Rafi Perdana; Atira Indiani Pangastuti; Yosafat Donni Haryanto
Jurnal Samudra Geografi Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : Geography Education Study Program, Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jsg.v6i1.7158

Abstract

DKI Jakarta Province is the capital city of Indonesia which has five major cities, namely Central Jakarta, North Jakarta, South Jakarta, East Jakarta and West Jakarta with a population density of 15,978 people/km2 in 2021. This province also contributes to gas emissions which cause a decrease in air quality through population, industry and transportation activities. This study took samples of PM2.5 and PM10 concentrations at the Hotel Indo- nesia Roundabout Monitoring Points in February-October 2021. The data used was AQMS (Air Quality Monitoring System) data using the average method which then obtained PM2.5 and PM10 data for analyzed further. The results of the analysis showed that there was a pattern of distribution of daily and monthly PM2.5 and PM10 concentrations. The highest daily distribution pattern occurs on Sunday for PM2.5 and Friday for PM10, while the lowest is on Tuesday. The highest monthly distribution pattern occurred in July and the lowest in February. In PM2.5 most of the concen- trations exceed the maximum limit while PM10 overall the concentration is below the maximum limit in ambient air allowed by the government. The air quality in the HI Roundabout area, when viewed from the concentration of PM2.5, is included in the unhealthy category, while judging from the concentration of PM10, it is included in the moderate category.
VERIFIKASI DATA SUHU UDARA LUARAN MODEL IKLIM CMIP5 TERHADAP DATA OBSERVASI PADA WILAYAH PALEMBANG (PERIODE 1975-2005) Wahyu Sulistiyono; Helena Adianova; Yosafat Donni Haryanto
OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1 (2023): OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/optika.v7i1.2661

Abstract

Kenaikan Suhu pada suatu wilayah akibat pemanasan global dapat disimulasikan melalui beberapa pemodelan iklim, salah satunya CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5). Penggunaan model iklim CMIP5 dalam menggambarkan dinamika suhu pada suatu wilayah perlu diverifikasi terlebih dahulu untuk menguji kualitasnya. Pada Penelitian ini, dilakukan verfikasi mengenai korelasi dan penghitungan nilai galat data pemodelan iklim dengan 3 model yaitu, MIROC5, MPI-ESM MR, dan IPSL CM5A-MR. Data observasi suhu yang digunakan adalah data ICOADS. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa model iklim IPSL-CM5A-MR memiliki akurasi terbaik. Model iklim ini memiliki penyimpangan RMSE paling kecil yaitu 3.746. Nilai korelasi yang dihasilkan pada model IPSL-CM5A-MR juga tergolong paling baik diantara model lain. Nilai korelasi dari model ini yaitu 0.25 dengan tingkat hubungan lemah.
PREDIKSI INDEKS NITROGEN DIOKISDA (NO2) MENGGUNAKAN MODEL NEURAL PROPHET STUDI KASUS DKI JAKARTA Jhon Paul Estomihi Togatorop; Risang Bayu Firdaush; Yosafat Donni Haryanto
Indonesian Physics Communication Vol 20, No 3 (2023): IN PROGRESS
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jkfi.20.3.%p

Abstract

Nitrogen dioxide gas (NO2) is one of the air quality parameters that can delay nerve recovery after a stroke. DKI Jakarta as the Capital City of the State of Indonesia continues to experience an increase in population which is marked by an increase in the number of motorized vehicles and infrastructure development. Air quality prediction, especially NO2, is important as an anticipatory step in detecting air pollution, especially if the measuring instrument is damaged. This study uses standard air pollutant index (ISPU) data as a time series from 2018-2021 to predict the NO2 index in 2022 using the Neural Prophet model. The Neural Prophet model which was designed with parameters of 1000 epochs, learning rate of 0.10, proportion validation of 0.10, and daily frequency produced MAE and RMSE models from the training data of 5.967301 and 8.296183. MAE validation and validation RMSE from the proportion of 0.10 tasting data were 19.744997 and 24.084906. The prediction of the NO2 index for 365 days resulting from the Neural Prophet model shows that the NO2 index experiences an increasing trend which is influenced by seasonal events both annually and weekly. Affecting annual seasons, such as national holidays and monsoon rain patterns. The national holidays in question, such as New Year’s Day, Lunar New Year’s Day, and Christmas Day, trigger an increase in traffic flow. The peak of the NO2 index occurred in February and December, while the NO2 index weakened as it entering October.