Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Sipil

Analisis Tren Perubahan Intensitas Hujan (Studi Kasus: Jakarta dan Bogor) Tias Ravena Maitsa; Arno Adi Kuntoro; Deni Septiadi
Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2021.28.2.5

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengkaji perbedaan Kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF) di wilayah Jakarta dan Bogor yang dihitung berdasarkan data Stasiun Kemayoran dan Citeko, terhadap pendekatan Metode Alternating Block Method (ABM), Modified Mononobe, Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Debit Banjir (SNI 2415-2016), dan SNI Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI 03-3424-1994). Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah kajian didominasi oleh kejadian ≤ 4 jam dengan rata-rata persentase volume hujan tertinggi pada dua jam pertama yakni 24,9% di Citeko dan 29,9% di Kemayoran. Rata-rata selisih besaran intensitas hujan berdasarkan data observasi dibandingkan dengan pendekatan Metode ABM serta Modified Mononobe mencapai >14%. Intensitas hujan yang dihitung berdasarkan SNI 03-3424-1994 memberikan hasil rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan intensitas hujan observasi. Pada periode ulang 2, 5, dan 10 tahun, rata-rata perbedaan intensitas hujan berturut-turut sebesar 26,8 mm/jam, 17,6 mm/jam, dan 11,6 mm/jam di Citeko, serta 36,3 mm/jam, 24,7 mm/jam, dan 17,3 mm/jam di Kemayoran. Perhitungan yang sama menggunakan Modified Mononobe memberikan rata-rata intensitas yang lebih rendah yakni 17 mm/jam, 11,4 mm/jam, dan 8,9 mm/jam di Citeko, namun lebih tinggi sebesar 24,1 mm/jam, 47 mm/jam, dan 49,1 mm/jam di Kemayoran. Kajian ini menggarisbawahi perlunya pengembangan standar desain secara kontinu untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Kata-kata Kunci: Distribusi hujan, intensity-duration-frequency, intensitas hujan, alternating block method, modified mononobe. Abstract This study examines differences between Intensity Duration Curve (IDF) in Jakarta and Bogor Area, represented by Kemayoran and Citeko Rainfall Station, with the Alternating Block Method (ABM), Modified Mononobe, Indonesian National Standard (SNI) for Calculating Flood Discharge, and SNI for Road Surface Drainage Design. The results showed that the rainfall in Jakarta and Bogor mainly was less than 4 hours, with the highest percentage of rainfall volume at the first two hours, about 24.9% at Citeko and 29.9% at Kemayoran. The average bias of rainfall intensity calculated from observation data compared with ABM and Modified Mononobe was >14%. Average rainfall intensity, which was computed using SNI 03-3424-1994 was higher than rainfall intensity calculated from observation data. For the return period of 2, 5, and 10 years, the bias was about 26.8 mm/h, 17.6 mm/h, and 11.6 mm/h, respectively, at Citeko, and 36.3 mm/h, 24.7 mm/h, and 17.3 mm/h, respectively at Kemayoran. Same comparison using Modified Mononobe resulted in lower rainfall intensity about 17 mm/h, 11.4 mm/h, and 8.9 mm/h, respectively at Citeko, and 24.1 mm/h, 47 mm/h, and 49.1 mm/h, respective, at Kemayoran. This study underlined the importance of continuous development of design standards to cope with climate change. Keywords: Intensity-duration-frequency, rainfall distribution, rainfall intensity, alternating block method, modified mononobe.  
Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan terhadap Debit Banjir di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu Mohammad Farid; Maryo Inri Pratama; Arno Adi Kuntoro; Mohammad Bagus Adityawan; Faizal Immaddudin Wira Rohmat; Idham Riyando Moe
Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 3 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2021.28.3.8

Abstract

Abstrak Jakarta yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan bisnis Indonesia seringkali mengalami permasalahan bencana banjir. Kejadian banjir yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh tingginya intensitas hujan yang terjadi namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, khususnya perubahan tutupan lahan yang memperkecil daerah resapan air hujan.. Studi ini merupakan suatu upaya untuk memprediksi dampak perubahan tutupan lahan yang terjadi terhadap dinamika banjir yang melanda ibu kota Negara Indonesia ini. Penelitian ini terbagi dalam 3 bagian yaitu pengumpulan data, pemodelan hidrologi dan analisis sensitivitas banjir terhadap perubahan tutupan lahan. Hidrograf Sintetis SCS CN digunakan untuk analisis hidrologi untuk mendapatkan peningkatan debit dan volume limpasan. Analisis hidrologi menunjukkan perubahan tutupan lahan berdasarkan tren yang tercatat menyebabkan peningkatan debit puncak dan volume limpasan pada tahun 2030 masing-masing sebesar 26% dan 24%. Namun demikian, dengan mengikuti Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor dan sekitarnya, peningkatan pengaruh banjir terhadap debit puncak dan volume limpasan dapat diminimalisir  hingga berturut-turut sebesar 5.26% dan 4.94%. Setiap 13 km2 kawasan hutan atau pertanian yang diubah menjadi kawasan perkotaan atau tanah kosong, debit puncak banjir dan volume limpasan meningkat sebesar 4.63% dan 4.34%. Kata-kata Kunci: Ciliwung, banjir, SCS-CN. Abstract Jakarta, serves as the center of government and business in Indonesia, often experiences flood problems. The floodings that occur is not only caused by the high intensity of rain but is also influenced by other factors, especially changes in land cover that reduce the rainwater catchment area. This study is an attempt to predict the impact of land cover changes on the dynamics of floods that hit the capital city of Indonesia. This research is divided into 3 parts, namely data collection, hydrological modeling and analysis of flood sensitivity to land cover changes. SCS CN Synthetic Hydrograph was used for hydrological analysis to obtain increased discharge and runoff volume. Hydrological analysis shows that changes in land cover based on trends will cause an increase in peak discharge and runoff volume in 2030 by 26% and 24%, respectively. However, by following the Spatial Plan for Bogor Regency and its surroundings, the increase in the influence of flooding on peak discharge and runoff volume can be minimized to 5.26% and 4.94%, respectively. Every 13 km2 of forest or agricultural areas that are converted into urban areas or urban area, the peak flood discharge and runoff volume increase by 4.63% and 4.34%. Keywords: Ciliwung, flood, SCS-CN.  
Struktur Berpori Sebagai Upaya Penanggulangan Erosi di Pantai Utara Jawa: Studi Kasus Pantai Demak, Jawa Tengah Widyaningtias Widyaningtias; Ingerawi Sekaring Bumi; Joko Nugroho; M. Bagus Adityawan; Arno Adi Kuntoro
Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 3 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2021.28.3.9

Abstract

Abstrak Perubahan garis pantai merupakan salah satu masalah yang dihadapi masyarakat di kawasan pesisir utara Jawa, Indonesia. Hilangnya sabuk mangrove di kawasan pantai secara bertahap menyebabkan terjadinya erosi pantai. Untuk mengatasi masalah tersebut, konsep adaptif menggunakan Building with Nature (BwN) mulai dikembangkan di beberapa lokasi di pantai utara Jawa. Konsep ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan erosi dengan memanfaatkan proses alam dan tetap memperhatikan kelangsungan ekosistem setempat, yaitu dengan pembangunan struktur berpori (permeable structure). Di kawasan pesisir Demak, pembangunan struktur berpori dimulai sejak 2013 di Desa Bogorame dan mampu menahan sedimen setinggi 45 cm dalam 1.5 tahun. Pemodelan akan menggunakan perangkat lunak Delft3D dengan meggabungkan antara model Delft3D-Flow dan Delft3D-Wave. Pemodelan dilakukan dengan menempatkan thin dam sebagai struktur berpori sesuai kondisi eksisting di lapangan. Simulasi akan dilakukan pada musim hujan dan kemarau, dengan memasukkan input gelombang signifikan pada kedua musim tersebut. Berdasarkan simulasi, dapat disimpulkan bahwa pada musim penghujan, struktur berpori menangkap lebih banyak sedimen dibandingkan pada musim kemarau. Pada beberapa lokasi, erosi terjadi saat musim penghujan, namun akan terisi kembali pada saat musim kemarau. Lebih lanjut lagi, konsep adaptif dari struktur berpori ini diharapkan dapat mempercepat restorasi pantai di kawasan pesisir Demak. Kata-kata Kunci: DELFT3D, erosi pantai, struktur berpori. Abstract Shoreline degradation in North Java, Indonesia, becomes one of severe problem that have to be overcome by habitat along its coastal. The gradually vanishing of mangrove greenbelt indicates starting of coastal erosion. To solve that problem, the adaptive concept using Building with Nature (BwN) has been started to develop in some region in North Java Coastal area. This concept is expected as one of solution to restore coastal erosion by enhancing natural process. The application of permeable structures is proposed. The construction of permeable structures was started since 2013 in Bogorame area and has been trapped sediment up to 45 cm in 1.5 years. The simulation will be conducted using Delft3D by coupling between Delft3D-Flow and Delft3D-Wave. The model is simulated by using thin dams as permeable structures as in existing field condition, and will be modeled in wet and dry seasons. Based on simulations, it can be concluded that in wet season, permeable structures can trap more sediment compared with in dry season. In some location erosion occurs. However, it can be recharged by sediment transport during dry season. Furthermore, sustainability of this adaptive concept is expected to enhance the coastal restoration in Demak coastal area. Keywords: DELFT3D, coastal erosion, permeable structure.  
Analisis Program Preservasi Jalan Terdampak Banjir Menggunakan Model Markov Chain yoga bimo aulia; Russ Bona Frazila; Arno Adi Kuntoro
Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 2 (2023): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2023.30.2.14

Abstract

Abstrak Dalam beberapa tahun terakhir, banjir telah menyebabkan gangguan pada sistem pengelolaan jalan dengan meningkatkan biaya rehabilitasi secara signifikan. Pada penelitian ini dilakukan analisis pengaruh banjir, lalu lintas dan riwayat penanganan terhadap deteriorasi kondisi perkerasan jalan dimasa akan datang. Analisis dilakukan pada semua ruas jalan nasional di provinsi Bengkulu. Berdasarkan MPT yang dihasilkan, kondisi kategori lalu lintas mempengaruhi tingkat penurunan maupun kenaikan kondisi perkerasan dimana lalu lintas tinggi memiliki tingkat penurunan kondisi perkerasan lebih tinggi daripada lalu lintas sedang maupun lalu lintas rendah. Kondisi antara segmen banjir dan tidak banjir juga berbeda dalam perubahan kondisi perkerasan dimana segmen banjir tingkat penurunan kondisi perkerasan lebih cepat dari segmen tidak banjir. Pada analisis perubahan kondisi perkerasan di masa akan datang, perbandingan jumlah keputusan penanganan yang diberikan pada Markov Chain probabilitas tertinggi dibandingkan dengan IRMS V.3 menunjukan hasil yang berbeda, dimana pada Markov Chain penurunan kondisi perkerasan baik IRI maupun PCI lebih cepat sehingga lebih sering dilakukan penanganan rehabilitasi daripada menggunakan IRMS V.3 yang penurunan kondisi jalan cendrung lebih lambat. Kata-kata Kunci: Banjir, deteriorasi, IRI, IRMS V.3, markov chain, PCI. Abstract In recent years, floods have disrupted the road management system by significantly increasing rehabilitation costs. In this study, an analysis of the flooding’s effect, traffic and maintenance history on the deterioration of pavement conditions in the future was carried out. The analysis was carried out on all national road sections in Bengkulu province. Based on the resulting MPT, traffic category conditions affect the level of decrease or increase in pavement conditions where high traffic has a higher rate of decline in pavement conditions than medium traffic and low traffic. The conditions between the flooded and non-flooded segments are also different in terms of changes in pavement conditions where the flooded segment has a faster rate of decline than the non-flooded segment. In the analysis of future deterioration of pavement conditions, a comparison of the number of treatment decisions given to Markov Chain has the highest probability compared to IRMS V.3 showing different results, where on Markov Chain the deterioration of pavement conditions, both IRI and PCI, is faster so that rehabilitation is carried out more frequently. rather than using IRMS V.3 which tends to decrease road conditions more slowly. Keywords: Deterioration, flooding, IRI, IRMS V.3, markov hain, PCI Â