Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Efektifitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada Masa Pandemi Covid-19 Manullang, Juanda; Sidabutar, Hasudungan; Manullang, Agustinus
Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran Vol 5, No 3 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pembelajaran pada masa pandemi di ruang virtual yang hanya mendengar dan mengerjakan tugas tanpa melibatkan siswa aktif akan berdampak pada tujuan pembelajaran yang tidak tercapai dan hasil belajar siswa yang menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan one group pretest-posttest design dengan taraf signifikansi 5%. Populasi t pada penelitian ini merupakan seluruh siswa beragama Kristen kelas XI yang berjumlah 104 siswa. Penentuan sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus Isacc and Michael dengan taraf kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel adalah sebanyak 83 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan inferensisal. Hasil analisis data dengan menggunakan rumus uji t diperoleh thitung sebesar 9,482. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 1,66. Hal itu berarti thitung lebih besar dari ttabel., sehingga metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar PAK pada masa pandemi Covid-19. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Filsafat Ilmu Pendidikan Agama Kristen dan Praksisnya bagi Agama Kristen Masa Kini Hasudungan Sidabutar
PEADA': Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 1 No. 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/peada.v1i2.20

Abstract

Abstract: Philosophy is a method of thinking systematically and critically. In connection with Christian religious education, it must be studied systematically and critically as basis for knowledge so that it is parallel to other sciences that show real benefits for the development of humanity. The author will describe Christian Religious Education as a science praxis ontologically, epistemologically and axiologically. The method used in this research is systematic literature study approach. Ontologically Christian religious education must be a strong guide towards the journey of human life so that it is able to exist and exist both theologically and socially. Epistemology talks about knowledge. Epistemologically, the Bible and Jesus are the epistemological sources of Christian religious education. Axiology speaks of utility value. The axiological foundation of Christian Religious Education is a loving humanist inspired by Christian values. In other words, it axiology helps to humanize humans and free them from the alienation of their human role in life. Abstrak: Filsafat merupakan metode berfikir secara sistematis dan kritis. Sehubungan dengan pendidikan agama Kristen, maka ia harus dikaji secara sistematis dan kritis sebagai basis ilmu sehingga mampu sejajar dengan ilmu-ilmu lain yang menunjukkan kemanfaatan nyata bagi perkembangan kemanusiaan. Penulis akan menguraikan Pendidikan Agama Kristen sebagai praksis ilmu secara ontologis, epistemologis dan aksiologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi literatur. Secara ontologis pendidikan agama Kristen harus menjadi pedoman yang kuat kearah perjalanan hidup manusia supaya ia mampu ber-ada dan ber-eksistensi baik secara teologis maupun sosial. Epistemologi berbicara tentang pengetahuan. Secara epistemologis, Alkitab dan Yesus adalah sumber epistemologi pendidikan agama Kristen. Aksiologi berbicara tentang nilai kegunaan. Landasan aksiologis pendidikan agama Kristen adalah humanis yang penuh kasih yang dijiwai oleh nilai-nilai kristiani. Dengan kata lain aksiologis dapat membantu memanusiakan manusia dan membebaskannya dari keterasingan fungsi kemanusiaannya dalam kehidupan.
Teologi Keselamatan Injil Lukas 19:1-10 dan Relevansinya Bagi Pendidikan Agama Kristen Hasudungan Sidabutar; Rinto Hasiholan Hutapea
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 10 No 1 (2020): SANCTUM DOMINE December 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46495/sdjt.v10i1.80

Abstract

This study explores the concept of salvation. The study aims to answer the problem of differences in the concept of safety that students have in schools. The research method used in this research is qualitative research with a literature approach. The results of the research are as follows: First, the salvation of the Old Testament to the New Testament is the salvation of God Himself. Second, man is not saved by his own efforts but rather the Work of God, who is active in the work of salvation. Third, the Gospel of Luke contains a universal theology of salvation. Fourth, salvation does not look at boundaries, but salvation from God through Jesus Christ breaks through the boundaries made by humans. Fifth, human judgment is not the determinant of salvation but only God Himself should place it. Sixth, the concept of salvation in the Gospel of Luke 19: 1-10 can be considered in Christian Religious Education learning materials in schools.
Problem dan prospek metode penguatan terhadap pendidikan karakter keluarga Kristen : Indonesia Hasudungan Sidabutar; Juanda Manullang
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 5 No. 1 (2021): How the Holy Spirit help churches to respond today issues
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v5i1.68

Abstract

AbstrakPenguatan merupakan suatu metode dalam penerapan pendidikan karakter keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana metode reinforcement terhadap penguatan pendidikan karakter keluarga, khususnya di era pandemic covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka. Reinforcement merupakan salah satu teori motivasi yang bertujuan agar terjadinya pengulangan terhadap tingkah laku yang diberi penguatan. Ada 5 bentuk dari aspek penguatan pendidikan karakter dengan pendekatan reinforcement oleh guru dan orangtua yaitu sikap kehangatan, sikap antusiasme, kebermaknaan hidup, menghindari respon negatif dan keteladanan. Lewat pendekatan ini akan memberikan efek penguatan pada pendidikan karakter kristiani pada pendidikan agama Kristen keluarga.   AbstractReinforcement is a method in the application of family character education. The purpose of this study is to describe how the reinforcement method is to strengthen family character education, especially in the era of the covid-19 pandemic. This study uses a systematic literature review method (library review). Reinforcement is one of the motivational theories that aims to make repetition of behavior that is given reinforcement occur. There are 5 forms of strengthening aspects of character education with a reinforcement approach by teachers and parents, namely an attitude of warmth, enthusiasm, meaning in life, avoiding negative responses and exemplary. Through this approach, it will have a strengthening effect on Christian character education in family Christian religious education.
Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Kristen RJ Natongam Sianturi; Hasudungan Sidabutar
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 1 No 1 (2019): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v1i1.8

Abstract

This study was a survey research and the technique of collecting data was questionnaire. The result shown that there are 18 types of premarital sexual behaviour conducted by students of Program Studi PAK STAKN Kupang, they are: 1) holding partner's hands;2) cuddling;3) kissing on cheek;4) kissing on lips; 5) watching the porn video; 6) saving and searching porn images through internet line; 7) imaginating sexual intercourse; 8) talking porns with friends; 9) kissing the neck; 10) kissing onto breast; 11) touching breast; 12) fingering; 13) masturbating; 14) sex talk (talking dirty) with partners; 15) sex chat or sex phone or sex cam; 16) petting; 17) conducting intercourse; 18) oral sex. The patterns of sexual behaviour in this study were 3 types, they are: 1) holding partner's hands; 2) cuddling; 3) kissing on cheeks. The three of these types were in the high percentages, whereas the 15 left were in low percentages. In anticipating premarital sexual behavior among students, especially those who have sexual intercourse to lead to pregnancy. It is needed an action from the university management to students both men and women who disobey the rules by dropping them out from the college. It is expected to be cured of habbit for rule violators and provide lessons to their junior. Penelitian ini merupakan penelitian survei tentang perilaku seksual pranikah di kalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Kristen STAKN Kupang. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada delapan belas bentuk perilaku seksual pranikah mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen STAKN Kupang yaitu: 1) pegangan tangan dengan pacar atau pasangan; 2) berpelukan dengan pacar atau pasangan; 3) berciuman pipi dengan pacar atau pasangan; 4) berciuman bibir dengan pacar atau pasangan; 5) menonton video porno; 6) menyimpan atau mencari gambar porno dari internet; 7) membayangkan melakukan seksual dengan lawan jenis; 8) membicarakan hal porno dengan teman; 9) mencium leher atau leher dicium pacar atau pasangan; 10) berciuman sampai ke daerah payudara; 11) memegang payudara atau payudara dipegang pacar atau pasangan; 12) memegang alat kelamin pacar atau pasangan; 13) masturbasi atau onani; 14) membicarakan hal porno dengan pacar atau pasangan; 15) melakukan chat sex atau sms sex atau phone sex atau cam sex; 16) petting; 17) melakukan hubungan seksual; dan 18) oral sex. Tiga bentuk perilaku seksual yaitu: 1) pegangan tangan dengan pacar atau pasangan; 2) berpelukan dengan pacar atau pasangan; 3) berciuman pipi dengan pacar atau pasangan dengan persentase tinggi sedangkan lima belas bentuk perilaku seksual lainnya berada pada persentase rendah.`Untuk mengantisipasi perilaku seksual pranikah di kalangan mahasiswa terutama yang melakukan hubungan seksual hingga mengakibatkan kehamilan perlu ada sikap yang tegas dari pimpinan perguruan tinggi kepada mahasiswa yang melanggar aturan yang ada baik laki-laki maupun perempuan dengan memberhentikan atau mengeluarkan mereka dari perguruan tinggi tersebut. Hal itu diharapkan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar aturan sekaligus memberikan pembelajaran kepada adik-adik kelasnya.
Efektifitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada Masa Pandemi Covid-19 Juanda Manullang; Hasudungan Sidabutar; Agustinus Manullang
Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 3 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jipp.v5i3.39268

Abstract

Kegiatan pembelajaran pada masa pandemi di ruang virtual yang hanya mendengar dan mengerjakan tugas tanpa melibatkan siswa aktif akan berdampak pada tujuan pembelajaran yang tidak tercapai dan hasil belajar siswa yang menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan one group pretest-posttest design dengan taraf signifikansi 5%. Populasi t pada penelitian ini merupakan seluruh siswa beragama Kristen kelas XI yang berjumlah 104 siswa. Penentuan sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus Isacc and Michael dengan taraf kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel adalah sebanyak 83 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan inferensisal. Hasil analisis data dengan menggunakan rumus uji t diperoleh thitung sebesar 9,482. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 1,66. Hal itu berarti thitung lebih besar dari ttabel., sehingga metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar PAK pada masa pandemi Covid-19. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sikap Kritis Manusia Di Masa Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan: Human Critical Attitude In The Covid-19 Pandemic In The Education Philosophy Perspective Hasudungan Sidabutar; Rinto Hasiholan Hutapea
Widyadewata Vol. 3 No. 1 (2020): Widyadewata : Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
Publisher : Balai Diklat Keagamaan Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/widyadewata.v3i1.6

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap kritis manusia di masa pandemi covid-19 dalam perspektif filsafat pendidikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kegelisahan manusia di masa pandemi covid-19 dan bagaimana sikap kritis manusia dalam menghadapi pandemi covid-19 dilihat dari perspektif filsafat pendidikan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kegelisahan manusia di masa pandemi covid-19 dan bagaimana sikap kritis manusia dalam menghadapi pandemi covid-19 dilihat dari perspektif filsafat pendidikan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, sikap kritis manusia dalam menghadapi pandemi covid-19 membutuhkan wawasan dan pemikiran kritis. Pemikiran kritis ini penting dalam mencari solusi pencegahan Covid-19 dan mengatasi kesulitan hidup. Kedua, filsafat pendidikan mendorong manusia untuk mencintai hidup. Mencintai hidup penting di tengah-tengah kesulitan dan ketertindasan hidup oleh karena pandemi covid-19. This study aims to analyze the critical attitude of humans during the covid-19 pandemic in the perspective of educational philosophy. The research method used in this research is descriptive qualitative. The formulation of the problem in this study is how the description of human anxiety in the covid-19 pandemic and how human critical attitude in dealing with the covid-19 pandemic are viewed from the perspective of educational philosophy. The purpose of this research is to find out the picture of human anxiety in the covid-19 pandemic and how human critical attitude in dealing with the covid-19 pandemic viewed from the perspective of educational philosophy. The results of the study are as follows: first, the human paradox in dealing with the covid-19 pandemic requires and critical thingking. This critical thinking is important in finding covid-19 prevention solutions and overcoming life’s difficulties. Second, the philosophy of education encourages people to love life. Loving life is important amidst the difficulties and oppression of life because of the covid-19 pandemic.
Relevansi Ilmu Filsafat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pendidikan Agama Kristen Hasudungan Sidabutar; Yehezkiel Situmorang
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 4 No 2 (2022): JIREH: Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v4i2.88

Abstract

The concept of Christian theology departs from God as the ultimate reality but philosophy departs from the human mind which thinks critically, questions many things to their roots. This fact often makes many Christians today still have anti-philosophical attitudes, and this certainly has an impact on the development of Christian religious education. History has recorded that the birth of philosophers in the ancient Greek era emphasized how the beginnings of science developed. This happens because philosophy gave birth to a tradition of critical and logical thinking that breaks, liberates, guides and ultimately brings humans to enlightenment. The development of science cannot be separated from this philosophical tradition. The relevance of philosophy to the development of Christian religious education disciplines is if philosophy, first, the tradition of philosophy gets a portion in the practice of Christian religious education. Second, the practice of Christian religious education must provide space for freedom of thought. Third, the practice of Christian religious education is open and not exclusive. The discipline of philosophy should not be ignored, because it is a tool to describe the philosophical foundations of science, namely ontological, epistemological and axiological. Konsep teologi kristen yang berangkat dari Allah sebagai realitas utama namun sebaliknya filsafat berangkat dari pikiran manusia yang berpikir secara kritis, mempertanyakan banyak hal sampai keakar-akarnya. Kenyataan ini yang kerap menjadikan banyak orang kristen pada masa kini masih memiliki sifat anti terhadap filsafat, dan hal ini tentu berdampak pada perkembangan ilmu pendidikan agama Kristen. Sejarah telah mencatatkan bahwa kelahiran para filsuf pada era Yunani kuno menandaskan bagaimana awal mula ilmu pengetahuan berkembang. Hal ini terjadi karena filsafat melahirkan tradisi berpikir kritis dan logis yang mendobrak, membebas, membimbing dan pada akhirnya membawa manusia kepada pencerahan. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari tradisi filsafat ini. Relevansi filsafat terhadap pengembangan disiplin ilmu pengetahuan pendidikan agama Kristen apabila filsafat, Pertama, tradisi ilmu filsafat mendapatkan porsi dalam praktik ilmu pendidikan Agama Kristen. Kedua, praktik pendidikan agama Kristen harus memberi ruang kebebasan untuk berpikir. Ketiga, praktik ilmu pendidikan agama Kristen bersikap terbuka dan tidak eksklusif. Disiplin ilmu filsafat tidak boleh diabaikan, karena ia merupakan alat untuk menguraikan pondasi ilmu secara filosofis yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Komunikasi Dalam Kepemimpinan Kristen Hasudungan Sidabutar; Devi Rianti Sinaga; Horasman Perdemunta Munthe
Tepian : Jurnal Misiologi dan Komunikasi Kristen Vol. 2 No. 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Tepian : Jurnal Misiologi dan Komunikasi Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Communication in leadership is something that is very important and fundamental because communication is a means for leaders to convey ideas for progress and success. This article examines how liberating and transformative communication should be for Christian leadership. Christian leadership upholds Christian values ​​according to what is written in the Bible. The method used in this article is a descriptive qualitative method with a literature study approach. This approach is used to explore and describe the nature of communication and the nature of Christian leadership. From this, a conclusion will be drawn on how the nature of communication in Christian leadership is transformative and liberating. A Christian leader must have good communication skills because it is related to his duty to influence, guide, direct, encourage members to carry out certain activities in order to achieve the goals that have been set and achieve effectiveness in leadership, planning, controlling, and coordination. The results of the study indicate that there are three important things in the communication of a transformative and liberating Christian leader, namely humanistic communication, good-relationship communication and communication that does not self-glorify. The conclusion of the study is that Christian leader communication should bring motivation, not intimidation. It is this motivation that moves everyone to work so that the common goals that have been set can be achieved.
ANALISIS SOSIO-HISTORIS TEKS KEJADIAN 1:28 DAN IMPLIKASINYA BAGI KELAHIRAN ANAK DALAM PERNIKAHAN KRISTEN Purim Marbun; Hasudungan Sidabutar
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v9i2.317

Abstract

Marriage is a conscious choice and becomes one of the essential things in the journey of human life. Therefore, every couple who decides to start a household life brings their own needs, desires and aspirations, including the desire to have children. But the problem is there are married couples who are not blessed with children. If this is related to Christian marriage, how does the Christian faith respond to it? This paper explores the command to be fruitful and multiply in Genesis 1: 28. The method used is hermeneutic with a socio-historical approach to look at the text's origins so that the text's application is in accordance with the context. The results of the study show that the background of Genesis 1: 28 cannot be separated from the events of the life of the Jewish nation (Israel) when they had just returned from exile supported by the Persian empire. As leaders, the priests of Zadok needed many descendants to retrieve inherited land, manage land to revive the economy and pay taxes for the benefit of the lives of the Zadok priests and servants in the temple cult. Based on this, the purpose of Christian marriage is not for that, so physical offspring in Christian marriage is not absolute. The physical birth of offspring in a Christian marriage is a divine mystery. Therefore, a Christian couple with no heart need not feel guilty, let alone think they did not fulfil the commandment in Genesis 1: 28.