Hendro Hariyanto Siburian
Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Peningkatan Minat Belajar Anak Usia Dini Menggunakan Alat Peraga Gambar Hendro Hariyanto Siburian; Julia Galung
PEADA': Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/peada.v3i1.36

Abstract

This study aimed to improve the problem of students' low interest in learning in the learning process in spiritual development lessons. This study uses a qualitative descriptive method with a classroom action research approach. The researcher found that the learning interest of class B, TK Perwita Asih Tawangmangu students in spiritual development lessons was low (initial observation). The research subjects were 14 students of class B, TK Perwita Asih Tawangmangu. The teaching’s aid in the form of pictures are used to explain learning concepts from abstract material to be real and clear, thus stimulating the senses of sight, thoughts, feelings, and attention of students. The results of the implementation of the improvement in learning interest in cycle 1 found 80 percent an increase in interest in learning and the results of the performance test of 82.1 percent. While in cycle 2, there was an increase in the learning interest of class B students in spiritual development lessons by 99.1 percent and the performance test score by 100 percent. In conclusion, there was an increase in the learning interest of class B students in spiritual development lessons through the application of visual aids in the form of pictures. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki masalah rendahnya minat belajar peserta didik dalam proses pembelajaran pada pelajaran bina rohani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas. Peneliti menemukan bahwa minat belajar peserta didik kelas B, TK Perwita Asih Tawangmangu pada pelajaran bina rohani rendah (observasi awal). Subjek penelitian adalah 14 orang peserta didik kelas B, TK Perwita Asih Tawangmangu. Alat peraga berupa gambar dapat digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak menjadi nyata dan jelas, sehingga merangsang indra penglihatan, pikiran, perasaan, dan perhatian peserta didik. Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan minat belajar pada siklus 1 ditemukan 80 persen terjadi peningkatan minat belajar dan hasil tes unjuk kerja sebesar 82,1 persen. Sedangkan pada siklus 2, terjadi peningkatan minat belajar peserta didik kelas B pada pelajaran bina rohani sebesar 99,1 persen dan nilai tes unjuk kerja sebesar 100 persen. Kesimpulannya, terjadi peningkatan minat belajar peserta didik kelas B pada pelajaran bina rohani melalui penerapan alat peraga berupa gambar.
Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama dan Implementasinya Bagi PAK Masa Kini Hendro Hariyanto Siburian; Arif Wicaksono
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.001 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i2.75

Abstract

Sejak lahir manusia mengalami proses tumbuh kembang fisik, jiwa, dan akal pikiran yang disertai dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga terjadi dalam pendidikan agama Kristen, di mana yang menjadi objek belajar adalah Firman Tuhan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan eksposisi kata belajar yang terdapat di Perjanjian Lama, sehingga mendapatkan makna kata belajar.Kata belajar dalam Perjanjian Lama ditulis dalam dua kata yaitu; pertama, kata לָמַד lamad yang bermakna belajar merupakan proses mendalami, memahami sampai mampu melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan. Kedua, kata לַהַג  laºhag yang bermakna belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan saja, sehingga dalam pendidikan agama Kristen, proses belajar yang dilakukan peserta didik jangan hanya sampai pada mendapatkan pengetahuan saja (firman Tuhan), melainkan harus sampai kepada menerapkan atau melakukannya (firman Tuhan) dalam kehidupan sehari-hari.
Keseimbangan Pertumbuhan Spiritual Dan Intelektual: Teladan Yesus Dan Paulus Bagi Hamba Tuhan Masa Kini Haryadi Baskoro; Hendro Hariyanto Siburian
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.003 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i1.37

Abstract

Pelayanan Pentakosta-Karismatik memiliki kekuatan karena menekankan spiritualitas sehingga banyak diberkati dengan berbagai-bagai pengalaman supranatural. Namun pelayanan ini juga membutuhkan keseimbangan antara spiritualitas dan intelektualitas. Kebutuhan itu menjadi mendesak ketika muncul fakta tentang dampak buruk akibat ketidakseimbangan yang tidak ditangani. Paper ini membahas kasus ketidakseimbangan yang terjadi dalam pelayanan salah seorang tokoh pentakosta-karismatik bernama William Marion Branham. Tiga permasalahan yang diteliti adalah, pertama, bagaimana karakteristik ketidakseimbangan itu? Kedua, mengapa terjadi ketidakseimbangan? Ketiga, bagaimana solusi untuk menciptakan keseimbangan yang baik? Penelitian ini bersifat studi kasus dengan kasus tunggal holistik. Dari penelitian literatur tentang tokoh tersebut disimpulkan bahwa karakteristik ketidakseimbangan itu mencakup fase persiapan, pelaksanaan, produk, dan dampak pelayanan yang dihasilkan. Faktor-faktor penyebab terjadinya ketidakseimbangan itu adalah kurangnya bekal pendidikan, kurangnya partner pelayanan yang konstruktif, kultus kepemimpinan yang dilakukan oleh umat, obsesi pada popultaritas, dan obsesi untuk menjadi tokoh pengajar Alkitab. Solusi untuk membangun keseimbangan antara spiritualitas dan intelektuaitas itu adalah penguatan bekal pendidikan, penguatan partnership pelayanan, dan penguatan sistem kontrol pelayanan.
Perempuan dan Peribadatan Menurut 1 Timotius 2:9-15 Arif Wicaksono; Hendro Hariyanto Siburian
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.325 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v3i1.115

Abstract

Kesetaraan Gender antara pria dan wanita adalah masalah yang masih sering diperdebatkan hingga saat ini. Keterlibatan perempuan dalam pelayanan juga masih menuai pro dan kontra di kalangan gereja. Beberapa gereja ada yang menyetujui keterlibatan perempuan dalam peribadatan, namun sebagian gereja masih merasa keberatan akan hal itu. Melihat akan hal ini penulis melalukan penelitian ini dengan menelaah teks 1 Timotius 2:9-15. Metodologi yang penulis gunakan dalam menelaah teks tersebut eksegesis tekstual dengan memerhatikan latar belakang surat, gramatikal dan konteks. Metode ini sangat baik digunakan untuk menguraikan teks tersebut. Dengan menggunakan metode ini diharapkan, pembaca dapat memahami apa yang dimaksudkan Paulus dalam teks1 Timotius 2:9-15 berkaitan dengan Perempuan dan Peribadatan. Pada dasarnya Paulus menulis surat bukan ditujukan untuk memisahkan derajat status sosial antara laki-laki dan perempuan, melainkan justru Paulus sangat menghargai harkat dan martabat perempuan.
Misi Kristologi Dalam Konteks Kebudayaan Firman Panjaitan; Hendro Hariyanto Siburian
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i1.19

Abstract

Seringkali kegiatan misi mengabaikan kebudayaan yang ada di masyarakat, dan hal ini yang mengakibatkan kegiatan misi menjadi tidak efektif dan bahkan menemukan kegagalan. Padahal sebuah tindakan misi harus benar-benar dapat diterima oleh masyarakat yang menjadi sasaran misi, dan jalan masuk untuk bisa hidup di tengah masyarakat adalah dengan hidup dalam kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pemahaman tentang kebudayaan sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang hendak menjalankan misi. Terlebih kalau mau dipahami lebih dalam lagi, kebudayaan merupakan sendi dasar bagi terbentuknya kehidupan dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan adalah rancang bangun kehidupan dan worldview dari sebuah masyarakat. Oleh sebab itu tindakan misi harus memahami nilai kebudayaan yang hidup di tengah masyarakat. Namun hal ini bukan berarti bahwa misi hanya bergantung pada kebudayaan. Misi harus memiliki dasar pijakan yang kuat, sebelum bersentuhan dengan kebudayaan. Dasar pijakan yang harus dimiliki saat hendak bermisi adalah pemahaman yang benar tentang Kristologi, dengan tujuan agar tindakan misi yang dilakukan benar-benar dapat mentransformasi kebudayaan dalam nilai-nilai Kristologi. Dengan menggunakan pendekatan Kristologi untuk bermisi dalam sebuah kebudayaan, maka akan terjadi sebuah bentuk misi yang kontekstual; yang bisa dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah sekaligus sesuai dengan konteks/budaya yang ada. Kata kunci: Misi, kebudayaan, konteks. Masyarakat, worldview
Pray, Praise and Worship: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Nitani Harita; Hendro Hariyanto Siburian
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.129

Abstract

One of the problems found at the level of early childhood education is the undeveloped spiritual intelligence. The undevelopment of spiritual intelligence in class A of TK Harapan Bangsa, characterized by undevelopment  in terms of care, meaning and value, self-control and love. Early childhood is a golden period that requires stimulation and guidance to develop all its potential and spiritual intelligence. Therefore, researchers applied Pray, Praise and Worship activities to develop the spiritual intelligence of students in class A TK Harapan Bangsa. The results of implementing PPW in an effort to develop students' spiritual intelligence are an average of 85% each indicator of spiritual intelligence is well developed. So, it can be concluded that the application of PPW can develop early childhood spiritual intelligence. AbstrakPermasalahan yang ditemukan pada jenjang pendidikan anak usia dini salah satunya adalah belum berkembangnya kecerdasan spiritual. Belum berkembangnya kecerdasan spiritual di kelas A TK Harapan Bangsa, ditandai dengan belum berkembangnya dalam hal kepedulian, memberi makna dan nilai, pengendalian diri dan kasih. Anak usia dini merupakan masa emas yang membutuhkan stimulasi dan bimbingan untuk mengembangkan semua potensi dan kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Oleh karena itu, peneliti menerapkan kegiatan Pray, Praise and Worship (PPW) untuk mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik di kelas A TK Harapan Bangsa. Hasil penerapan PPW dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik sebesar rata-rata 85% tiap indikator kecerdasan spiritual berkembang dengan baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan PPW dapat mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia dini.
Allah yang Kreatif dan Dinamis dalam Ayub 42:7-17: Sebuah Perlawanan terhadap Teologi Retribusi Firman Panjaitan; Hendro Hariyanto Siburian
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 6, No 2: Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v6i2.131

Abstract

Theology often places the discourse on suffering in the concept of retribution, in the sense that suffering can occur because humans oppose God. Therefore, the way of deliverance or solution to suffering is through repentance, steadfastness, and persistence in suffering. This theological model of retribution is very contradictory to the message conveyed in the book of Job. By using the method of narrative interpretation, which tries to divide Job's story into several episodes and draws a "bridge" as a link between these various episodes, this paper intends to describe how God restored Job from all the suffering he had experienced. The conclusion of this research states that the God who is represented in the story of Job is a creative and dynamic God, and this would like to oppose the image of God in the view of retribution - orthodox, who will act based on human actions. The creative and dynamic image of God wants to open the eyes of everyone to believe that God is always involved in human life, not based on what humans do but based on God's free and independent will. Abstrak Teologi seringkali menempatkan diskursus tentang penderitaan dalam konsep retribusi, dalam pengertian penderitaan bisa terjadi karena manusia melawan Allah. Karena itu jalan kelepasan atau penyelesaian terhadap penderi-taan adalah melalui pertobatan, ketabahan dan kesebaran dalam penderitaan. Model teologi retribusi ini sangat berlawanan dengan berita yang disampaikan dalam kitab Ayub. Dengan menggunakan metode tafsir narasi, yang mencoba membagi kisah Ayub dalam beberap episode dan menarik ???benang merah??" sebagai penghubung dari berbagai episode tersebut, tulisan ini hendak meng-gambarkan bagaimana Allah memulihkan Ayub dari segala penderitaan yang telah dialami. Akhir dari penelitian ini menyatakan bahwa Allah yang diha-dirkan dalam kisah Ayub adalah Allah yang kreatif dan dinamis, dan hal ini hendak menentang gambaran tentang Allah dalam pandangan retribusi-ortho-dox, yang akan bertindak berdasarkan tindakan-tindakan manusia. Gambaran Allah yang kreatif dan dinamis hendak membuka mata setiap orang percaya bahwa Allah senantiasa terlibat dalam kehidupan manusia, bukan didasarkan apa yang dilakukan oleh manusia melainkan berdasarkan kehendak Allah yang bebas dan tidak terikat.
Upaya Membangun Kedisiplinan Belajar Peserta Didik Hendro Hariyanto Siburian; Seliyah Seliyah
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.233

Abstract

Discipline in learning is one of the factors in achieving learning goals. Disciplinary problems also occur in class 1 SDK Transformasi students. This indiscipline results in the learning outcomes determined by the school needing to be achieved as contained in the school's curriculum vision and mission. This research method uses descriptive qualitative methods. The aim of this research is to describe the important role of teachers and parents in developing student discipline. The results of this research are that teachers must carry out their roles and functions well, and teachers must also collaborate with students' parents in developing students' discipline. Educators and parents build cooperation through agreement and communication, involvement in decision-making, and parenting. Elements of education and parents work together in an effort to build learning discipline in grade 1 SDK Transformasi students.Kedisiplinan dalam belajar merupakan salah faktor tercapainya tujuan belajar. Permasalahan disiplin juga terjadi pada peserta didik kelas 1 SDK Transformasi. Ketidakdisiplinan tersebut mengakibatkan capaian pembelajaran yang ditentukan sekolah tidak tercapai sebagaimana yang termuat di kurikulum dan visi misi sekolah. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran penting guru dan orangtua dalam mengembangkan kedisiplinan peserta didik. Hasil dari penelitian ini adalah guru harus melakukan peran dan fungsinya dengan baik, guru juga harus bekerjasama dengan orangtua peserta didik dalam mengembangkan kedisiplinan peserta didik. Pendidik dan orangtua membangun kerjasama yang didalamnya ada kesepakatan dan komunikasi, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan parenting. Unsur pendidikan dan orangtua bersinergi dalam upaya membangun kedisiplinan belajar peserta didik kelas 1 SDK Transformasi.
Meningkatkan Resiliensi Akademik Mahasiswa dalam Menghadapi Stres Akademik Melalui Afirmasi Positif Imelda Serliana Siburian; Hendro Hariyanto Siburian
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.234

Abstract

Dalam proses perkuliahan mahasiswa mendapatkan tuntutan akademik yang harus diselesaikan dengan baik dan penuh tanggungjawab. Penulis menemukan rendahnya resiliensi mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu yang diakibatkan stres akademik. Stres akademik ini disebabkan beban tugas kuliah dan kegiatan kampus. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur. Tujuan penulisan ini adalah upaya meningkatkan resiliensi akademik mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu. Adapun hasil penulisan adalah ditemukannya mahasiswa yang tidak mengelola stres akademik dengan baik. Sehingga penulis menawarkan solusi untuk meningkatkan resiliensi akademik dalam menghadapi stres akademik melalui afirmasi positif. Meningkatkan resiliensi pada mahasiswa dapat membantu mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami, afirmasi positif yang diberikan mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu pada dirinya membantu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahannya dengan baik.
Problematika Lembaga Pendidikan Kristen: Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Guru KB Dwiati Yulianingsih; Hendro Hariyanto Siburian
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 6, No 2 (2023): 15 Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v6i2.409

Abstract

Problematika lembaga pendidikan nonformal Kristen masa kini salah satunya kesiapan dalam penyediaan dan tatakelola pendanaan operasional. Problematika ini berimplikasi terhadap motivasi kerja guru dalam menjalankan profesinya. Dimana motivasi guru KB Kristen rendah yang disebabkan lembaga pendidikan Kristen tidak memperhatikan indikator motivasi kerja guru yaitu pemenuhan kebutuhan mendasar seseorang sesuai teori motivasi yang dicetuskan oleh Abraham Maslow. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan literatur. Tujuan dari tulisan ini adalah menawarkan penerapan teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow sebagai upaya meningkatkan motivasi kerja guru KB. Hasil penelitian; ketika lembaga pendidikan Kristen mengimplementasikan teori motivasi Abraham Maslow yaitu pemenuhan kebutuhan fisiologis, keamanan, dimiliki dan dicintai, penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri maka motivasi kerja guru KB akan meningkat.