Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perlakuan Benih Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Rizobakteri untuk Mengendalikan Phytophthora capsici, Meningkatkan Vigor Benih dan Pertumbuhan Tanaman Abubakar Ibrahim; Satriyas Ilyas; Dyah Manohara
Buletin Agrohorti Vol. 2 No. 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.621 KB) | DOI: 10.29244/agrob.2.1.22-30

Abstract

Perlakuan benih menggunakan rizobakteri sebagai alternatif  pengganti penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan penyakit tanaman. Penelitian ini bertujuan (1) menyeleksi keefektifan isolat rizobakteri dalam menghambat pertumbuhan Phytophthora capsici secara in vitro, dan (2) mempelajari pengaruh perlakuan benih menggunakan rizobakteri terhadap pertumbuhan P. capsici, vigor benih dan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini terdiri atas dua tahap percobaan, kedua percobaan tersebut menggunakan rancangan acak lengkap. Percobaan satu (pesemaian) terdiri atas lima taraf yaitu perlakuan benih dengan rizobakteri ST116B, ST156, E3, metalaksil, dan tanpa perlakuan (kontrol). Percobaan dua (di rumah kaca) terdiri atas enam taraf yaitu perlakuan rizobakteri ST116B, ST156, E3, metalaksil, kontrol positif, dan kontrol negatif. Terdapat 7 rizobakteri dari 23 isolat yang diuji yaitu ST156, E3, ST116B, ST81, SK7, ST116, dan ST109B menghambat pertumbuhan P. capsici secara in vitro. Perlakuan benih dengan rizobakteri ST116B, ST156, dan E3 nyata meningkatkan vigor benih pada tolok ukur indeks vigor. Perlakuan benih terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman (jumlah daun) dan berpotensi mengendalikan penyakit busuk phytophthora pada tanaman cabai adalah dengan rizobakteri ST116B.
Perlakuan Benih Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Rizobakteri secara Tunggal atau Kombinasi dapat Mengendalikan Phytophthora capsici dan Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Farih Najah Rosadiah; Satriyas Ilyas; Dyah Manohara
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.977 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.1.1-10

Abstract

ABSTRACTSeed  treatment  of  hot  pepper  using  rhizobacteria  is  an  alternative  to fungicide  use  in controlling  phytophthora  rot  disease.  The  objectives  of this  research  were  to  evaluate: (1)  the effectiveness of rhizobacteria isolates in inhibiting Phytophthora capsici growth and (2) the effect of seed treatment using rhizobacteria on  plant growth,  and  incidence of phytophthora blight  disease. This  research  consisted  of  two  experiments,  all experiments were  arranged in  completely randomized design using one factor. The first experiment (in vitro) consisted of nine levels i.e. sevencombination isolates of rhizobacteria, metalaxyl and control. The second experiment (in the green house)  consisted  of  six  levels  of  seed  treatments  i.e.  ST116B rhizobacteria,  CM8  rhizobacteria, ST116B + CM8  rhizobacteria, metalaxyl, positive control  and negative control. Results of in vitro experiment  showed that  all  rhizobacteria,  single  or  combinations,  were  able  to  inhibit  P. capsicigrowth. The  highest  inhibition  were  shown  by  CM8,  ST116B  + CM8, and ST116B  consecutively.Seed treatments of hot pepper using ST116B, CM8, and ST116B + CM8 rhizobacteria increased the number  of  leaves  6  weeks after  transplanting  and  reduced  the  incidence  of  phytophthora blight disease.  There were no significant  differences whether  the rhizobacteria was applied  singly  or  in combination  of  the  two.  Rhizobacteria  ST116B was  suggested  for  pepper  seed  treatment  before planting.Keywords: metalaxyl, phytophthora blight disease, rhizobacteria ABSTRAKPerlakuan  benih  cabai  menggunakan  rizobakteri  merupakan  alternatif pengganti  fungisida dalam  mengendalikan  penyakit  busuk  phytophthora, yang  disebabkan  oleh  cendawan  patogen Phytophthora  capsici.  Penelitian ini bertujuan (1) mengevaluasi keefektifan  kombinasi  isolat rizobakteri  dalam menghambat  pertumbuhan  P.  capsici,  dan  (2)  mengetahui  pengaruh perlakuan benih dengan rizobakteri dalam meningkatkan vigor benih dan pertumbuhan tanaman, serta dalam mengurangi kejadian penyakit busuk phytophthora. Penelitian ini terdiri atas  dua  tahap percobaan, menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor. Percobaan pertama (in vitro) terdiri atas sembilan taraf yaitu tujuh kombinasi isolat rizobakteri, metalaksil,  dan tanpa perlakuan (kontrol).  Percobaan kedua  (di  rumah  kaca)  terdiri  atas  enam taraf  perlakuan  benih  yaitu  rizobakteri  ST116B,  CM8, ST116B  +  CM8, metalaksil,  kontrol  positif,  dan  kontrol  negatif.  Hasil  percobaan  in  vitro, semua perlakuan rizobakteri baik tunggal maupun yang dikombinasikan mampu menghambat pertumbuhan patogen  P.  capsici.  Persentase  daya hambat tertinggi  berturut-turut  ditunjukkan  oleh  isolat rizobakteri  CM8, kombinasi isolat  rizobakteri  ST116B  +  CM8,  dan  isolat  rizobakteri  ST116B. Perlakuan benih dengan rizobakteri ST116B, CM8, dan ST116B + CM8 tidak dapat meningkatkan vigor  benih,  namun  secara  nyata  meningkatkan pertambahan jumlah  daun  pada  minggu  ke  enam setelah  pindah  tanam, dan menurunkan  kejadian  penyakit  busuk  phytophthora. Tidak terdapat perbedaan  nyata  pengaruh  rizobakteri  yang  diaplikasikan secara tunggal  maupun  kombinasi  dua isolat. Rizobakteri ST116B disarankan untuk digunakan dalam perlakuan benih cabai sebelum tanam.Kata kunci: metalaksil, penyakit busuk phytophthora, rizobakteri
Efektivitas Seed Coating dan Biopriming dengan Rizobakteri dalam Mempertahankan Viabilitas Benih Cabai dan Rizobakteri selama Penyimpanan Ita Madyasari; Candra Budiman; Syamsuddin ,; Dyah Manohara; Satriyas Ilyas
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.861 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.3.192-202

Abstract

ABSTRACTThe objective of the study was to obtain the best coating formula for hot pepper seeds, and evaluate the effect of seed coating and biopriming with rhizobacteria on viability of hot pepper seeds and rhizobacteria during storage. Experiment 1 was arranged in a completely randomized design with one factor i.e. 11 coating formula. Experiment 2 was arranged in a nested plot design with two factors, storage period (0, 4, 8, 12, 16, 20, and 24 weeks) as main factor and seed treatment consisted of 11 treatments (control, seed coating with E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 24 h with E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 48 h with E1+F2B1, ST116B, and CM8; priming metalaxyl) as nested factor. Result of experiment 1 indicated that the best coating formula for hot pepper seed was sodium alginate 2.5% and was used in experiment 2. Experiment 2 showed that seed coating and biopriming with rhizobacteria were able to maintain seed viability (79-89%) for 24 weeks of storage at 27-30 0C as compared to priming metalaxyl (54%). Biopriming E1+F2B1 24 h or CM8 48 h resulted in the highest index of seed vigor after 24 weeks of storage. Population of rhizobacteria in seed tissue decreased in bioprimed seeds from 105-107 cfu g-1 to 104 cfu g-1 after being stored for 24 weeks. Keywords: rhizobacteria isolates, seed treatment, seed vigor, sodium alginate ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula coating terbaik pada benih cabai dan mengevaluasi pengaruh seed coating dan biopriming dengan rizobakteri dalam mempertahankan viabilitas benih cabai dan rizobakteri selama penyimpanan. Percobaan 1 menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor yang terdiri atas 11 formula coating. Percobaan 2 menggunakan rancangan petak tersarang dua faktor, periode simpan (0, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 minggu) sebagai faktor utama dan perlakuaan benih yang terdiri atas 11 perlakuan (kontrol, seed coating dengan E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 24 jam dengan E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 48 jam dengan E1+F2B1, ST116B, dan CM8; priming metalaksil) sebagai faktor tersarang. Hasil Percobaan 1 menunjukkan bahwa formula coating terbaik untuk benih cabai ialah natrium alginat 2.5% dan digunakan pada percobaan 2. Percobaan 2 menunjukkan bahwa seed coating dan biopriming dengan rizobakteri mampu mempertahankan viabilitas benih (78-89%) selama 24 minggu penyimpanan pada suhu 27-30 0C dibandingkan priming metalaksil (54%). Biopriming E1+F2B1 24 jam atau biopriming CM8 48 jam menghasilkan indeks vigor paling tinggi setelah disimpan selama 24 minggu. Populasi rizobakteri di dalam jaringan benih menurun pada benih yang diberi perlakuan biopriming dari 105-107 cfu g-1 menjadi 104 cfu g-1 setelah disimpan selama 24 minggu.Kata kunci: isolat rizobakteri, natrium alginat, perlakuan benih, vigor
Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Cabai dan Pengendalian Busuk Phytophthora melalui Biopriming Benih dengan Rizobakteri Asal Pertanaman Cabai Jawa Timur Aulia Zakia; Satriyas Ilyas; Candra Budiman; Syamsuddin ,; Dyah Manohara
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.117 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.3.171-182

Abstract

ABSTRACT The objectives of this study was to evaluate biopriming of chili seed with rhizobacteria to improve plant growth and control Phytophthora blight disease in a greenhouse. This experiment used three isolates of rhizobacteria, i.e. E1, E3C2 and F2B1, and isolate Phytophthora capsici (Cb6) isolated from the production center of chili in East Jawa. Laris variety from PT. East West was used in this experiment. This experiment used randomized block design with one factor, i.e. 11 levels of seed treatment (E1 rhizobacteria, E3C2 rhizobacteria, F2B1 rhizobacteria, E1+E3C2 rhizobacteria, E1+F2B1 rhizobacteria, E1+E3C2+F2B1 rhizobacteria, seed soaking in water, without soaking, metalaxyl, positive control and negative control). The result showed that seed treatment with combination of E1+F2B1 isolates when grown in nursery, significantly increased the height and number of leaves in chilli. Besides, seed treatment with F2B1 isolate and combination of E1+F2B1 isolates after transplanting were capable to improve plant growth and control Phytophthora blight disease in greenhouse.Keywords: greenhouse, isolate rhizobacteria, Phytophthora capsici  ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah mengevaluasi perlakuan biopriming benih cabai dengan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan bibit dan mengendalikan kejadian busuk Phytophthora di rumah kaca. Perlakuan biopriming benih dengan rizobakteri menggunakan tiga isolat rizobakteri E1, E3C2 dan F2B1 dan isolat Phytophthora capsici Cb6 hasil eksplorasi pertanaman cabai Jawa Timur. Benih yang digunakan dalam percobaan merupakan benih varietas Laris produksi PT. East West. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, masing-masing perlakuan diulang empat kali, dengan 11 taraf perlakuan, antara lain R0+ (kontrol positif, benih direndam dalam PDB tanpa perlakuan rizobakteri dengan inokulasi P. capsici), R0- (kontrol negatif, benih direndam dalam PDB tanpa perlakuan rizobakteri dan tanpa inokulasi P. capsici), R1 (perlakuan benih dengan isolat E1), R2 (isolat E3C2), R3 (isolat F2B1), R4 (kombinasi isolat E1+E3C2), R5 (kombinasi isolat E1+F2B1), R6 (kombinasi isolat E1+E3C2+F2B1), R0RA (benih direndam dalam air 24 jam), R0TR (benih tanpa rendam), R0M (benih direndam dalam metalaksil). Tanah inokulum P. capsici diberikan 28 hari setelah pindah-tanam di sekitar pangkal batang tanaman cabai di bawah permukaan tanah. Hasil percobaan menunjukkan, perlakuan dengan kombinasi isolat E1+F2B1 saat persemaian di rumah kaca nyata meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai. Perlakuan benih dengan isolat F2B1 maupun kombinasi isolat E1+F2B1 setelah pindah-tanam di rumah kaca memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman serta mengendalikan penyakit busuk Phytophthora. Kata kunci: isolat rizobakteri, Phytophthora capsici, rumah kaca
PENGARUH KELENGASAN TANAH TERHADAP DAYA BERTAHAN HIDUP Trichoderma harzianum DAN EFIKASINYA TERHADAP Phytophthora capsici L. Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Phytophthora capsici Leonian meru-pakan jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada. Saat ini penyakit BPB dapat ditemukan di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia dengan perkiraan kerugian pada akhir tahun 2007 se-besar Rp 19,6 milyar. Alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan dan relatif murah adalah menggunakan musuh alami dari jamur patogen tersebut. Berdasarkan hasil pe-nelitian secara in vitro, jamur Trichoderma harzianum (TSM) asal risosfera tanaman lada di Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi merupakan antagonis P. capsici. Formulasi starter TSM yang terdiri dari campuran alang-alang dan tanah merupakan bentuk starter yang baik untuk diaplikasikan sebagai pengendali P. capsici. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi (1) pengaruh jenis tanah dan ke-lengasan tanah terhadap perkembangan T. harzianum asal formulasi starter; dan (2) pe-ngaruh waktu aplikasi starter TSM terhadap serangan P. capsici pada tanaman lada. Pene-litian dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sejak 2003 sampai dengan 2007. Tiga jenis tanah yang diuji adalah tanah asal Bogor (Latosol), Lampung (Latosol) dan Bangka (Podzolik) dengan kelengasan 40, 70 dan 100% kapasitas lengas. Hasil penelitian mengungkap-kan bahwa kelengasan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan propagul T. harzianum asal starter adalah 70% kapasitas lapang. Pola peningkatan populasi T. har-zianum pada tanah Bogor berbeda dengan tanah Bangka dan Lampung. Pada tanah Bogor, populasinya meningkat pada awal pengamatan (dua hari setelah diberi perlakuan starter), ka-rena tanah mangandung C-organik paling ting-gi dibandingkan tanah Bangka dan Lampung. Populasi jamur pada semua perlakuan ternyata mengalami penurunan setelah 3 minggu diin-kubasi. Pada tanah Bangka dan Lampung, populasi jamur tersebut berada stabil dalam keadaan rendah setelah 6 minggu sedang pada tanah Bogor, 9 minggu setelah inkubasi. Aplikasi starter T. harzianum harus dilakukan dua minggu sebelum inokulasi P. capsici di dalam tanah. Implikasi dari penelitian ini adalah, aplikasi starter T. harzianum (TSM) untuk mencegah terjadinya infeksi P. capsici harus dilakukan sebelum penanaman benih lada dan disertai dengan penambahan bahan organik. 
APLIKASI Fusarium oxysporum NON PATOGENIK (FoNP) UNTUK MENGINDUKSI KETAHANAN BIBIT LADA TERHADAP Phytophthora capsici L. Rita Noveriza; Mesak Tombe; H. Rialdy; Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

Application of Fusarium oxysporum Non Pathogenic (FoNP) in Inducing Resistance of Black Pepper Seedlings to Phytophthora capsiciPhytophthora capsici Leon is a soil borne pathogen which is known as the causal agent of Foot rot disease of black pepper (Piper nigrum L.). Induced plant resistance against pathogens is a widespread phenomenon that has been intensively investigated with respect to the underlying signaling pathway as well as to its potential use in plant protection. This study used non pathogenic Fusarium oxysporum (FoNP) For inducing resistance on black pepper cuttings against Foot rot disease at laboratory and glass house of Phytopatology Laboratory of Indonesian Spice and Medicinal Crop Research Institute-Bogor from July until December 2004. It was observed that FoNP had ability to reduce disease severity. The level of  effectiveness was 84,99 percent (at Four months seedlings). The level of effectiveness of fungicide treatment was 14,49 percent. FoNP was able to colonize black pepper seedlings up to two and a half months. The lowest viabilities of P. capsici was observed on black pepper seedling treated with Organo-TRIBA. This study suggest that FoNP has potential to be used in inducing resistace of black pepper seedlings to foot rot disease, eventually will reduce severity of the disease. 
BERCAK DAUN PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper nigrum L.) Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada di sebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Kerugian akibat serang-an patogen tersebut pada awal tahun 2006 di-perkirakan Rp 4,9 milyar. Seluruh bagian tanaman lada dapat diserang Jamur P. capsici, serangan pada daun menyebabkan bercak daun sedang serangan pada akar atau pangkal batang menyebabkan kematian tanaman secara cepat. Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari penelitian laboratorium dan rumah kaca dengan tujuan mengamati (1) perkembangan bercak daun P. capsici pada tanaman lada sampai terjadinya gugur daun sakit, (2) kemampuan bertahan hidup P. capsici pada bercak daun serta penelitian lapang dengan tujuan meng-amati (3) perkembangan intensitas bercak daun Phytophthora menjadi penyakit BPB. Inokulasi daun-daun lada dilakukan dengan menempel-kan potongan biakan P. capsici berdiameter ±0,5 cm di tengah-tengah permukaan bawah daun. Gejala bercak daun akan nampak 24 jam setelah inokulasi. Bentuk bercak agak bulat dan berkembang terus sampai tepi daun, walaupun daun telah gugur. Daun sakit mulai gugur pada hari ketiga setelah inokulasi dan pada hari ke-enam semua daun sakit telah gugur. Pada pagi hari terdapat lapisan air di permukaan bawah bercak yang mengandung sporangia dan zoos-pora. Jamur P. capsici dapat bertahan hidup di dalam tanah sebagai saprob pada bercak daun selama 14 minggu dengan kelengasan tanah 60% sedang pada kelengasan tanah 80 sampai 100%, jamur dapat bertahan lebih dari 14 minggu, selanjuntnya propagul jamur ditemu-kan pada tanah di sekitar daun sakit yang telah mulai hancur. Di lapang, propagul P. capsici dijumpai pada tanah dan di sekitar daun sakit yang gugur. Gejala bercak Phytophthora di lapang dengan intensitas awal 10 % dapat ber-kembang menjadi penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan mengakibatkan kematian pertanaman lada dengan laju peningkatan se-besar 2,99%/bulan. Adanya gejala bercak da-un pada tanaman lada di lapang merupakan peringatan dini untuk segera melakukan tin-dakan pengendalian secara terpadu.
APLIKASI Fusarium oxysporum NON PATOGENIK (FoNP) UNTUK MENGINDUKSI KETAHANAN BIBIT LADA TERHADAP Phytophthora capsici L. Rita Noveriza; Mesak Tombe; H. Rialdy; Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

Application of Fusarium oxysporum Non Pathogenic (FoNP) in Inducing Resistance of Black Pepper Seedlings to Phytophthora capsiciPhytophthora capsici Leon is a soil borne pathogen which is known as the causal agent of Foot rot disease of black pepper (Piper nigrum L.). Induced plant resistance against pathogens is a widespread phenomenon that has been intensively investigated with respect to the underlying signaling pathway as well as to its potential use in plant protection. This study used non pathogenic Fusarium oxysporum (FoNP) For inducing resistance on black pepper cuttings against Foot rot disease at laboratory and glass house of Phytopatology Laboratory of Indonesian Spice and Medicinal Crop Research Institute-Bogor from July until December 2004. It was observed that FoNP had ability to reduce disease severity. The level of  effectiveness was 84,99 percent (at Four months seedlings). The level of effectiveness of fungicide treatment was 14,49 percent. FoNP was able to colonize black pepper seedlings up to two and a half months. The lowest viabilities of P. capsici was observed on black pepper seedling treated with Organo-TRIBA. This study suggest that FoNP has potential to be used in inducing resistace of black pepper seedlings to foot rot disease, eventually will reduce severity of the disease. 
Application of Fungicides and Silica Fertilization Suppress Pyricularia zingiberi Leaf Spot Disease on Red Ginger Marlina Puspita Sari; Dono Wahyuno; Siti Hardiyanti; Dyah Manohara
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 18 No 4 (2022)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.18.4.167-176

Abstract

Application of Fungicides and Silica Fertilization Suppress Pyricularia zingiberi Leaf Spot Disease on Red Ginger Pyricularia zingiberi is the dominant cause of leaf spot disease in Indonesia. Leaf spot disease control still relies on chemical fungicides. The combination of control techniques and the fungicide application timing must be determined to increase control effectiveness and reduce the negative impact of using chemical fungicides. This study aims to assess the combination of fungicide and silica fertilizer and the effective time for controlling leaf spot disease. The research was arranged in a split-split plot design, with silica fertilizer as the main plot, fungicide as a subplot, and the time of application as a subplot. Silica fertilizer (20 mL L-1) was applied at four weeks old red ginger, and then plants were inoculated with P. zingiberi at eight weeks of age. Fungicides were used according to the treatments (12, 14, and 16 weeks of age). There is no interaction between the three tested factors. The application of silica in the form of SiO2 had no significant effect on the severity and rate of disease progression. The application of silica increases the phenol content in red ginger plants. Botanical pesticides made from clove oil induce the synthesis of salicylic acid but are not significant in suppressing the rate of development of leaf spot disease. Mancozeb was more effective in suppressing the rate of development of leaf spot disease than other treatments. The recommended time for fungicide application is when the plants are 14–16 weeks old or when the symptoms of leaf spots begin to appear. Monitoring periodically is necessary.