Anna Mailasari kusuma Dewi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penatalaksanaan Endoscopic Dacryocystorhinostomi Pada Dakriostenosis Rosa Putrie Anindya; Anna Mailasari Kusuma Dewi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.246 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.355

Abstract

Latar belakang :Dacryocystorhinostomy (DCR) adalah prosedur pilihan untuk obstruksi duktusnasolakrimalis dan dakriosistitis. Dua pendekatan utama yang dapat digunakan adalah pendekatan eksternal melalui sayatan transkutan dan pendekatan endonasal dengan endoskopi.Tingkat kesuksesan endoscopic DCR sebesar 84% sedangkan DCR eksternal sebesar 70%.Keuntungan endoscopic DCR yaitu dapat dilakukan pada dakriosistitisakut, tidak ada luka parut di kulit dan nyeri pasca operasi minimal.Tujuan:Melaporkan tindakan endoscopic DCR pada pasien dakriostenosisdi RSUP dr. Kariadi. Kasus:Pasien pertama laki-laki dengan mata kiri dakriosistitiskronik dan fistula saccuslakrimalise.cdakriostenosis dan pasien kedua anak dengan dakriostenosisduplek.Penatalaksanaan:Dilakukan tindakan endoscopic DCR dan pemasangan silicon tube Kesimpulan:TindakanendoscopicDCR memberikanhasil yang baik pada pasien dengan dakriosistitiskronike.cdakriostenosisKata kunci: Dakriostenosis, EndoscopicDacryocystorhinostomy
Penegakkan Diagnosis Dan Manajemen Tatalaksanakista Odontogenik Regio Maksilla Anterior Di RSUP Dr.Kariadi Semarang Christin Rony Nayoan; Riece Hariyati; Anna Mailasari Kusuma Dewi; Dwi Antono
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.233 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.362

Abstract

Latarbelakang :Kistaodontogenic adalah kista dengan struktur epitel berasal dari struktur gigi.Kistaodontogenic sering terjadi didaerah rahang,terutama diregiomaksillaanterior.Tujuan :Untuk memberikan informasi penegakkan diagnosiskista odontogenik terutama di regio maksilla anterior yang sering memberikan gambaran tumor jinak.Laporan kasus :Serial kasus kista odontogenicdiregiomaksilla anterior pada 2 pasien dewasa dengan tatalaksana berupa tindakan ekstirpasi dengan cara enukleasi menggunakan pendekatan midfacialdegloving dan Denkerrhinotomy.Kesimpulan :Kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa kista odontogenik regio maksilla anteriorsering tidak terdiagnosis karena penampakannya menyerupai massa jinak.  Kata kunci :Kistaodontogenik,  maksilla, diagnosis, enukleasi
HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS TERHADAP DERAJAT KONKA HIPERTROFI Brilliani Bintang Permatasari; Anna Mailasari Kusuma Dewi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.66 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24418

Abstract

Latar Belakang : Obesitas merupakan kondisi penimbunan lemak berlebih pada tubuh. Keadaan ini menyebabkan berbagai masalah dalam sisi kesehatan. Salah satunya adalah sumbatan hidung akibat konka hipertrofi. Konka hipertrofi didefinisikan sebagai pembesaran konka inferior melalui mekanisme inflamasi yang disebabkan oleh 2 faktor besar, yaitu rinitis alergi dan non alergi. Pada penelitian sebelumnya, dinyatakan bahwa peningkatan biomarker inflamasi terjadi pada pasien dengan obesitas. Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat obesitas terhadap derajat konka hipertrofi. Metode : Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional pada 50 pasien obesitas berusia kurang dari 40 tahun di Universitas Diponegoro. Sampel diklasifikasikan berdasarkan kriteria Asia yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu obesitas tingkat 1 dengan BMI 25-29,9 dan tingkat 2 dengan BMI ≥30. Kondisi konka dikategorikan berdasarkan ketentuan Businco yang terbagi dalam 4 derajat, yaitu derajat 1 untuk konka normal, derajat 2 untuk hipertrofi ringan, derajat 3 untuk hipertrofi sedang, dan derajat 4 untuk hipertrofi berat. Hasil : Terdapat 50 pasien obesitas berusia kurang dari 40 tahun. Hasil pemeriksaan konka didapatkan konka hipertrofi kanan-kiri derajat 1 (52% / 40%), derajat 2 (38% / 42%), derajat 3 (10% / 6%), dan derajat 4 (0% / 6%). Hasil terbesar dari pembandingan konka kanan dan konka kiri didapatkan hasil konka hipertrofi derajat 1 (24%), derajat 2 (56%), derajat 3 (14%) dan derajat 4 (6%). Hubungan obesitas terhadap kejadian konka hipertrofi pada konka kanan (p=0,208), konka kiri (p=0,664) dan konka terbesar dari konka kanan dan kiri (p=0,213). Kesimpulan : Tingkat obesitas tidak berhubungan dengan derajat konka hipertrofi.Kata Kunci : Obesitas, konka hipertrofi, rinitis alergi.
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DERAJAT SUMBATAN HIDUNG Arga Purlina Wijayanti; Anna Mailasari Kusuma Dewi; Hermawan Istiadi; Kanti Yunika
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.774 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25321

Abstract

Latar Belakang: Obesitas merupakan faktor risiko yang signfikan untuk perkembangan banyak penyakit, salah satunya gangguan pernapasan. Pada orang yang mengalami obesitas, deposit jaringan adiposa dapat menyebabkan penurunan dimensi saluran napas bagian atas dan dapat meningkatkan resistensi aliran udara. Massa tubuh yang tinggi menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen dan dengan demikian pasien harus bernapas dengan frekuensi yang lebih tinggi atau volume yang lebih besar setiap inspirasi. Tujuan: Mengetahui hubungan obesitas dengan derajat sumbatan hidung. Metode: Penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional pada 54 penderita obesitas di lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. Subjek yang sudah memenuhi kriteria telah dilakukan pemeriksaan fisik hidung. Derajat sumbatan hidung dinilai menggunakan kuesioner NOSE Scale dan PNIF. Analisis data dilakukan dengan Uji Chi-Square. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara obesitas dengan derajat sumbatan hidung yang dinilai menggunakan PNIF. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan perbedaan yang bermakna (p = 0,033) (OR 1,400 IK 95% 0,332 – 4,381). Pada pengukuran menggunakan kuesioner NOSE dan pada uji statistik dengan chi square didapatkan perbedaan yang tidak bermakna yaitu (p=0,628). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan derajat sumbatan hidung.Kata kunci: Obesitas, derajat sumbatan hidung.
FAKTOR RISIKO RINITIS ALERGI PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG Arteria Dewi Nurhutami; Suprihati Suprihati; Dwi Marliyawati; Anna Mailasari Kusuma Dewi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.548 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i2.27096

Abstract

Latar Belakang : Berdasarkan survey WHO penderita rinitis alergi berjumlah sekitar 400 juta penduduk dunia. Studi ISAAC pada kelompok usia 13-14 tahun didapatkan prevalensi sebesa 1.4 - 39.7%. Rinitis alergi juga dikatakan sebagai masalah global yang selalu mengalami peningkatan dan memerlukan perhatian khusus. Riwayat atopi keluarga, faktor gaya hidup dan keadaan lingkungan merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kejadian rinitis alergi. Tujuan : Mengetahui faktor risiko rinitis alergi pada anak usia 13- 14 tahun di Semarang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner ISAAC yang diisi oleh 310 responden di SMP Nusa Bhakti dan SMP N 19 Semarang. Sampel dipilih secara consecutive sampling. Hasil : Didapatkan sebanyak 113 (36.5%) siswa yang menderita rinitis alergi. Dimana dari 310 responden didapatkan sebanyak 66 siswa (21%) terpapar asap kendaraan, 204 siswa (66%) terpapar asap rokok, 131 siswa (42%) memiliki hewan peliharaan, 178 siswa (57%) terpapar debu rumah, 29 siswa (9%) menderita asma dan 63 siswa (20%) menderita eksem. Simpulan: Faktor risiko yang bermakna pada penderita rinitis alergi usia 13-14 tahun di Semarang adalah memiliki hewan peliharaan (OR=1.444), terpapar asap kendaraan (OR=2.010) dan menderita eksem (OR=3.163).Kata Kunci : Rinitis alergi, Faktor risiko, Kuesioner ISAAC
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS IRIGASI HIDUNG DENGAN SPUIT DAN NASAL WASH BOTTLE TERHADAP DERAJAT SUMBATAN HIDUNG : STUDI PADA PETUGAS GERBANG TOL Anisa Rochmah Maulida; Anna Mailasari Kusuma Dewi; Zulfikar Naftali
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.338 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21473

Abstract

Latar Belakang : Asap kendaraan bermotor dapat menimbulkan inflamasi pada mukosa hidung. Hal ini memunculkan gejala sumbatan hidung. Irigasi hidung menggunakan larutan salin dapat menurunkan gejala tersebut.Tujuan : Mengetahui perbandingan efektivitas irigasi hidung dengan spuit dan nasal wash bottle terhadap derajat sumbatan hidung pada petugas gerbang tol.Metode : Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan penelitian pretest and posttest randomized group. Subjek sebanyak 43 orang dibagi menjadi kelompok perlakuan (irigasi hidung dengan spuit) dan kontrol (irigasi hidung dengan nasal wash bottle). Irigasi hidung dengan NaCl 0,9% selama 14 hari. Derajat sumbatan hidung dinilai sebelum dan setelah 14 hari dengan NOSE Scale dan PNIF.Hasil : Rerata selisih derajat sumbatan hidung berdasarkan NOSE Scale antara kelompok perlakuan dengan kontrol adalah 1,57 dan 1,55; sedangkan pengukuran PNIF adalah 21,43 dan 23,86. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p NOSE Scale=0,692; p PNIF=0,789)Simpulan : Tidak terdapat perbedaan efektivitas irigasi hidung dengan spuit dan nasal wash bottle terhadap derajat sumbatan hidung pada petugas gerbang tol.