Masyarakat Lombok Timur memiliki pengetahuan etnofarmakologi tentang penyakit parasit yang diperoleh melalui tradisi lisan dan tulisan. Keterbatasan dalam tradisi tutur dan misinterpretasi lontar mendorong upaya eksplorasi dan pelestarian pengetahuan etnofarmakologi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan aspek pemanfaatan etnofarmakologi antiparasit pada komunitas adat Limbungan di Lombok Timur. Penelitian dilakukan menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan mendalam. Informan terdiri atas belian, tokoh adat dan penduduk lokal diperoleh melalui snowball sampling. Informasi dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung Index of Cultural Significance (ICS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 35 spesies dari 22 famili sebagai antiparasit. Penyakit parasit yang diobati terdiri atas sembilan penyakit seperti malaria, kutu, cacingan, feses berdarah, feses berlendir, mencret, anemia, skabies, dan borok. Nilai ICS tertinggi terdapat pada Lannea coromandelica (Houtt) Merr dan terendah pada Euphorbia sp, Zingiber zerumbet berturut-turut 123 dan 18. Pengobatan antiparasit memiliki beberapa kearifan lokal seperti pembacaan do’a setiap preparasi ramuan obat dan pengobatan. Takaran dosis masih menggunakan cara tradisional dan secara umum pengobatan dilakukan dua kali sehari. Pengetahuan etnofarmakologi masyarakat Limbungan terkait antiparasit berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.