Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Farmasi RS X Heny Dwi Arini; Agustina Nila Y.; Ari Suwastini
LOMBOK JOURNAL OF SCIENCE Vol 2 No 2 (2020): Lombok Journal of Science
Publisher : LOMBOK JOURNAL OF SCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu indikator pelayanan farmasi yang diatur dalam standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit adalah waktu tunggu pelayanan obat jadi (non racikan) dan racikan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 menyebutkan bahwa standar waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah ≤30 menit, sedangkan untuk obat racikan adalah ≤60 menit. Penelitian ini bertujuan menggambarkan waktu tunggu pelayanan resep RS. X. Kemudian, membandingkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep dengan standard operating procedures (SOP) dan SPM rumah sakit, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu tersebut. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Data penelitian dikumpulkan secara prospektif selama bulan Januari hingga Februari 2020. Sampel penelitian diambil secara acak dengan teknik simpe random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep non racikan adalah 21,2 menit dan obat racikan adalah 35,2 menit. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep di depo farmasi rawat jalan RS.X telah sesuai dengan standar waktu tunggu pelayanan resep pada SPM, namun belum memenuhi SOP yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil uji one sample t-test, rata-rata waktu tunggu pelayanan resep berbeda bermakna dengan standar yang ditetapkan pada SOP dan SPM (p<0,05). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep adalah jenis resep, jumlah sumber daya manusia (SDM), dan ketersediaan sarana prasarana
KETERCAPAIAN TARGET GLIKEMIK DAN ANALISIS FAKTORFAKTOR TERKAIT PADA PASIEN DIABETES TIPE 2 Putu Dian Marani Kurnianta; Pande Made Desy Ratnasari; Heny Dwi Arini
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 25 No. 2 (2021): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v25i2.13037

Abstract

Bukti-bukti ilmiah menunjukkan keterkaitan antara rendahnya ketercapaian target glikemik selama pengobatan DM tipe 2 dengan risiko komplikasi kronik. Apabila kegagalan pengobatan tersebut diabaikan, maka ancaman global yang dihadapi akan terus meningkat. Oleh karena itu, penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menyelidiki kegagalan pengobatan, khususnya ketercapaian target glikemik berupa tingkat kejadian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pasien DM tipe 2 di daerah Gianyar. Data rekam medik dari salah satu rumah sakit di Gianyar, Bali, selama periode 2016-2020, diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang meliputi pasien rawat jalan berusia ≥18 tahun, terdiagnosis DM tipe 2 pertama kali, tidak berpindah fasilitas kesehatan selama enam bulan, dan memperoleh antidiabetika oral atau insulin secara konsisten. Penentuan status kegagalan pengobatan berdasarkan target kontrol glikemik oleh ADA. Pada sejumlah total 145 subjek yang terlibat, proporsi kegagalan pengobatan DM tipe 2 mencapai 64,83%. Hasil analisis deskriptif enam faktor pada penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan pengobatan cenderung terjadi pada laki-laki (59,57%), usia ≤60 tahun (75,53%), subjek yang tidak bersekolah (39,36%), subjek dengan komplikasi (7,45%), subjek berpenyakit penyerta (51,06%), dan pengguna insulin (58,51%). Berdasarkan Uji χ2 atau Uji Fisher’s Exact (p<0,05, 95%), penelitian ini mempresentasikan hubungan signifikan antara faktor usia dan faktor penggunaan antidiabetika terhadap tingginya kegagalan pencapaian target glikemik selama pengobatan.
Studi Pengendalian Persediaan pada Terapi Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Metode ABC Indeks Kritis Agustina Nila Yuliawati; Heny Dwi Arini; Pande Made Desy Ratnasari; Ni Made Dewi Jayanti; Dewa Ayu Putri Lestari Dewi
PHARMACON Vol. 11 No. 3 (2022): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guna mendukung keberhasilan terapi penyakit diabetes melitus tipe 2 (DMT2), ketersediaan persediaan seperti obat penting untuk dikendalikan secara efektif dan efisien oleh pelayanan kesehatan seperti rumah sakit (RS) dan apotek. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membandingkan pengendalian persediaan obat penyakit DMT2 menggunakan metode ABC indeks kritis pada suatu RS dan apotek yang ada di provinsi Bali. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional ini menggunakan data sekunder, meliputi data penjualan, investasi, harga jual, dan nilai kritis persediaan selama tahun 2019. Data tersebut diolah dan hasil indeks kritis (ik) pada tiap obat ditempatkan pada kelompok Aik, Bik, dan Cik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas persediaan obat antidiabetes pada apotek berada pada kelompok Cik (52,78%) dibandingkan kelompok Aik (30,56%), sedangkan pada RS, yaitu berada pada kelompok Aik dan Bik(38,10%). Pada praktik kefarmasian di RS dan apotek setempat, persediaan obat antidiabetes pada kelompok Aik seperti insulin dan metformin menjadi prioritas dalam perencanaannya.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK MENGENAI METODE KONTRASEPSI PADA WANITA HAMIL SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Agustina Nila Yuliawati; Pande Made Desy Ratnasari; Heny Dwi Arini; Ni Ketut Taman
PHARMACON Vol. 12 No. 2 (2023): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.12.2023.44301

Abstract

Wanita hamil dalam penggunaan metode kontrasepsi dirasa masih kurang memaksimalkan manfaatnya dikarenakan minimnya pengetahuan, sikap dan praktiknya serta dapat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang melekat pada dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketiga domain perilaku tersebut tentang metode kontrasepsi serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 190 responden wanita hamil di salah satu apotek di Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi-ekslusi penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner untuk mengukur ketiga domain perilaku dan mencatat identitas responden. Gambaran perilaku dan karakteristik responden diolah dengan analisis univariat, kemudian hubungan domain perilaku dengan karakteristik responden dianalisis menggunakan uji statistika Spearman-rho, Eta, dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tergolong rendah terhadap metode kontrasepsi, namun sikap dan praktik yang tergolong tinggi. Selain itu, ditunjukkan adanya hubungan signifikan antara karakteristik responden yaitu agama, usia, jumlah kehamilan dan anak yang lahir terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik responden terhadap metode kontrasepsi (p<0,05).
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KOMBINASI ANTIHIPERTENSI AMLODIPIN-VALSARTAN DENGAN BISOPROLOL-KANDESARTAN Heny Dwi Arini; Belinda Amalia; Agustina Nila Yuliawati
PROSIDING SIMPOSIUM KESEHATAN NASIONAL Vol. 2 No. 1 (2023): Simposium Kesehatan Nasional
Publisher : LPPM STIKES BULELENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.713 KB)

Abstract

Banyaknya kombinasi pengobatan hipertensi akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan terapi yang efisien dan efektif baik dari segi biaya maupun efektivitas terapi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai efektivitas biaya terapi antihipertensi kombinasi, khususnya Amlodipin-Valsartan dan Bisoprolol-Kandesartan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-deskriptif dengan rancangan cross-sectional pada pasien hipertensi rawat jalan di RS X tahun 2020. Data diambil secara retrospektif menggunakan perspektif rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total biaya medis langsung terapi kombinasi Amlodipin-Valsartan selama tiga bulan menghabiskan biaya lebih rendah (Rp 1.200.493) dan persentase efektivitas terapi lebih tinggi (92,17%), sehingga terapi kombinasi Amlodipin-Valsartan merupakan terapi yang cost-effective.
TINJAUAN KOMPARATIF STUDI MENGENAI EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETES ORAL PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 Heny Dwi Arini; Putu Dian Marani Kurnianta
Acta Holistica Pharmaciana Vol 1 No 2 (2019): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang jumlah penderitanya terus meningkat. Terlebih lagi, diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh total, bahkan butuh perawatan lama dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan efektivitas terapi diabetes melitus. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas terapi tersebut adalah dengan menganalisa obat antidiabetes dalam aspek farmakoekonomi, yaitu dengan analisis efektivitas biaya. Dari beberapa studi literatur, dapat diketahui bahwa tiap antidiabetes oral menghasilkan efektivitas dan biaya yang berbeda-beda. Untuk melihat antidiabetes oral mana yang paling cost effective adalah dengan melihat nilai ACER atau ICER. Semakin rendah nilai ACER, semakin cost effective obat tersebut. Golongan antidiabetes oral tunggal dengan efektivitas biaya terbaik berdasarkan perbandingan pada beberapa literatur adalah golongan biguanid (metformin). Sedangkan, golongan antidiabetes oral kombinasi dengan efektivitas biaya terbaik adalah kombinasi obat golongan biguanid (metformin) dengan obat golongan sulfonilurea (glimepirid atau glibenklamid).
KAJIAN PERENCANAAN DENGAN METODE PARETO ABC INDEKS KRITIS PADA SEDIAAN TERAPI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI APOTEK “D” BADUNG Agustina Nila Yuliawati; Heny Dwi Arini; Kadek Rani Widayanti
Acta Holistica Pharmaciana Vol 2 No 2 (2020): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingginya jumlah kasus penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) terlihat dari tingginya angka penemuan dan pengobatan penderita ISPA. Khususnya di Apotek “D”, penanganan penyakit ISPA sering muncul dibandingkan penyakit lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya pasien yang melakukan swamedikasi untuk meredakan gejala ISPA. Dengan demikian, ketersediaan obat untuk menangani ISPA perlu dijamin dan dikendalikan agar tidak terjadi kekosongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perencanaan sediaan terapi ISPA dengan metode Pareto ABC Indeks Kritis di Apotek “D” Badung. Penelitan ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional (deskriptif). Data penelitian merupakan data sekunder yang terdiri dari data pemakaian, investasi, harga jual, dan nilai kritis sediaan ISPA di Apotek 1001 “D” Badung selama periode Oktober hingga Desember 2019. Data diolah secara sederhana dengan software Microsoft Excel 2013, kemudian hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan jumlah item sediaan terapi ISPA sebanyak 119 item. Nilai Pareto ABC indeks kritis sediaan terapi ISPA pada kelompok Aik sebesar 39,49%, kelompok Bik sebesar 49,57%, dan kelompok Cik sebesar 10,92%. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis penggunaan yang menjadi prioritas dalam perencanaan dan pengadaannya di Apotek “D” Badung pada penyakit ISPA, yaitu pada kelompok Aik.
POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK UNTUK INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DI GIANYAR TAHUN 2018 Ni Putu Diah Wulandari; Putu Dian Marani Kurnianta; Mahadri Dhrik; Heny Dwi Arini
Acta Holistica Pharmaciana Vol 3 No 1 (2021): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi di saluran pernapasan yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam, dan mudah menular. Kejadian ISPA, khususnya bagian atas, sering menimpa populasi yang rentan, seperti anak-anak. Secara umum, tata laksana penyakit ISPA melibatkan penggunaan antibiotik serta obat-obat simtomatis yang mempertimbangkan diagnosis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan parameter penunjang lainnya. Oleh karena itu, pola pengobatan pasien anak yang mengalami ISPA cenderung bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan antibiotik dan obat simtomatis pada pasien anak rawat jalan yang mengalami ISPA di salah satu rumah sakit umum di Gianyar tahun 2018. Penelitian observasional dengan desain cross sectional secara retrospektif telah dilakukan. Sampel penelitian ini memenuhi kriteria inklusi yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian bersumber pada rekam medik dan resep pasien anak yang terdiagnosis ISPA selama bulan Januari sampai Mei 2018 di salah satu rumah sakit umum di Gianyar. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan bantuan software Microsoft Excel. Dari sebanyak 77 sampel, diagnosis golongan ISPA bagian atas tertinggi adalah rhino-faringitis (RFA) (82%) dengan frekuensi pemberian golongan antibiotik yang paling sering diresepkan, yaitu sirup azitromisin 200 mg/ 5 ml (47%). Rentan usia yang paling banyak terkena ISPA bagian atas, yaitu 1-5 tahun (76,6%), dan berat badan 10-17 kg (52%). Pola peresepan obat simtomatis tertinggi ditempati oleh golongan dekongestan (pseudoefedrin HCl) (41,5%). Penggunaan obat simtomatis lainnya adalah golongan antipiretik dan analgesik yaitu parasetamol sirup (36,66%). Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan untuk mengetahui efektivitas pengobatan antibiotik dan simtomatis pasien anak dengan ISPA secara lebih mendalam.