Franseno Franseno
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

BERUGAQ SEBAGAI IDENTITAS ARSITEKTUR DESA TANAH PETAK DAYE, LOMBOK UTARA Pujianto, Franseno; Gunawan, Yenny
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur pada dasarnya senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia penghuninya. Tulisan ini berfokus pada berugaq (bale berkumpul) di Desa Tanah Petak Daye, Lombok Utara. Kebertahanan berugaq (bale berkumpul) di tengah-tengah perubahan yang terjadi di Desa ini, baik di area Tanah Adat (kelompok hunian sangat terikat dengan aturan-aturan adat dan yang berumur ratusan tahun), maupun Tanah Biasa (kelompok hunian lainnya sudah melepaskan diri dari aturan-aturan adat) ini menarik untuk ditelaah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan berugaq masih dipertahankan pada kedua area hunian. Untuk mengetahui penyebabnya, maka pemetaan lapangan mengenai tatanan dan bentuk (fisik-spasial) bangunan berugaq, observasi penggunaan berugaq yang berkaitan dengan kehidupan keseharian masyarakat, serta wawancara dengan tetua adat dan masyarakat mengenai makna berugaq dilakukan di kedua area Desa. Hasil dari pendataan fisik di lapangan dianalisa secara tipologi dan ditelaah dengan data non fisik yang diklasifikasikan berdasarkan culture traits and attributes dari Paul Oliver yang mencakup aktivitas keseharian, mata pencaharian dan ekonomi, sistem sosial dan aturan gender, serta kepercayaan dan nilai yang ada. Penelitian ini mengungkap berugaq masih dipertahankan, digunakan dan diperbaharui oleh masyarakat Desa Tanah Petak Daye karena berugaq mempunyai peran penting, baik dalam kehidupan keseharian masyarakat, maupun sebagai simbol sistem sosial, ekonomi dan kepercayaan masyarakat tersebut. Berugaq merupakan perwujudan fisik dari budaya masyarakat Tanah Petak Daye, Lombok Utara. Dengan kata lain, berugaq merupakan identitas arsitektur dari masyarakat Tanah Petak Daye.
CONCEPT OF SETTLEMENT IN JULAH CULTURAL VILLAGE AS A PART OF BALI AGA VILLAGE REVIEWED ON RITUAL, BELIEF, AND DOMESTIC ROUTINE ASPECTS Dewa Nyoman Angga A. B. ; Y. Basuki Dwisusanto ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 3 No 02 (2019): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2174.975 KB) | DOI: 10.26593/risa.v3i02.3278.170-187

Abstract

Abstract- Reidfiled (1953) states that new buildings built within the vernacular architecture physically manifest and perpetuate the cultural norms and building that accumulate in them. In essence, Balinese culture is classified as an expressive type that emphasizes the religious and aesthetic values (art) as the dominant value, so the value is always prominent and present along with other elements in everyday life (Pujaastawa, 2014). This research describes Desa Adat Julah sattlement’s concept as Bali Aga Village which still survive, viewed from cultural aspect, ceremony and daily routine as dominant element and the relation of architectural form to the activity in it. This study applies the theory of Vernacular Architecture Paul Oliver: (1) Religion and Belief, (2) Ceremony and Ritual, and (3) Domestic Routine.The architectural elements of Desa Adat Julah classified into  order, space and form based on D. K. Ching theory.The research shown, beliefs factors led the village zonation based on natural factors such as mountains (ulun) and sea (teben). In ceremonial activity, the main circulation path can be called the "center" of village orientation. The concept of dwelling yard is associated with the catuspatha. The catuspatha generates a “natah” space. The canges of domestic routine also changed its form. Key Words: Desa Adat Julah, belief, ritual and domestic routine, form, space and order, concept of settlement.
KAJIAN TERITORIALITAS KERATON KANOMAN Pandu Adikara Hidayat Nugrahadi ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 4 No 02 (2020): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2197.302 KB) | DOI: 10.26593/risa.v4i02.3806.190-204

Abstract

Abstrak - Keraton Kanoman merupakan salah satu bangunan yang penting dalam sejarah terbentuknya Kota Cirebon. Keraton Kanoman didirikan pada tahun 1678, keraton berfungsi sebagai bangunan pemerintah serta penyebar agama Islam pada Tanah Sunda. Teritori Keraton Kanoman diperkuat dengan keberadaan Masjid Kanoman pada sisi Barat keraton, serta Pasar Kanoman pada sisi Timur, sementara pada sisi Utara terdapat alun-alun keraton. Terdapat area permukiman pada sektiar bangunan Keraton Kanoman. Permukiman sekitar keraton dihuni oleh keluarga dan abdi dalem keraton, permukiman tersebut dinamakan magersari. Magersari berfungsi sebagai pagar yang menandakan teritori kawasan keraton, serta melindungi keraton dari serangan pihak luar. Magersari terletak dalam radius 100 meter dari bangunan Keraton Kanoman.Area Keraton Kanoman mengalami perkembangan pesat pada sekitar tahun 1900. Pada  tahun 1924 pemerintah belanda membangun Pasar Kanoman pada sisi Utara keraton, sehingga area komersil berkembang pesat bersama dengan area pecinan. Pada tahun 1970 area permukiman mengalami perkembangan yang besar dan tidak terencana, perkembangan permukiman diisi dengan pendatang baru. Perkembangan besar yang terjadi sepenuhnya menutupi bangunan keraton dari jalan utama. Meskipun terjadi perkembangan area yang menutupi bangunan keraton, Keraton Kanoman masih dapat berdiri dan mempertahankan eksistensinya sebagai bangunan sejarah dan kebudayaan.Bangunan Pasar Kanoman serta perkembangan area permukiman keraton menyebabkan bangunan Keraton Kanoman menjadi tersembunyi dan tidak terlihat dari jalan utama. Perkembangan pembangunan menyebabkan terjadinya invasi terhadap area teritori keraton, invasi yang terjadi berupa peralihan fungsi lahan dan aktivitas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk teritorialitas Keraton Kanoman pada tatanan fisik eksisting didalam lokasi penelitian. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik place centered mapping. Data yang dikumpulkan untuk menunjang penelitian berasal dari observasi pada tatanan fisik dan aktivitas penghuni kawasan Keraton Kanoman.Bentuk teritori bangunan dikaji melalui tipe teritori yang ada pada kawsan keraton serta perilaku teritorial yang terjadi didalamnya. Hasil penelitian menunjukan teritori keraton terbagi kedalam empat tipe yaitu teritori central, supporting, attached, serta peripheral. Teritori central keraton terletak pada komplek bangunan keraton. Teritori supporting dan attached terletak pada area sekitar keraton yang ditandai dengan personalisasi ruang keraton serta perilaku teritorial penghuni Keraton Kanoman. Teritori peripheral terletak pada jursidiksi area kawasan Keraton Kanoman.
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN ELEMEN FISIK PERMUKIMAN KAWASAN KERATON KANOMAN PADA 1695-2019 Gani Wiratama ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 4 No 03 (2020): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1623.105 KB) | DOI: 10.26593/risa.v4i03.3931.252-268

Abstract

Abstrak - Cirebon merupakan salah satu kota yang telah berdiri sejak lama di Nusantara. Kota Cirebon telah ada sebelum Belanda datang. Kota yang ada sejak lama ini mengalami proses perubahan lebih panjang dari kota-kota lain yang relatif lebih baru. Cirebon pada awal pertumbuhannya, merupakan kota yang berpusat pada Kerajaan dan termasuk dalam kota kosmis menurut S. Kostof (1991). Permukiman di Kota Cirebon awalnya berorientasi pada Keraton-Keraton Cirebon salah satunya adalah Keraton Kanoman . Permukiman sekitar Keraton Kanoman awalnya merupakan permukiman yang mengeilingi dan berpusat kepada Keraton Kanoman (E.P.Hendro,2014). Permukiman ini mengalami pertumbuhan dan perubahan hingga menjadi bentuk seperti sekarang.Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan (morfologi) sebuah permukiman serta elemen permukiman apa saja yang hilang atau dipertahankan oleh warga sekitar dan Keraton Kanoman. Elemen permukiman yang dilihat perubahannya adalah jalan, nodes, kelompok bangunan (district), landmark, dan edge.Untuk mengetahui pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan perlu membandingkan elemen-elemen fisik itu berdasarkan peta terlama yang dapat ditemukan yaitu peta tahun 1695 hingga peta tahun 2019. Selain dengan data arsip, data lain bersumber dari observasi langsung ke permukiman kawassan Keraton Kanoman, wawancara dengan sesepuh maupun keluarga Keraton Kanoman, Diperoleh kesimpulan bahwa massa perumahan bertumbuh secara pesat dan masih mempertahankan Keraton Kanoman dan Alun-Alun sebagai landmark kawasan yang memiliki nilai historis dan religius simbolis.
KLASIFIKASI ADAPTASI RUANG, DAN BENTUK PADA RUMAH MASYARAKAT DESA NGLEPEN Winega Sutoko ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 5 No 01 (2021): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v5i01.4419.86-101

Abstract

Abstrak- Pada tahun 2007 masyarakat Desa Nglepen Yogyakarta di relokasi ke kawasan permukiman bantuan yang dibangun oleh lembaga Dome For The World Foundation. Relokasi ini dilakukan karena rumah masyarakat Desa Nglepen hancur setelah insiden gempa pada tahun 2006. Kondisi hunian bantuan yang memiliki karakteristik fisik sangat berbeda dengan rumah pada umumnya memicu masyarakat Desa Nglepen untuk melakukan adaptasi. Penelitian ini membahas mengenai klasifikasi berdasarkan latar belakang pemicu adaptasi terhadap klasifikasi adaptasi berdasarkan ruang, dan bentuk masyarakat Desa Nglepen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik hasil produk adaptasi yang dihasilkan berdasarkan latar belakang pendorong adaptasi dalam upaya mengakomodasi aktivitas sehari-hari.Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara mendeskripsikan kondisi eksisting rumah dome beserta dengan latar belakang perubahannya. Sampel penelitian pada klasifikasi adaptasi ini ditentukan pada masyarakat Desa Nglepen yang ingin menetap dengan huniannya. Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi dan wawancara terhadap penghuni rumah dome dan studi literatur. Analisis dilakukan berdasarkan teori strategi adaptasi dan faktor yang mempengaruhi perilaku adaptasi untuk mencari klasifikasi adaptasi berdasarkan latar belakang faktor yang mempengaruhi.Hasil dari klasifikasi berdasarkan latar belakang dan klasifikasi berdasarkan ruang, dan bentuk adalah karakteristik dari setiap adaptasi berdasarkan latar belakang pemicu adaptasi. Karakteristik adaptasi meliputi sifat ruang antara tertutup atau terbuka, kemudian penambahan massa yang mempengaruhi bentuk meliputi penambahan kearah depan, belakang, dan terpisah, pada rumah dome.
KONSEP BERMUKIM MASYARAKAT DESA TRUSMI CIREBON Agung Kristiawan ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 5 No 02 (2021): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/.v5i02.4731.153-170

Abstract

Abstrak Bermukim merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia, hal ini berlangsung akibat adanya proses keterkaitan antara manusia dengan lingkungannya. Konsep budaya bermukim ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Sebagai salah satu permukiman kuno di Kota Cirebon, Desa Trusmi telah tumbuh sejak akhir abad ke 14. Perkembangan Desa Trusmi yang dikenal sebagai desa penghasil beras dan sirih hingga kini dikenal sebagai desa pusat wisata batik merupakan wujud dari adanya perkembangan peradaban masyarakatnya. Perjalanan sejarah yang panjang didukung dengan adanya artefak peninggalan di masa lalu, Situs Ki Buyut Trusmi membuat Desa Trusmi Cirebon ini menarik untuk diteliti. Sehingga, tujuan dari penilitian ini yaitu untuk memahami bagaimana konsep bermukim masyarakat Desa Trusmi Cirebon. Penelitian menggunakan metode deskriptif-textual analysis dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif digunakan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan keadaan eksisting Desa Trusmi Cirebon secara komprehensif dan sesuai dengan kondisi saat ini. Metode textual analysis digunakan dengan cara menggunakan teori konsep bermukim oleh Christian Noberg-Schulz yang diterbitkan dalam rangkaian tulisan berupa buku. Data dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu morfologi, topologi, dan tipologi yang menjadi poin pembahasan untuk menguraikan objek studi dalam konsep bermukim. Analisis konsep bermukim dikaitkan dengan dua teori pendekatan, yaitu identifikasi dan orientasi. Berdasarkan hasil analisis dapat ditelusuri bagaimana konsep bermukim masyarakat Desa Trusmi Cirebon dapat berkembang seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat Trusmi. Hasil penelitian menyimpulkan perkembangan konsep bermukim masyarakat Desa Trusmi Cirebon yang ditinjau melalaui teori identifikasi dan teori orientasi berdasarkan morfologi, topologi, dan tipologi. Kata Kunci: konsep bermukim, masyarakat, Desa Trusmi Cirebon
DESKRIPSI ARSITEKTURAL SITUS KI BUYUT TRUSMI DESA TRUSMI, CIREBON Ricky Setiawan ; Franseno Pujianto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 5 No 03 (2021): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/.v5i03.4739.259 - 280

Abstract

Abstrak Kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Liliweri 2002: 8) dan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat (Liliweri 2002: 62). Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan arsitektural Situs Ki Buyut Trusmi yang masih dijaga oleh warga setempat, dilihat kebudayaannya dari aspek Religion and Beliefs, Rite and Ceremonial, Gender Roles, Domestic Routine, dan Social Structure dan bagaimana keterkaitannya wujud arsitektural Situs Ki Buyut Trusmi terhadap pengaruh aktivitas kebudayaan di dalamnya. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Data kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan bangunan-bangunan yang membentuk ruang secara arsitektural yang terbentuk akibat pengaruh aktivitas kebudayaan dan bagaimana pemanfaatan ruang yang terbentuk dari pengaruh tersebut untuk aktivitas kesehariannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas kebudayaan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi orientasi bangunan dan ruang-ruang yang ada sehingga aktivitas kesehariannya akan memanfaatkan ruang yang terbentuk dari kebudayaan yang ada. Selain itu, kebudayaan membuat adanya bentuk stuktur sosial yang mengajarkan harus menghormati orang yang lebih tua dan harus taat kepada Sang Pencipta. Kata Kunci: Kebudayaan, pembentuk ruang, aktivitas keseharian, Situs Ki Buyut Trusmi ,Cirebon
PENGGALIAN POTENSI ARSITEKTUR CANDI DAN APLIKASINYA DALAM ARSITEKTUR MODERN INDONESIA (MEMBANGUN JATI DIRI YANG BERSUMBER PADA KHASANAH BUDAYA LOKAL) Rahadhian PH; Franseno P; Elfan Kedmon
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10.729 KB)

Abstract

Desain candi Jawa diperkirakan menjadi salah satu sumber inspirasi penting di dalam dinamika arsitektur di Indonesia dari masa Islam sampai saat kini. Hal ini dapat dikenali melalui representasi unsur-unsur desainnya yang selalu muncul pada masa pasca Hindu-Buda di Jawa dan Bali tersebut. Di sisi lain fenomena globalisasi pada saat ini. memungkinkan munculnya keragaman representasi arsitektur yang hadir di Indonesia. Kecenderungan pemanfaatan representasi arsitektur asing tanpa dilandasi oleh semangat kelokalan dikuatirkan dapat menghilangkan karakter/identitas. Menghadirkan representasi identitas kelokalan melalui semangat regionalisme merupakan tanggapan terhadap fenomena tersebut. Representasi yang bersumber pada tradisi masa lampau dapat menjadi salah satu rujukannya. Upaya untuk mengembangkan nilai-nilai kelokalan dapat dilakukan melalui pengkajian representasi candi sebagai sumber referensi desain.Studi ini dilakukan untuk mengkaji representasi desain percandian pada bangunan-bangunan masa Pasca Hindu Budha. Pendekatan kesejarahan secara diakronik-sinkronik dan studi korelasi digunakan dalam menganalisis transformasi wujud representasi candi di dalam bangunan-bangunan khususnya Pasca Kolonial di Jawa-Bali tersebut. Aspek kesejarahan diperlukan untuk memahami latar belakang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya yang mendorong motivasi penggunaan representasi candi. Melalui studi ini diharapkan potensi-potensi arsitektur candi dapat diidentifikasi sebagai salah satu sumber inspirasi desain yang merujuk pada nilai kelokalan, khususnya dalam membangun identitas arsitektur di Indonesia.
Desain Lansekap Taman Sari Objek Studi : Goa Sunyaragi Cirebon Franseno Pujianto
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0 KB)

Abstract

Dewasa ini peranan lansekap atau pengolahan tata ruang luar semakin ditingkatkan. Lansekapdigunakan untuk membantu merestorasi alam dari kerusakannya, membantu meningkatkankinerja manusia, membantu pemulihan, hingga menciptakan pensuasanaan tertentumendukung desain bentuk bangunan.Peranan lansekap yang banyak ini membuat banyak arsitek maupun lansekap arsitekmengacu pendisainan pada berbagai macam lanskap seperti lanskap Eropa, Cina maupunJepang. Sangat disayangkan hingga saat ini sangat sedikit penelitian ataupun literature yangmembahas mengenai lansekap nusantara sendiri, padahal Indonesia memiliki banyak lanskapyang cantik, seperti Taman Sari sebagai bagian dari Keraton.Taman sari pada jamannya diciptakan sebagai tempat peristirahatan, tempat hiburan, maupuntempat pertahanan, dan semuanya dapat dicapai hanya dengan mendesain lansekapnya. Olehkarena itu penelitian ini ditujukan uintuk mengetahui desain Taman Sari sebagai salah satucontoh lansekap nusantara.Taman sari yang akan dibahas adalah Taman Air Gua Sunyaragi yang merupakan tamanpeninggalan Keraton Cirebon. Desain lansekap Taman Sari Sunyaragi banyak dipengaruhioleh lansekap Cina. Penelitian ini menganalisis sejauh mana konsep lansekap Cina masukdalam lansekap Taman Sari Sunyaragi dan apa saja perbedaannya atau pengadaptasiannya,melalui konsep Aksis, Tatanan, Sirkulasi dan Aksesibilitas serta Sequenses dan Vista yangbanyak digunakan di lansekap Cina.
Tatanan Permukiman Sepanjang Sungai sebagai Perwujudan Ekologi Masyarakat Yohanes Basuki Dwisusanto; Franseno Pujianto; Christian Hansen; M. Nawang Nawang
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4055 KB)

Abstract

Bermukim merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia. Permukiman yang ada berkembang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sitinjau dari segi ekologi manusia, setiap permukiman pasti terbentuk dari dua hal, yang pertama adalah ekosistemnya atau wadah lingkungan alam permukiman tersebut, dan yang kedua merupakan sistem sosial yang ada di dalamnya.Permukiman Kampung Cidadap merupakan permukiman yang ada di sebelah Sungai Cikapundung, kampung ini akan dikaji melalui elemen-elemen pembentuk ekosistemnya serta elemen dan sistem sosial yang terjadi di dalamnya. Pengkajian akan dapat melihat bentuk kampung serta keterkaitan ekosistem yang berupa lingkungan alam (kontur, sungai, ruang terbuka), ekosistem buatan yang berupa massa bangunan dan juga ruang-ruang sirkulasi. Sistem sosial yang terbentuk didalamnya meliputi pelaku (usia dan gender), struktur aktivitas, dan struktur kepercayaan .