Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MODIFIKASI ASPAL DENGAN GETAH PINUS DAN FLY ASH UNTUK MENGHASILKAN BIO-ASPAL Ratna Yuniarti
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 1 No. 2 (2015): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.145 KB) | DOI: 10.29303/jstl.v1i2.8

Abstract

Aspal merupakan bahan pengikat pada konstruksi perkerasan jalan yang berasal dari sisa penyulingan minyak bumi. Karena minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, cadangannya semakin menipis sehingga mempengaruhi ketersediaan aspal.Di sisi lain, kebutuhan aspal untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan perekonomian.Jika ketersediaan aspal tidak mencukupi jumlah permintaan, maka pada tahun-tahun yang akan datang akan terjadi kelangkaan aspal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan bahan-bahan yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan  memodifikasi aspal minyak untuk menghasilkan bio-aspal dan mengetahui kinerja campuran yang menggunakan bio-aspal sebagai bahan pengikat partikel-partikel agregat. Bio-aspal tersebut dibuat dari fly ash, getah pinus dan minyak nabati lainnya dengan kadar 21%, 23%, 25% dan 27%. Campuran yang dibuat adalah asphalt concrete-wearing course dengan distribusi ukuran partikel agregat sesuai ketentuan Bina Marga. Bio-aspal dan agregat dicampur pada suhu 155oC dan dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 75 kali pada masing-masing sisinya. Hasil penelitian menunjukkan pada bio-aspal B-27 dengan kadar fly ash, getah pinus dan minyak nabati lainnya sebesar 27%, diperoleh nilai VMA  16,43%, VIM 4,53%, VFA 75,58%, stabilitas Marshall 2093,6 kg, flow 4,15 mm dan Marshall Quotient 507 kg/mm. Berdasarkan spesifikasi Bina Marga, nilai VMA minimal 15%, VIM 3,5%-5,5%, VFA minimal 65%, stabilitas Marshall minimal 1000 kg, flow minimal 3,0 mm dan Marshall Quotient minimal 300 kg/mm. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa bio-aspal B-27 telah memenuhi standar yang berlaku sebagai campuranKata kunci  : bio-aspal, getah pinus, fly ash
Peningkatan Edukasi Kewirausahaan Bagi Pelaku UKM di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur Salmi Yuniar Bahri; Masbullah Masbullah; Ratna Yuniarti; Sandy Ari Wijaya
Jukeshum: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): Edisi Januari 2022
Publisher : Universitas Haji Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51771/jukeshum.v2i1.199

Abstract

Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pelatihan kepada pelaku UKM untuk meningkatkan edukasi dalam berwirausaha melalui pembelajaran Basic Enterpreneur Personality: Star to be Enterpreneur adapun sub pokok bahasan didalam pembelajaran ini adalah Pengertian entrepreneurship, Alasan/motivasi wirausaha, Membangun jiwa entrepreneurship sukses, Unsur-unsur kewirausahaan, Karakteristik wirausaha yang sukses, Aspek-aspek yang harus dimiliki dalam berwirausaha. Pengabdian ini dilakukan secara tatap muka atau ofline dan yang menjadi mitra dalam penelitian ini adalah para pelaku UKM, Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah agar para UKM memiliki motivasi kewirausahaan dan sikap yang baik didalam berwirausaha serta dapat memahami apa saja aspek-aspek yang harus dimiliki dalam berwirausaha. Dengan terciptanya target yang ingin dicapai diharapkan para pelaku UKM sukses didalam mengembangkan usahanya terbukti dengan miliki 10 karakteristik sukses didalam berwirausaha yaitu 1). Disiplin, 2). Mempunyai komitmen tinggi, 3). Kejujuran, 4). Mengasah kreatifitas dan inovatif, 5). Sikap mandiri dan realistis, 6). Berani menghadapi resiko, 7). Mampu melihat peluang, 8). Mempunyai jiwa kepemimpinan, 9). Kemampuan manajerial, 10). Sikap percaya diri.
POTENSI PENGGUNAAN LIMESTONE SEBAGAI FILTER PADA KONSTRUKSI SANITARY LANDFILL Ratna Yuniarti; Tri Sulistyowati
Purifikasi Vol 7 No 2 (2006): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v7.i2.249

Abstract

In general, a liner system in sanitary landfill consists of both geomembrane barrier and clay liner. Although geomembrane is an absolute barrier against advection, pollutants can permeate it by diffusion so that leakage may occur through the liner. Since clay liner can be damaged by leachate which has low or high pH, it is necessary to develop sanitary landfill by placing limestone as a filter between geomembrane and clay liner. Due to its common use in water treatment, limestone may increase the quality of leachate and provide protection for the clay liner. A series laboratory experimental study was carried out to investigate characteristics of limestone: natural water content, particle size, specific gravity, Atterberg limit and compaction. Hydraulic conductivity test of limestone with leachate as permeant is also conducted. Finally, the qualities of lindi before and after permeate into limestone are measured to determine the change in concentration of pollutants, and the effect of this filtration process on limestone’s chemical characteristics. Analysis showed the overall hydraulic conductivity of limestone to leachate is 1,86 x 10-6 cm/s. After permeating into limestone, the pH value of leachate reduced from 7,72 to 7,03. Pollutants in leachate decreased with regard to BOD from 390 mg/L to 260 mg/L and COD reduced by 33,33%. Due to its ability to remove pollutant in leachate, it is suggested to place limestone as a filter in sanitary landfill.
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASBUTON DENGAN PENAMBAHAN KEROSENE: Characteristics of the Mixture Containing Buton Granular Asphalt with the Addition of Kerosene Ratna Yuniarti
Spektrum Sipil Vol 2 No 2 (2015): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu kendala dari penggunaan asbuton adalah aspal pada asbuton terletak dalam rongga antara mineral yang tidak mudah keluar dan mencair.Karena itu, pada asbuton butiran perlu ditambahkan dengan bahan pelunak (modifier) yang berfungsi agar aspal tersebut dapat keluar dan mengikat partikel-partikel agregat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik campuran asbuton akibat penambahan keroseneagar diperoleh campuran asbuton dengan kinerja yang optimum. Prosentase kerosene yang ditambahkan adalah 0%, 5%, 10% dan 15% terhadap berat asbuton butiran. Parameter yang digunakan untuk menguji kualitas campuran adalah rongga di antara mineral agregat (voids in the mineral aggregate = VMA), ronggadalamcampuran (voids in mix = VIM), rongga yang diselimutiaspal (voids filled with asphalt = VFA), stabilitas, kelelehan, dan Marshall Quotient. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan 10% kerosene terhadap asbuton butiran menghasilkan VMA sebesar 16,04%, VIM sebesar 3,56%, VFB sebesar 77,82%, stabilitas Marshall sebesar 2160,4 kg, flow sebesar 3,4 mm dan Marshall Quotient sebesar 644,4 kg/mm. Ditinjau dari persyaratan asphalt concrete-wearing course, hasil pengujian yang diperoleh telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI KOMPOS DI KELURAHAN SELAGALAS KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM Ratna Yuniarti; Muhammad Ismail; Hasyim Hasyim; Rohani Rohani; Desi Widianty
Jurnal Abdi Insani Vol 6 No 1 (2019): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v6i1.195

Abstract

Kelurahan Selagalas merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kota Mataram. Sebagai bagian dari ibukota provinsi yang menjadi pusat kegiatan di Nusa Tenggara Barat, jumlah penduduk di kelurahan ini terus bertambah sehingga menghasilkan timbulan sampah yang semakin banyak. Sampah yang tidak dikelola secara efektif dan efisien akan menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kesehatan, keindahan, kenyamanan dan menjadi beban bagi masyarakat serta pemerintah daerah. Agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah terhadap kesehatan dan lingkungan dapat diminimalkan, diperlukan peran serta masyarakat. Penyuluhan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik. Penyuluhan yang berlangsung di Kelurahan Selagalas berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta menambah wawasan masyarakat tentang pemanfaatan sampah organik sebagai pupuk kompos.
SOSIALISASI BERSAHABAT DENGAN BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI DESA PEMENANG BARAT KECAMATAN PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA Muh Bagus Budianto; I Wayan Yasa; Ery Setiawan; Desi Widianty; Ratna Yuniarti
Jurnal Bakti Nusa Vol. 2 No. 1 (2021): JURNAL BAKTI NUSA
Publisher : Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/baktinusa.v2i1.24

Abstract

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, karena letak Indonesia yang berada pada gugusan gunung api (ring of fire) dunia dan dilewati tiga lempeng tektonik, yaitu Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia. Sejak akhir bulan Juli hingga akhir tahun 2018 telah terjadi gempa bumi di Lombok. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan, terjadinya tanah longsor, runtuhnya bangunan rumah, tempat ibadah, perkantoran dan jatuhnya korban jiwa maupun yang luka-luka. Kabupaten Lombok Utara merupakan wilayah terparah yang terkena dampak gempa Lombok, karena wilayah ini sangat dekat dengan pusat gempa. Banyaknya korban dan rusaknya infrastruktur akibat gempa harus menjadi pembelajaran bagi pemerintah dan masyarakat, agar ke depan dapat disusun kebijakan yang lebih ramah terhadap gempa. Selain itu di masyarakat juga perlu dilatih dan dibangkitkan budaya sadar bencana alam termasuk gempa bumi dan tsunami melalui penyuluhan. Hasil kegiatan meningkatnya kapasitas pengetahuan masyarakat tentang gempa bumi dan meningkatnya kesadaran masyarakat memitigasi gempa bumi dan tsunami, sehingga bila terjadi gempa lagi masyarakat telah siap dan dapat hidup harmonis dengan keadaan alam.