Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMANFAATAN MONODIASILGLISEROL (MDAG) HASIL SINTESA DARI BUTTER BIJI PALA DAN GLISEROL SEBAGAI EMULSIFIER PADA KUALITAS PRODUK SOSIS AYAM Nfn Hernani; Edy Mulyono; Kurnia Ramadhan
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n2.2016.74-82

Abstract

Sosis merupakan produk emulsi daging (ayam ataupun sapi) dengan penambahan bahan pengisi, bahan pengikat dan bumbu-bumbu untuk meningkatkan flavor dan penerimaan konsumen. Untuk menghasilkan emulsi yang stabil perlu penambahan bahan pengemulsi seperti MDAG. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan MDAG sebagai bahan pengemulsi dan lemak dalam pembuatan sosis daging ayam terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi MDAG yang ditambahkan (A) : A1 : 0,5 %; A2 : 0,75 % dan A3 : 1 %. Faktor kedua adalah penambahan lemak (B) : B1 : 5 %; B2 :7,5 % dan B3 : 10 %. Hasil menunjukkan bahwa rendemen sosis daging ayam sangat berbeda nyata antar perlakuan, dengan kisaran antara 61,88 sampai 86,36%. Hasil analisis proksimat terhadap sosis daging ayam mempunyai kisaran kadar air (32,93-36,90%), kadar protein (15,62-21,59%), kadar lemak (6,23-7,16%) dan kadar abu (1,69-2,93%). Nilai kalori dari sosis daging ayam sangat berbeda nyata antar perlakuan dengan kisaran antara 275,82 sampai 294,50 kcal/100g. Semua nilai tersebut masih memenuhi persyaratan SNI. Tekstur sosis daging ayam yang dihasilkan mempunyai kekerasan antara 6,25N sampai 25,04 N. Nilai kekenyalan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, berkisar anatara 24,50 sampai 24,83 %. Selanjutnya, peningkatan penambahan lemak dan MDAG menunjukkan perbedaan cukup signifikan antar perlakuan terhadap cohesive, spiringines, gumminess dan chewiness. Uji organoleptik tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara warna, aroma dan tekstur, hanya pada rasa untuk penambahan lemak 7,5 % dan MDAG terendah (0,5 %) menunjukkan perbedaan yang nyata. Secara keseluruhan Panelis menyatakan suka terhadap produk sosis daging ayam.
Optimasi Kondisi Isomerisasi Eugenol Dari Minyak Daun Cengkeh Menggunakan Metode Permukaan Respon Edy Mulyono; Ani Suryani; Djumali Mangunwidjaja; Dwi Setyaningsih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n2.2010.86-93

Abstract

Eugenol merupakan komponen utama minyak cengkeh yang kandungannya dapat mencapai 70-95 % tergantung dari bahan baku yang digunakan (bunga, tangkai, dan daun), Dengan kandungan eugenol yang tinggi, minyak cengkeh merupakan sumber bahan baku isoeugenol yang potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi proses optimum proses isomerisasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan percobaan dan analisis deskriptif. Hasil analisis ragam pada tahap isomerisasi isoeugenol rnenunjukkan konsentrasi katalis rhodium trichloride trihydrate dengan waktu pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar produk (isoeugenol, cis-isoeugenol dan trans-isoeugenol) dan jumlah bahan yang menguap, Hasil optimasi dengan menggunakan response surface method menunjukkan taraf faktor perlakuan berupa 1.) konsentrasi katalis 0,16% dan 2,) waktu pemanasan selama 10 menit merupakan perlakuan yang memberikan respon yang optimal dengan nilai desirability (D) 0,691, Kombinasi perlakuan ini memberikan nilai respon pada kadar isoeugenol 86,25%, kadar cis-isoeugenol 18,73%, kadar trans-isoeugenol 67,54% dan jumlah bahan menguap 12,28%, Hasil analisis spektroskopi FTIR dan HNMR menunjukkan pita serapan adalah identik antara isoeugenol hasil isomerisasi dengan standar. Hasil analisis FTIR dari sampel isoeugenol menunjukkan pita serapan gugus OH pada angka gelombang 3498,87 cm-1 std. 3496,94 cm-1), pita serapan di angka gelombang 2846,93 cm-1 (std. 2846,93 cm-1) menunjukkan adanya gugus OCH3 gugus C-C aril (cincin aromatis) pada angka gelombang 1598,99 cm-1 (std. 1598,99 cm-1) dan gugus CH, pada angka gelombang 2935,66 cm-1 (std, 2935,66 cm-1). Sedangkan hasil analisis dengan HNMR menunjukkan posisi pergeseran kimia (a) gugus metil (-CH3) sebagai identitas senyawa isoeugenol, yaitu sebesar 1,812 ppm (std. 1,814 ppm) berbentuk doublet untuk 3H dari -CH3. Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa senyawa isoeugenol yang diperoleh lebih dorninan dalam bentuk trans isoeugenol. Spektrum FTIR menunjukkan bahwa pita serapan trans-isoeugenol (= CH) yang berlokasi di angka gelombang 962,4 cm-1 sedangkan cis-isoeugenol terletak di angka gelombang 792,7 cm-1. Sedangkan hasil spektrum HNMR untuk puncak H pada pergeseran kimia a=6,1 dan 3=5,95 ppm, Optimization of Eugenol Extraction from Clove Leaf Using Response Surface MethodologyEugenol is the main component of clove oil. Its content can reach 70-95% depending on the raw materials (flower, stem, and leaves) used for distillation, With a such high content of eugenol, clove oil is a potential source for synthesis of isoeugenol through isomerization process" The purpose of this study was to determine the optimum process condition of eugenol isomerization process, The method used in this research is the experimental design and descriptive analysis, Results of analysis of variance showed that the concentration of catalyst rhodium trichloride trihydrate and beating time significantly affected the content of product (isoeugenol, cis-isoeugenol, trans-isoeugenol) and the amount of material evaporated, The result of optimization by using response surface method showed that level of treatment factors i.e. I) Catalyst concentration of 0,16%, and 2) Heating time for [0 minutes, were treatments that provides the most optimal response to the desirability value (D) 0,691. These level of treatment factors gave the response value at isoeugenol content of 86.25%, cis-isoeugenol content of 18.73%, trans-isoeugenol content of 67,54%, and the amount of evaporated material 12,28%, The FTIR spectroscopic and HNMR, analysis showed characteristic absorption bands are identical between the isomerization and isoeugenol standards, The result of FTIR analysis of isoeugenol samples showed absorption band of OH group at 3498,87 cm-1 (std. 3496,94 cm-1), absorption band at 2846,93 cm-1 (std. 2846.93 cm-1) which indicates the group OCH 3 C-C aryl group (aromatic ring) at 1598,99 cm-1 (std. 1598,99 cm-1) and CH3 group at 2935,66 cm-1 (std. 2935,66 cm-1) 'While the results of the analysis with HNMR indicate the position of chemical shift (3) of methyl group (-CH 3) as the identity of isoeugenol compound which is 1,812 ppm (std. 1,814 ppm) in the form of doublets for the 3H from -CH 3, The identification results also showed that the isoeugenol obtained was more dominant in the form of trans isoeugenol. FTIR spectra showed that the absorption band of trans-isoeugenol (=CH) was located at 962.4 cm-1 where as the cis-isoeugenol was located at 792,7 cm-1, While the results of HNMR spectrum for peak of H was located at ppm 3=6.1. and a=5,95,
Perbaikan Proses Pengolahan Dan Mutu Kacang Mete: Studi Kasus Di Madura, Jawa Timur nFN Hoerudin; Edy Mulyono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n2.2006.60-68

Abstract

Proses pengolahan kacang mete yang saat ini dilakukan petani, khususnya di Madura, menghasilkan produk dengan mutu tergolong rendah (hasil kacang mete utuh 60-75%, warna kusam, kadar air lebih dari 5%, dan kurang higienis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis perbaikan proses pengolahan dan mutu kacang mete yang dihasilkan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur pada bulan Oktober sampai Desember 2005. Perbaikan proses pengolahan dilakukan terutama pada tahap persiapan (introduksi proses pengukusan), pengupasan gelondong (introduksi kacip MM-99), dan pengeringan kacang mete berkulit ari (introduksi pengering buatan tipe rak). Hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi proses pengukusan dapat meningkatkan hasil kacang mete bertesta utuh 24,73%. Kacip MM-99 dapat dioperasikan operator pemula dengan kapasitas pengupasan (23,92 kg/hari) relatif lebih tinggi dibanding kapasitas rata-rata di negara-negara produsen kacang mete (21 kg/hari), dan hasil kacang mete bertesta (berkulit ari) utuh yang tinggi (90,64%). Pengeringan menggunakan pengering tipe rak selama 4 jam menghasilkan kacang mete ose (tanpa kulit ari) berkadar air 4,86%. Proporsi kacang mete ose yang dihasilkan 80-88% dengan penampakan lebih cerah (nilai L 14,51% lebih tinggi, indeks pencokelatan 24,47% lebih rendah) dan bersih dibanding produk lokal. Secara umum produk tersebut memenuhi syarat mutu I Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan karakteristik proksimat sesuai standar Food and Agriculture Organization (FAO). Dengan demikian, perbaikan proses yang dilakukan dapat memperbaiki mutu produk dan secara teknis layak dikembangkan, khususnya di Madura.
Isomerisasi Eugenol Menjadi Isoeugenol Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro Edy Mulyono; Tatang Hidayat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n2.2006.69-76

Abstract

Isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol merupakan proses pergeseran ikatan rangkap yang terdapat pada gugus alkenil ke posisi konyugasi dengan ikatan rangkap pada cincin benzena dalam eugenol. Proses ini merupakan reaksi katalitik yang memerlukan bantuan katalis dan panas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi katalis rhodium klorida trihidrat (RhCl3.3H2O) dan lama pemanasan yang optimal pada isomerisasi eugenol dengan menggunakan radiasi gelombang mikro. Perlakuan yang diuji terdiri atas dua faktor, yaitu : (A) konsentrasi katalis RhCl3.3H2O dengan tiga taraf : A1 = 0,08 %, A2 = 0,16 %, dan A3 = 0,24 %, dan (B) lama pemanasan dengan radiasi gelombang mikro dengan tiga taraf : B1 = 10 menit, B2 = 15 menit, dan B3 = 20 menit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial (3x3) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang optimal dicapai pada konsentrasi katalis RhCl3.3H2O sebesar 0,24 % dengan lama pemanasan 15 menit. Kemurnian isoeugenol yang dihasilkan mencapai 91,27 % dengan komposisi isomer cis isoeugenol 18,03 % dan trans isoeugenol 73,24 % atau rasio isomer cis dan trans 1 : 4,1 (0,25). Jumlah bahan yang menguap pada perlakuan yang optimal mencapai 19,08 % atau identik dengan rendemen produk isoeugenol 80,92 %. Produk yang dihasilkan masih perlu dimurnikan untuk mendapatkan kemurnian dan isomer trans isoeugenol yang lebih tinggi, dan memperbaiki sifat fisiko-kimianya.
Peningkatan Mutu Minyak Daun Cengkeh Melalui Proses Pemurnian Tri Marwati; Meika Syahbanna Rusli; Erliza Noor; Edy Mulyono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n2.2005.93-100

Abstract

° Minyak daun cengkeh dari hasil penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh berwarna hitam kecoklatan dan kotor. Kondisi ini terutama disebabkan oleh adanya ion - ion logam Mg, Fe, Mn, Pb dan Zn yang berasal dari daun dan alat penyuling. Masalah tersebut dapat diatasi dengan proses pemurnian. Pemurnian yang dilakukan pada penelitian ini adalah proses adsorpsi menggunakan bentonit dan pengkelatan dengan asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi bentonit dan asam sitrat yang tepat, melalui kajian terhadap kejernihan, kecerahan, warna, dan mutu minyak. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah (1) anal isis kejernihan, kecerahan, warna dan mutu minyak sebelum adsorpsi atau pengkelatan dan (2) pemurnian minyak. Pada percobaan adsorpsi digunakan benton it dengan sepuluh macam konsentrasi (I %, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, I %) dengan riga ulangan pada percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan pengkelatan dilakukan pada lima konsentrasi as am sitrat, yaitu 0,2%,0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1,0% dengan Rancangan Acak Lengkap tiga ulangan. (3) Analisis kejernihan, kecerahan, warna dan mutu minyak setelah adsorpsi atau pengkelatan, Hasil penelitian proses adsorpsi menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi benton it dari 1 sampai 10 % meningkatkan kejernihan minyak dari 31,2%T menjadi 91,7 %T, meningkatkan kecerahan minyak dari 32,93 menjadi 48,42, meningkatkan kekuningan warna minyak dari 11,41 menjadi 42,65 dan meningkatkan mutu minyak dari yang tidak memenuhi stan dar menjadi memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia) No. 06-2387-1998 dan EOA (Essential Oil Assosiation of USA). Dari hasil penelitian proses pengkelatan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam sitrat dari 0,2 sampai 1,0 % dapat meningkatkan kejernihan minyak dari 23,8 %T menjadi 96,5 %T, meningkatkan kecerahan minyak dari 30,96 menjadi 50,51, dan meningkatkan kekuningan warna minyak dari 15,75 menjadi 44,72. Sebelum pengkelatan, minyak daun cengkeh tidak memenuhi standar tetapi setelah pengkelatan dengan asam sitrat 0,6 %. minyak yang dihasilkan dapat memenuhi standar SNJ No. 06-2387-1998. Dengan pcningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian, maka akan memberikan peningkatan pendapatan petani. The enhancement quality of clove leaf oil by purificationThe clove leaf oil is produced by distillation from the whole leaves and twigs of the clove tree. The color of the oil is brownish black and dirty. That condition is due to the presence metal ions of Mg, Fe, Mn, Pb and Zn in the oil. Those metal ions may come from the clove leaves and distillation apparatus. That problem could be solved by purification process. The purifications done in this research were adsorption using bentonite and chelating process using citric acid. The objective of this experiment is to find out the suitable concentration of bentonite and citric acid and their effects on the clearness, brightness, color and quality of oil. This experiment consisted of three activities, those were: (I) Analysis of clearness, brightness, color and quality of oil before adsorption or chelating process. (2). Purification of oil. Adsorption experiments were conducted using Completely Randomized Design, with ten treatments (1%,2%.3%,4%. 5%, 6%, 7%, 8%,9% and 10% of bentonite) and three replications. Chelating process experiments were done using a Completely Randomized Design, with five treatments (0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8% and 1.0% of citric acid) and three replications. (3) Analysis of clearness, brightness, color and quality of oil after adsorption or chelating process. Result showed that increasing of bentonite concentration from 1 to 10 % in adsorption process could enhance the clearness of oil from 31.2 %T to 91.7%T, enhance the brightness of oil from 32.93 to 48.42, enhance the yellowish color of oil from 11.41 to 42.65, and enhance the quality of oil. Before adsorption the clove leaf oil could not up to standard, but after adsorption using 10 % bentonite, the oil was able to fulfill the SNI No. 06-2387-1998 and EOA (Essential Oil Association of USA) standard. Chelating process showed that the increasing of citric acid concentration from 0.2 to 1.0% could enhance the clearness of oil from 23.8%T to 96.5%T, enhance the brightness of oil from 30.96 to 50.5 I, and enhance the yellowish color of oil from 15.75 to 44.72. Before chelating the clove leaf oil could not up to standard, but after chelating using 0.6 % citric acid, the oil was able to fulfill the SNI No. 06-2387-1998. By The enhancement quality of clove leaf oil by purification, the farmer income could be increased.
Peningkatan Mutu dan Efisiensi Produksi Minyak Akar Wangi Melalui Teknologi Penyulingan Dengan Tekanan Uap Bertahap Edy Mulyono; Djajeng Sumangat; Tatang Hidayat
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 8, No 1 (2012): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak akar wangi (Java Vetiver Oil) merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dihasilkan dari distilasi akar tanaman Vetivera zizanioides Stapf. Minyak akar wangi memiliki daya fiksasi aroma yang kuat sehingga banyak digunakan terutama dalam industri parfum, kosmetik, aromatherapy dan pewangi sabun. Mutu minyak akar wangi Indonesia relatif rendah jika dibandingkan dengan minyak asal Haiti dan Reunion. Warna yang gelap dan aroma gosong (smoky burn) pada minyak akar wangi Indonesia disebabkan oleh penggunaan tekanan tinggi (± 5 bar) yang konstan sejak awal penyulingan. Perbaikan mutu dan peningkatan efisiensi produksi minyak akar wangi perlu segera dilakukan agar minyak akar wangi Indonesia kembali dapat bersaing di pasar dunia. Peningkatan rendemen dan mutu minyak akar wangi dapat dilakukan melalui perbaikan cara panen dan penanganan pascapanen serta metode dan kondisi proses penyulingan. Penyulingan dengan tekanan uap bertahap merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki mutu minyak dan meningkatkan efisiensi produksi minyak akar wangi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tekanan uap bertahap (tekanan uap 2,0; 2,5; dan 3,0 bar dengan total waktu penyulingan 9 jam) dapat menghasilkan recovery minyak sebesar 92,58%, lebih tinggi dibandingkan dengan recovery minyak pada tekanan uap 3 bar secara konstan (90,4%). Mutu minyak yang dihasilkan memenuhi syarat SNI No. 06-2386-2006. Penggunaan tekanan uap bertahap juga dapat menghemat konsumsi energi (bahan bakar) rata-rata sebesar 8,30% dibandingkan dengan konsumsi energi yang digunakan pada penyulingan rakyat.
Performance of technology and prospects agribusiness for salacca fruit Dwi Amiarsi; Edy Mulyono
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 9, No 1 (2013): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The potency of salacca edulis has not been fully utilized yet. Its use is limited as Salacca edulis decoration/parcel, of sweets fruits in syrup (in can or glass bottles). The improvement of fruits quality, the longer shelf life and product diversity can increase the usefulness of the fruits in modern life. Postharvest handling activities generally still has not done well by the farmers and traders. To increase the production of as well as the direction of development of fruits is to implemental quality assurance system that cover post harvest handling is good and right, and distribution. Postharvest handling of fruits through harvesting, collecting, cleaning, sorting and grading, pre-treatment, packaging and storage, transportation, distribution, and display. Technology of processed fruits which is increased the added value, i.e. sweet pickle, chips, fruit in syrup, pickles, edible coating. Abstrak Versi IndonesiaPotensi buah salak belum dimanfaatkan secara maksimal, penggunaannya terbatas sebagai buah meja, parsel, manisan dan buah salak dalam sirup (dikemas kaleng atau botol gelas). Peningkatan mutu buah salak, masa simpan yang lebih lama dan keragaman produk dapat menambah kegunaan buah salak dalam kehidupan modern. Kegiatan penanganan pascapanen umumnya masih belum dilakukan secara baik oleh petani maupun pedagang. Untuk meningkatkan produksi sekaligus sebagai arah pengembangan buah salak adalah dengan menerapkan sistem jaminan mutu yang meliputi cara penanganan pascapanen yang baik dan benar, dan cara distribusi yang baik dan benar. Penanganan pascapanen buah salak melalui kegiatan panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi dan grading, perlakuan awal, pengemasan dan penyimpanan, transportasi, distribusi, dan peragaan. Teknologi olahan buah salak untuk peningkatan nilai tambah dapat berupa manisan, keripik, buah dalam sirup, asinan, edible coating.
Studi Penentuan Sifat-sifat Fisik dan Termofisik Daun Nilam Aceh Edy Mulyono; Atjeng M. Syarief; NFN Supriyono
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 1 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v9n1.1994.26-33

Abstract

Studi Penentuan Sifat-sifat Fisik dan Termofisik Daun Nilam Aceh Edy Mulyono; Atjeng M. Syarief; NFN Supriyono
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 1 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v9n1.1994.26-33

Abstract

PENGARUH KOMPRES METRONIDAZOL TERHADAP LUKA KAKI DIABETIKUM Edy Mulyono; Galih Setia Adi
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 3 No. 1, Januari 2012
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.845 KB)

Abstract

ABSTRAK Infeksi kaki diabetes adalah penyebab umum morbiditas baik dalam masyarakat dan rumah sakit. Infeksi kaki diabetik diklasifikasikan sebagai rumit jika infeksi telah menyebar ke dalam jaringan lebih lembut, jika intervensi bedah diperlukan, atau jika pasien telah menulis kondisi yang wajar menghambat respon terhadap pengobatan (misalnya diabetes mellitus atau human immunodeficiency virus). Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui manfaat menggunakan metronidazol dan 0,9% dalam pengobatan infeksi kaki diabetes yang rumit yang membutuhkan rawat inap. Luka perawatan menggunakan metronidazol dan NaCl yang baik dan benar akan mempercepat penyembuhan luka kaki diabetik (selama 3 minggu luka lebih baik) daripada hanya menggunakan NaCl saja (selama 6 minggu pemulihan luka baru jaringan terjadi). Karena metrodinazole antibiotik, antibakteri dan antiprotozoa. Obat ini melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan amuba dalam tubuh. Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik nitroimidazoi derivatif yang memiliki aktivitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. ABSTRACT Diabetic foot infections are a common cause of morbidity in both the community and hospitals. Diabetic foot infections are classified as complicated if the infection has spread into the softer tissues, if surgical intervention is required, or if the patient has co reasonable conditions inhibit the response to treatment (eg, diabetes mellitus or human immunodeficiency virus). The purpose of this article is to investigate the benefits of using metronidazole and 0.9% in the treatment of complicated diabetic foot infections requiring hospitalization. Wound treatment using metronidazole and NaCl is good and true will accelerate the healing of diabetic foot wounds (for 3 weeks improved wound) than just using NaCl alone (for 6 weeks a new wound tissue recovery occurs). Because metrodinazole an antibiotic, and antibacterial antiprotozoa. This drug against infections caused by bacteria and amoeba in the body. Metronidazole is a synthetic antibacterial and antiprotozoa nitroimidazoi derivatives that have activity bacterisid, amebisid and trikomonosid”.