This Author published in this journals
All Journal Farmaka
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ARTIKEL REVIEW: BEBERAPA TANAMAN OBAT SEBAGAI ANTIMALARIA Kita Radisa; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3475.549 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i3.22062

Abstract

ABSTRAKTanaman obat telah menjadi alternatif pengobatan pada masyarakat lokal untuk beberapa penyakit. Terlebih dengan meningkatnya kasus resistensi terhadap obat kimia dan munculnya efek samping yang tidak diinginkan memicu pencarian obat herbal sebagai alternatif, salah satunya adalah pengobatan penyakit malaria. Dalam mengidentifikasi tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan, diperlukan penelitian yang memastikan bahwa tanaman tersebut mengandung senyawa bioaktif yang berguna dalam menghambat parasit penyebab malaria, plasmodium. Berdasarkan kebutuhan yang ada, pengkajian terhadap tanaman-tanaman antimalaria perlu dilakukan agar dapat memberikan manfaat secara menyeluruh terhadap pengembangan obat herbal. Dari hasil ulasan diperoleh beberapa tanaman yang memiliki aktivitas antiplasmodium yaitu Andrographis paniculata (Sambiloto), Artemisia annua (Artemisia Cina), Artocarpus camansi (Keluwih), Artocarpus champeden (Cempedak), Cassia siamea (Johar), Cordyline fruticosa (Andong), Garcinia dulcis (Mundu), Garcinia mangostana (Manggis), Kalanchoe blossfeldiana (Cocor Bebek), Macaranga gigantea (Mengkubung), Morus alba (Murbei), Strychnos lucida (Bidara Laut), dan Wedelia biflora (Sernai) yang memiliki berbagai kandungan kimia seperti xanthon, flavonoid, alkaloid, tanin, dan artemisin.Kata kunci: aktivitas antiplasmodium, malaria, tanaman obatABSTRACTHerbal plants became an alternative treatment in local people for several diseases. Especially with the increased of drug resistance and the adverse side effects triggered the search for herbal plants as an alternative, such as malaria. In identifying plants that can be used as an alternative treatment, research is needed to ensure that these plants contain bioactive compounds that are useful to inhibit malaria-causing parasites, plasmodium. Based on existing needs, an assessment of antimalarial plants needs to be carried out in order to provide overall benefits for the development of herbal medicines. The results from the review obtained several plants that have anti-plasmodium activity, they are Andrographis paniculata (Sambiloto), Artemisia annua (Artemisia Cina), Artocarpus camansi (Keluwih), Artocarpus champeden (Cempedak), Cassia siamea (Johar), Cordyline fruticosa (Andong), Garcinia dulcis (Mundu), Garcinia mangostana (Manggis), Kalanchoe blossfeldiana (Cocor Bebek), Macaranga gigantea (Mengkubung), Morus alba (Murbei), Strychnos lucida (Bidara Laut), and Wedelia biflora (Sernai) which has various chemical constituents such as xanthones, flavonoids, alkaloids, tannins, and artemisinin.Keywords: anti-plasmodium activity, malaria, herbal plants
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA MURBEI HITAM (Morus nigra L.) DAN EFEK FARMAKOLOGINYA NADIATUL KHAIRA. Y; ZELIKA MEGA RAMADHANIA
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2889.403 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17530

Abstract

Murbei hitam (Morus nigra L.) adalah salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman ini tersebar luas di berbagai negara yang beriklim subtropis. Variasi konsumsi dari buah ini pun juga beragam mulai dari buah segar, buah kering, jus buah, dan minuman beralkohol. Murbei hitam memiliki banyak manfaat sebagai pengobatan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, radang, iritasi tenggorokan, kerusakan pada gigi, dan anemia. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa bioaktif dalam tanaman ini yang cukup banyak, dimana didominasi oleh senyawa turunan fenolik. Senyawa bioaktif inilah yang memberikan kontribusi terhadap berbagai aktivitas yang dihasilkan oleh tanaman murbei hitam ini.
Aktivitas Repelen Kombinasi Minyak Atsiri Rimpang Bengle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) terhadap Nyamuk Aedes aegypti FERRY FERDIANSYAH SOFIAN; DUDI RUNADI; AMI TJITRARESMI; ARWA ARWA; GUSTYAN PRATAMA; ANTI PEBRIANTI MENTARI; SRIWIDODO SRIWIDODO; ZELIKA MEGA RAMADHANIA
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Farmaka
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.518 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.9294

Abstract

Tingginya tingkat penyebaran penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk, terutama pada daerah-daerah dengan endemik nyamuk yang tinggi, terdorong untuk melakukan pencegahan terbaik dalam penanggulangannya dengan cara pengendalian nyamuk dan menghindari gigitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas repelen terhadap beberapa kombinasi komposisi minyak atsiri rimpang bengle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah. Penelitian dilakukan dengan mengamati nyamuk yang hinggap di tangan relawan yang sebelumnya telah diberi sediaan uji. Analisis statistik menunjukkan bahwa masing-masing kombinasi minyak atsiri dari bahan uji yaitu bengle 10%; bengle 7,5% + sereh wangi 2,5%; bengle 5% + sereh wangi 5%; bengle 2,5% + sereh wangi 7,5%; dan sereh wangi 10% memiliki daya repelen tetapi masih memiliki perbedaan daya repelensi yang signifikan terhedap DEET 15%. Masing-masing kombinasi bahan uji tersebut tidak memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan sebagai repelen dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan hal tersebut, hasilnya dapat disimpulkan bahwa kelima kombinasi bahan uji tersebut tidak memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan sebagai repelen. Hal ini berarti kelima kelompok kombinasi uji tersebut memiliki daya tolak yang sama terhadap nyamuk Aedes aegypti dan potensial untuk dikembangkan menjadi obat herbal penolak nyamuk untuk mencegah demam berdarah.
REVIEW: EFEK SAMPING PENGGUNAAN KODEIN PADA PEDIATRIK Nadhira Mahda Dinar Lubis; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.281 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17850

Abstract

Kodein merupakan golongan opioid yang banyak digunakan baik untuk analgesik maupun antiusif. Namun penggunaan kodein pada pediatrik menimbulkan efek samping yang berakibat fatal, hal ini diakibatkan oleh polimorfisme pada gen pemetabolisme kodein. Pada orang dengan kemampuann ultrarapid metabolisme yang tinggi, penggunaan kodein pada dosis normal dapat meningkatkan kadar morfin dalam darah, sehingga akan menyebabkan depresi pernafasan pada pasien.Oleh karena itu FDA, EMA, AIFA dan MHRA membuat pedoman untuk melarang penggunaan kodein pada pediatrik dan menganjurkan untuk mengganti kodein dengan obat lain yang lebih aman untuk pediatrik.
Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Jambu Air (Syzygium aqueum Burn. f. Alston) PRATIWI SRI ANGGRAWATI; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.267 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10884

Abstract

Tanaman Jambu Air (Syzygium aqueum) digunakan sebagai obat alami yang berperan dalam menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dengan pencarian istilah dan strategi pencarian data berupa data yang berisi tentang penjelasan senyawa kimia dan aktivitas farmakologi S. aqueum baik secara ilmiah (in vitro dan in vivo) maupun secara empiris. Senyawa kimia yang paling banyak ditemukan pada daun Syzygium aqueum yaitu flavonoid, fenolik, dan tannin sebagai antimikroba dan senyawa hexahydroxyflavone, Myricetin ,vitamin C, senyawa 2',4'-dihidroksi-6-metoksi-3, 5-dimetilkalkon, senyawa 4-Hidroksibenzaldehid, myricetin-3-O-ramnosid, europetin-3-O-ramnosid, floretin, myrigalon-G dan myrigalon-B yang mempunyai aktivitas farmakologi sebagai anti oksidan, antikanker, antidiabetes dan antihiperglikemik. Diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka.  Kata kunci: Syzygium aqueum, jambu air, senyawa kimia, bioaktivitas.
REVIEW: TEKNIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KAROTENOID FIKRI DWI ALMINDA; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3186.468 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17535

Abstract

ABSTRAKTeknik Isolasi dan Identifikasi senyawa pada tanaman sangat diperlukan dalam pengembangan obat. Dalam pengembangan teknik ini, diperlukan juga pengembangan teknologi isolasi dan identifikasi yang lebih modern guna mempermudah, mempercepat dan menyatakan hasil yang akurat. Berbagai teknik yang digunakan untuk identifikasi antara lain FTIR (Fourier Trasnform Infra Red), Spektrofotometri UV-Vis, HPLC (High Performance Liquid Chomatography), dan NIR (Near Infrared Reflectance). Tiga tanaman dengan golongan karetonoid yang berbeda dipilih untuk membandingkan metode yang dinilai efisien. FTIR akan memberikan spektrum mengenai gugus fungsi yang terdapat pada karotenoid, HPLC akan memberikan data berupa AUC, serapan dan waktu retensi yang disesuaikan dengan standar, dan NIR akan memberikan gambar mengenai marker karotenoid. Hasil perbandingan metode dari tiga tanaman tersebut, FTIR dan HPLC dinilai paling efisien untuk identifikasi senyawa golongan karotenoid.Kata Kunci: FTIR, HPLC, NIR, KarotenoidAbstractIsolation and Identification Techniques of compounds in plants are indispensable in drug development. In the development of this technique, it is also necessary to develop more modern isolation and identification technology in order to facilitate, accelerate and declare accurate results. Various techniques used for identification include FTIR (Fourier Trasnform Infra Red), UV-Vis Spectrophotometry, HPLC (High Performance Liquid Chomatography), and NIR (Near Infrared Reflectance). Three plants with different classes of carotenoids were selected to compare methods that were considered efficient. FTIR will provide a spectrum of functional groups present in carotenoids, HPLC will provide data in the form of AUC, absorbance and retention time adjusted to the standard, and NIR will provide images of carotenoid markers. The results of the comparison of the methods of the three plants, FTIR and HPLC were considered the most efficient for the identification of carotenoid group compounds.Keywords: FTIR, HPLC, NIR, Carothenoid
POTENSI SILYMARIN (HEPAMAX) SEBAGAI SUPLEMEN DAN TERAPI PENUNJANG PADA GANGGUAN LIVER Achmad Junaidi; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Farmaka (Juni)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.339 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.18132

Abstract

Hati merupakan salah satu organ utama dalam menjaga keseimbangan homeostatis dan detoksifikasi toksin yang ada di dalam darah. Virus hepatitis merupakan salah satu yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Pengobatan secara natural sudah banyak dilakukan pengembangan, salah satunya adalah Silymarin. Penggunaan Silymarin sudah lama digunakan sebagai pengobatan hepatoprotektor. Silymarin adalah salah senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman Silybum marianum yang memiliki efek biologi terhadap perbaikan fungsi hati. Sebagai hepatoprotektor, silymarin berperan dalam beberapa cara, termasuk antioksidan, antiinflamasi, regulator permeabilitas sel, penstabil membrane, stimulasi regenerasi sel hati dan menghambat penurunan serat kolagen yang dapat menyebabkan sirosis. Kata kunci     : Gangguan hati, Silymarin, Silybum marianum, hepatoprotektor
Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas Melaleuca leucadendron Linn. AGI MEISARANI; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.041 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10818

Abstract

Melaleuca leucadendron Linn. merupakan spesies tanaman tropis dari suku Myrtaceae yang berasal dari Australia dan terdistribusi secara luas ke beberapa negara lain seperti Brazil, India, Cuba, serta Asia bagian Selatan termasuk Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak khasiat yang dapat dijadikan sebagai herbal medik, dimana minyak essensialnya telah dibuktikan secara empiris dan ilmiah memiliki efektivitas farmakologi melalui pengujian in vitro dan in vivo dari beberapa studi penelitian. Adanya aktivitas farmakologi tersebut disebabkan karena kandungan senyawa kimia utamanya, seperti 1,8-Sineol, ⍺-Terpineol, β-Kariofilen dan D-Limonen. Adapun efek farmakologi yang dihasilkan dari tanaman ini karena adanya senyawa kimia yang terkandung didalam tanaman tersebut diantaranya adalah aktivitas antioksidan, antifungal, efek sedatif, serta inhibitor enzim hyaluronidase. Review terhadap studi tentang kandungan kimia dan bioaktivitas M. Leucadendron Linn. dilakukan dengan cara penelusuran pustaka terkait tinjauan botani, tinjauan kimia dan tinjauan farmakologi yang dapat diakses pada beberapa situs penyedia jurnal terpercaya (NCBI, Elsevier, Researchgate maupun google scholar) kemudian dilanjutkan dengan skrinning pada jurnal-jurnal tersebut sehingga didapatkan sumber studi yang masuk dalam kriteria inklusi. Diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka.
Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Eucalyptus globulus Labill. LIZA FAUZIYYAH KOSWANDY; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.213 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10815

Abstract

Eucalyptus merupakan genus tanaman dari famili Myrtaceae. Eucalyptus ini sering digunakan sebagai tanaman obat. Salah satu spesies yang digunakan sebagai obat yaitu Eucalyptus globulus. Tanaman ini berasal dari Australia dan Tasmania serta terdistribusi di daerah tropis dan subtropis. Minyak esensial yang diperoleh dari daun Eucalyptus globulus, dimanfaatkan daunnya sebagai obat TBC paru-paru, diabetes, obat pilek, antiseptik, asma, desinfektan, terapi malaria, antibakteri, antifeedant, anti fungi, pengusir serangga atau repellant sedangkan untuk batang dimanfaatkan sebagai antivirus. Bioaktivitas Eucalyptus globulus ini dibuktikan dengan studi farmakologi secara in-vivo dan in-vitro. Senyawa yang berperan dalam bioaktivitas ini, yaitu 1,8-sineol, α-terpineol, quinat, luteolin, dan proantosianidin. Review artikel ini diperoleh dari beberapa pustaka jurnal serta textbook, penelusurannya dari berbagai situs penyedia jurnal terpercaya, seperti google scholar, ncbi, science direct, Elsevier yang kemudian di skrining berdasarkan kriteria inklusi. Berdasarkan data-data tesebut, diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka. Kata kunci: Eucalyptus globulus, Kayu Putih, Minyak esensial, Senyawa kimia, Bioaktivitas
Obat-Obat Pemicu Perdarahan Harus Diketahui Apoteker Michael Djajaseputra; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 15, No 4 (2017): Farmaka Desember
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.947 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i4.15316

Abstract

Perdarahan merupakan salah satu efek samping obat yang berbahaya. Perdarahan dapat dilihat melalui tanda seperti mimisan, gusi berdarah, ataupun memar. Obat-obat golongan NSAID, SSRI, antikoagulan maupun antiplatelet merupakan golongan obat yang diketahui dapat menyebabkan perdarahan. Hal ini harus diketahui oleh seorang apoteker, sehingga dalam praktiknya apoteker dapat memberikan edukasi kepada pasien serta melakukan pemantauan terapi obat-obat tersebut. Edukasi yang dapat diberikan seperti, memberitahukan gejala dari perdarahan pada pasien agar segera menghubungi tenaga medis apabila gejala timbul. Sehingga dapat disimpulkan obat-obat yang dapat memicu perdarahan harus diketahui oleh seorang apoteker sehingga efek samping perdarahan tidak terjadi melalui pemantauan terapi obat maupun edukasi terhadap pasien.