Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan dengan Katalis NaOH dan KOH Garusti Garusti; Ahmad Dhiaul Khuluq; Joko Hartono; Prima Diarini Riajaya; Rully Dyah Purwati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v12n2.2020.78-85

Abstract

Minyak non pangan seperti minyak biji kemiri sunan berpeluang digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Masalah yang muncul dalam pembuatan biodiesel adalah reaksi transesterifikasi tanpa katalis berlangsung sangat lambat sehingga dikhawatirkan reaksinya tidak stabil, serta kebutuhan input energi yang sangat tinggi menjadikan tidak layak teknis. Oleh karena itu, untuk mempercepat reaksi transesterifikasi diperlukan katalis. Penggunaan KOH 1% dan NaOH 0,75% sebagai katalis pada proses transesterifikasi dapat mempercepat reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biodiesel dari minyak biji kemiri sunan, campuran dari beberapa aksesi, yang dihasilkan dengan katalis NaOH 0,75% dan KOH 1 % dibandingkan dengan SNI 04-7182-2015 tentang Biodiesel. Metode pembuatan biodiesel yang digunakan meliputi tahapan degumming, transesterifikasi, separasi dan pencucian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Tanaman Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang pada bulan Agustus-Desember 2019. Biodiesel kemiri sunan menggunakan katalis NaOH 0,75% memiliki nilai kadar air 0,03%, densitas 0,89 (g/cm3 ), angka asam 0,38 mg/KOH/g, angka iod 42,67, viskositas kinematik pada suhu 40 °C 5,45 °C, dan titik nyala 173 °C. Biodiesel dengan penambahan katalis NaOH 0,75% menghasilkan mutu lebih baik dari penambahan katalis KOH 1%. Biodiesel dengan katalis NaOH 0,75% sudah memenuhi SNI 04-7182-2015 tentang Biodiesel pada parameter mutu yang diukur (kadar air, densitas, angka asam, angka iod, viskositas kinematik, dan titik nyala). Parameter lain dalam SNI 04-7182-2015 yang belum dilaporkan dalam penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk biodiesel minyak kemiri sunan menggunakan katalis NaOH 0,75%.Characteristics of Toxic-Candlenut Biodiesel with NaOH and KOH CatalystsNon-food oils, such as toxic candlenut seed oil, have the opportunity to be used as raw material for biodiesel. The problem that arises in biodiesel process is the slowly transesterification reaction, when without a catalyst will cause unstable reaction, need very high energy inputs, so that makes it technically unfeasible. Therefore, a catalyst is needed to accelerate the transesterification reaction. The use of 1% KOH and 0.75% NaOH in the transesterification process can accelerate the reaction. This study was aimed to determine the characteristics of biodiesel from toxic candlenut oil, a mixture of several accessions of the toxic candlenuts, which was produced with 1% KOH and 0.75% NaOH catalyst.  The results were then compared to the characteristics of those determined in SNI 04-7182-2015 of Biodiesel. The method in producing biodiesel included the stages of degumming, transesterification, separation and washing. The experiment was conducted in Phytochemical Laboratory of IRSFCRI in August to December 2019. Toxic candlenut biodiesel using 0.75% NaOH catalyst has a value of moisture content (0.03%), density (0.89 g/cm3), acid number (0.38 mg/KOH/g), iodine number (42.67), kinematic viscosity at temperature 40°C (5.45°C), and flash point (173°C). Biodiesel quality with 0.75% NaOH is better than that of 1% KOH catalyst. Biodiesel with 0.75% NaOH catalyst has achieved the requirement of the SNI 04-7182-2015 on Biodiesel on almost all parameters (i.e., water content, density, acid number, iodine number, kinematic viscosity, and flash point). Other parameters in SNI 04-7182-2015 that have not been reported in this study need further research on biodiesel of toxic candlenut oil using 0.75% NaOH catalyst. Toxic candlenut biodiesel is expected to be used for biofuel.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA MANGUNJAYAN KECAMATAN PONOROGO KABUPATEN PONOROGO Joko Hartono
JI@P Vol 9 No 1 (2020): JI@P
Publisher : Master of Public Administration, Universitas Slamet Riyadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/jp.v9i1.3564

Abstract

Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku orang menjadi tidak berdaya sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. Namun keberhasilan pemberdayaan tidak hanya menekankan hasil, tetapi juga pada proses melalui tingkat kesadaran dan motivasi yang tinggi, yang didasarkan pada kebutuhan dan potensi masyarakat
TEKNIK PEMODELAN BERDASARKAN VISUALISASI WARNA UNTUK TRANSPARANSI GRADING DAN SORTASI TEMBAKAU VIRGINIA / Modelling Techniques Based on Colour Visualization for Transparency Grading and Sorting of Virginian Tobacco Nunik Eka Diana; Joko Hartono
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.50-62

Abstract

ABSTRAKTembakau Virginia memerlukan beberapa tahapan proses sebelum memasuki proses tataniaga, diantaranya yang memegang peranan penting adalah grading (penilaian) dan sortasi. Kedua proses ini sangat menentukan tingkatan mutu dan harga jual daun tembakau yang dihasilkan oleh petani. Dengan proses grading dan sortasi yang tertata, maka penjual (dalam hal ini petani) dan pembeli dapat mengklasifikasikan tembakau sesuai dengan mutu yang dikehendaki. Proses sortasi lebih menekankan pada keseragaman berdasarkan pada posisi daun pada tanaman dan ketampakan secara visual termasuk warna, cacat, kerusakan, panjang daun serta tingkat kemasakan daun. Berdasarkan hasil sortasi diperoleh beberapa tingkatan mutu yang tergantung pada tipe dan jenis tembakau serta berdasar pada permintaan pasar. Sementara proses grading adalah tindakan pengklasifikasian mutu dari hasil sortasi yang didasarkan pada posisi daun atau letak daun pada batang dan unsur-unsur luar lainnya (external appreciation), sehingga dihasilkan mutu paling seragam. Secara konvensional, proses grading dilakukan secara kualitatif, namun saat ini sudah terdapat beberapa metode yang dapat mengklasifikasikan tingkatan mutu tembakau berdasarkan kuantifikasi dengan metode pemodelan. Metode ini mengacu pada penampakan visual, yaitu berdasarkan pada warna daun tembakau serta posisi daun pada batang. Namun, metode-metode ini masih banyak dilakukan di luar negeri yang sudah maju kegiatan pengembangan dan penelitiannya. Hasil penelitian tentang teknik pemodelan proses grading tembakau jika dibandingkan dengan secara manual memiliki nilai keakuratan berkisar antara 64-87,18%, bahkan sudah dicoba ulang dengan tingkat akurasi 81-93% dengan teknik pemodelan CNN yang perlu disempurnakan, namun teknik pemodelan masih didahului dengan proses sortasi daun tembakau berdasarkan kelas mutunya. Diharapkan penulisan naskah ini dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat dalam pengelolaan tembakau terutama proses sortasi dan grading sehingga diperoleh kelas mutu sesuai dengan harapan. ABSTRACTAs a commodity with a high economic value, tobacco requires several stages before entering the process of trading. Among the processes that important role is the process of grading and sorting. These two processes will greatly determine the level of quality and at the same time determine the selling price of tobacco leaves produced by farmers. With the process of grading and sorting arranged then the seller (the farmer) and the buyer can classify tobacco in accordance with the desired quality. Sorting process is more emphasis on uniformity based on leaf position on plants and visually visible including color, defect, damage, leaf length and maturity level of leaves. Based on the sorting results obtained several levels of quality depending on the type and kind of tobacco and based on market demand. While the grading process on tobacco is the action of classifying the quality of the sorting results based on the leaves position on the stem and other external elements that are considered important and affect the quality, resulting quality until the most uniform conditions. In this way the process of marketing tobacco can be more transparent because the quality becomes more orderly. Grading process is always done qualitatively, but now there are several methods that can classify the level of tobacco quality based on quantification by modeling method. This method refers to visual appearance based on the color of tobacco leaves and the position of leaves on the stem. However, these methods are still widely practiced abroad with advanced development and research activities. The results of research on tobacco grading process modeling techniques when compared to manually have an accuracy value ranging from 64-87.18%, it has even been retried with an accuracy rate of 81-93% with CNN modeling techniques that need to be refined but the modeling technique is still preceded by the tobacco leaf sorting process based on its quality. It is hoped that the writing of this manuscript can provide a useful understanding in tobacco management, especially the sorting and grading process in order to obtain a quality class as expected. 
Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan dengan Katalis NaOH dan KOH Garusti Garusti; Ahmad Dhiaul Khuluq; Joko Hartono; Prima Diarini Riajaya; Rully Dyah Purwati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v12n2.2020.78-85

Abstract

Minyak non pangan seperti minyak biji kemiri sunan berpeluang digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Masalah yang muncul dalam pembuatan biodiesel adalah reaksi transesterifikasi tanpa katalis berlangsung sangat lambat sehingga dikhawatirkan reaksinya tidak stabil, serta kebutuhan input energi yang sangat tinggi menjadikan tidak layak teknis. Oleh karena itu, untuk mempercepat reaksi transesterifikasi diperlukan katalis. Penggunaan KOH 1% dan NaOH 0,75% sebagai katalis pada proses transesterifikasi dapat mempercepat reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biodiesel dari minyak biji kemiri sunan, campuran dari beberapa aksesi, yang dihasilkan dengan katalis NaOH 0,75% dan KOH 1 % dibandingkan dengan SNI 04-7182-2015 tentang Biodiesel. Metode pembuatan biodiesel yang digunakan meliputi tahapan degumming, transesterifikasi, separasi dan pencucian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Tanaman Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang pada bulan Agustus-Desember 2019. Biodiesel kemiri sunan menggunakan katalis NaOH 0,75% memiliki nilai kadar air 0,03%, densitas 0,89 (g/cm3 ), angka asam 0,38 mg/KOH/g, angka iod 42,67, viskositas kinematik pada suhu 40 °C 5,45 °C, dan titik nyala 173 °C. Biodiesel dengan penambahan katalis NaOH 0,75% menghasilkan mutu lebih baik dari penambahan katalis KOH 1%. Biodiesel dengan katalis NaOH 0,75% sudah memenuhi SNI 04-7182-2015 tentang Biodiesel pada parameter mutu yang diukur (kadar air, densitas, angka asam, angka iod, viskositas kinematik, dan titik nyala). Parameter lain dalam SNI 04-7182-2015 yang belum dilaporkan dalam penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk biodiesel minyak kemiri sunan menggunakan katalis NaOH 0,75%.Characteristics of Toxic-Candlenut Biodiesel with NaOH and KOH CatalystsNon-food oils, such as toxic candlenut seed oil, have the opportunity to be used as raw material for biodiesel. The problem that arises in biodiesel process is the slowly transesterification reaction, when without a catalyst will cause unstable reaction, need very high energy inputs, so that makes it technically unfeasible. Therefore, a catalyst is needed to accelerate the transesterification reaction. The use of 1% KOH and 0.75% NaOH in the transesterification process can accelerate the reaction. This study was aimed to determine the characteristics of biodiesel from toxic candlenut oil, a mixture of several accessions of the toxic candlenuts, which was produced with 1% KOH and 0.75% NaOH catalyst.  The results were then compared to the characteristics of those determined in SNI 04-7182-2015 of Biodiesel. The method in producing biodiesel included the stages of degumming, transesterification, separation and washing. The experiment was conducted in Phytochemical Laboratory of IRSFCRI in August to December 2019. Toxic candlenut biodiesel using 0.75% NaOH catalyst has a value of moisture content (0.03%), density (0.89 g/cm3), acid number (0.38 mg/KOH/g), iodine number (42.67), kinematic viscosity at temperature 40°C (5.45°C), and flash point (173°C). Biodiesel quality with 0.75% NaOH is better than that of 1% KOH catalyst. Biodiesel with 0.75% NaOH catalyst has achieved the requirement of the SNI 04-7182-2015 on Biodiesel on almost all parameters (i.e., water content, density, acid number, iodine number, kinematic viscosity, and flash point). Other parameters in SNI 04-7182-2015 that have not been reported in this study need further research on biodiesel of toxic candlenut oil using 0.75% NaOH catalyst. Toxic candlenut biodiesel is expected to be used for biofuel.
TEKNIK PEMODELAN BERDASARKAN VISUALISASI WARNA UNTUK TRANSPARANSI GRADING DAN SORTASI TEMBAKAU VIRGINIA / Modelling Techniques Based on Colour Visualization for Transparency Grading and Sorting of Virginian Tobacco Nunik Eka Diana; Joko Hartono
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.50-62

Abstract

ABSTRAKTembakau Virginia memerlukan beberapa tahapan proses sebelum memasuki proses tataniaga, diantaranya yang memegang peranan penting adalah grading (penilaian) dan sortasi. Kedua proses ini sangat menentukan tingkatan mutu dan harga jual daun tembakau yang dihasilkan oleh petani. Dengan proses grading dan sortasi yang tertata, maka penjual (dalam hal ini petani) dan pembeli dapat mengklasifikasikan tembakau sesuai dengan mutu yang dikehendaki. Proses sortasi lebih menekankan pada keseragaman berdasarkan pada posisi daun pada tanaman dan ketampakan secara visual termasuk warna, cacat, kerusakan, panjang daun serta tingkat kemasakan daun. Berdasarkan hasil sortasi diperoleh beberapa tingkatan mutu yang tergantung pada tipe dan jenis tembakau serta berdasar pada permintaan pasar. Sementara proses grading adalah tindakan pengklasifikasian mutu dari hasil sortasi yang didasarkan pada posisi daun atau letak daun pada batang dan unsur-unsur luar lainnya (external appreciation), sehingga dihasilkan mutu paling seragam. Secara konvensional, proses grading dilakukan secara kualitatif, namun saat ini sudah terdapat beberapa metode yang dapat mengklasifikasikan tingkatan mutu tembakau berdasarkan kuantifikasi dengan metode pemodelan. Metode ini mengacu pada penampakan visual, yaitu berdasarkan pada warna daun tembakau serta posisi daun pada batang. Namun, metode-metode ini masih banyak dilakukan di luar negeri yang sudah maju kegiatan pengembangan dan penelitiannya. Hasil penelitian tentang teknik pemodelan proses grading tembakau jika dibandingkan dengan secara manual memiliki nilai keakuratan berkisar antara 64-87,18%, bahkan sudah dicoba ulang dengan tingkat akurasi 81-93% dengan teknik pemodelan CNN yang perlu disempurnakan, namun teknik pemodelan masih didahului dengan proses sortasi daun tembakau berdasarkan kelas mutunya. Diharapkan penulisan naskah ini dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat dalam pengelolaan tembakau terutama proses sortasi dan grading sehingga diperoleh kelas mutu sesuai dengan harapan. ABSTRACTAs a commodity with a high economic value, tobacco requires several stages before entering the process of trading. Among the processes that important role is the process of grading and sorting. These two processes will greatly determine the level of quality and at the same time determine the selling price of tobacco leaves produced by farmers. With the process of grading and sorting arranged then the seller (the farmer) and the buyer can classify tobacco in accordance with the desired quality. Sorting process is more emphasis on uniformity based on leaf position on plants and visually visible including color, defect, damage, leaf length and maturity level of leaves. Based on the sorting results obtained several levels of quality depending on the type and kind of tobacco and based on market demand. While the grading process on tobacco is the action of classifying the quality of the sorting results based on the leaves position on the stem and other external elements that are considered important and affect the quality, resulting quality until the most uniform conditions. In this way the process of marketing tobacco can be more transparent because the quality becomes more orderly. Grading process is always done qualitatively, but now there are several methods that can classify the level of tobacco quality based on quantification by modeling method. This method refers to visual appearance based on the color of tobacco leaves and the position of leaves on the stem. However, these methods are still widely practiced abroad with advanced development and research activities. The results of research on tobacco grading process modeling techniques when compared to manually have an accuracy value ranging from 64-87.18%, it has even been retried with an accuracy rate of 81-93% with CNN modeling techniques that need to be refined but the modeling technique is still preceded by the tobacco leaf sorting process based on its quality. It is hoped that the writing of this manuscript can provide a useful understanding in tobacco management, especially the sorting and grading process in order to obtain a quality class as expected.