Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Sejarah dan Budaya

PEMANFAATAN GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI BENDA TERDUGA ARTEFAK DI DESA PEKAUMAN, KABUPATEN BONDOWOSO Reza Hudiyanto; Ismail Lutfi
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 1 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i12022p66-79

Abstract

Problem the oftenly rises is when an artefacts remain buried and unintentionally unearth thereafter by any activities which unrelated to cultural preservation.  In order to keep the artefact from the treath of changing land used, such as when company expanded their land. This study tried to discuss the use of geolectrical methods in assuming the position of artefak particularly artificial stone laid beneath land surface nearby Megalitic Garden of Pekauman. The geoelectric method is a way to obtain the image of the subsurface structure by using of different resistivity on each material. Through this method, we can depicted material composition such as clay, water, gravel and andesite. This shows that the geoelectric method could provide a based to determine average position of any artefak under the surface. The results of the research indicate that from four test area in the Plywood Industry complex development area in Bondowoso, we detected a figure of cuboid shape stone lied 4 meter under surface.  Therefore it can be concluded that this method proved effective in determine position of suspected artefak before doing excavation. In it will help archeolog in searching the right position of unearthen artefak. As the time pass on and the land came to scarce, this method will give preliminary information of suspected-artefak, so the owner will not removed artefak when they make expansion area or contruction building.Permasalahan yang sering muncul adalah adanya artefak yang berada di bawah permukaan tanah dan baru diketahui secara tidak sengaja setelah adanya aktivitas penggalian. Oleh karena itu diperlukan cara untuk mengetahui potensi budaya yang masih terpendam di bawah permukaan tanah. Kajian ini bertujuan untuk membahas pemanfaatan geolistrik dalam memprediksi keberadaan artefak yang diperkirakan berada di bawah permukaan tanah disekitar Taman MegalitikPekauman. Metode geolistrik adalah suatu cara untuk memperoleh gambaran struktur bawah permukaan tanah melalui pemanfaatan perbedaan sifat resistivitas suatu material. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan citra bawah permukaan tanah yang menggambarkan lapisan tanah liat, air, kerikil dan batu andesit. Ini menunjukkan bahwa metode geolistrik mampu memberikan dasar asumsi posisi koordinat dugaan benda artefak di dalam tanah. Hasil dari penelitian dengan ini menunjukkan bahwa dari tiga lintasan uji geo listrik di kawasan pengembangan kompeks Industri Plywood di Bondowoso ini, ditemukan satu batu berbentuk kubus di kedalaman 4 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini juga memudahkan penentuan titik bidang ekskavasi di lahan terduga terdapat artefak. Di masa yang akan datang geolistrik akan mempermudah penentuan titik galian ekskavasi. Metode ini juga dapat pihak pemilik lahan ketika menentukan posisi penggalian pondasi bangunan supaya tidak menghancurkan benda cagar budaya.
Sejarah erupsi Semeru 1994 dan upaya penanganannya di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang Ana Ayu Ning Tias; Ronal Ridhoi; Ismail Lutfi
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 17, No 1 (2023): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v17i12023p26-42

Abstract

This paper aims to discuss 1994’s Semeru eruption and its aftermath, especially the history of eruption and mitigation in Pronojiwo District, Lumajang Regency. Using the history methods, as well as perusing some newspaper archives, government archives, and interviews, this paper tries to explore the new narratives of the Semeru eruption and how the indigenous faced the disaster. This paper finds out that the eruption of Mount Semeru which occurred in 1994 was one of the most devastating eruptions in its history, which caused a major impact on environmental damage, settlements, agricultural land, forestry land, livestock, and dead life. Several mitigation efforts after the disaster were done by the government in the form of building evacuation posts, alert posts, making check dams, transmigration departures, and material reliefs. These efforts were effective because the aid was distributed to the victims. However, the facts show that the community and the government were not ready to face the impact of natural hazards. Tulisan ini bertujuan membahas erupsi Semeru tahun 1994 dan akibatnya, khususnya sejarah erupsi dan penanganannya di Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang. Dengan menggunakan metode sejarah serta melakukan pembacaan mendalam terhadap beberapa arsip surat kabar, arsip pemerintah, dan wawancara, tulisan ini mencoba menggali narasi baru erupsi Gunung Semeru dan bagaimana masyarakat menghadapi bencana tersebut. Tulisan ini menunjukkan bahwa letusan Gunung Semeru yang terjadi pada Februari 1994 merupakan salah satu letusan yang paling dahsyat dalam sejarahnya, yang menimbulkan dampak besar terhadap kerusakan lingkungan, pemukiman hingga kematian penduduk. Beberapa upaya penanganan pasca bencana yang dilakukan pemerintah yaitu berupa pembangunan posko pengungsian, posko siaga, pembuatan cek dam, pemberangkatan transmigrasi, dan bantuan material. Berbagai upaya tersebut terbukti efektif, karena bantuan bencana disalurkan kepada korban. Meski demikian, fakta menunjukkan bahwa masyarakat dan pemerintah belum siap menghadapi dampak bencana alam yang datang tiba-tiba.