This paper aims to discuss 1994’s Semeru eruption and its aftermath, especially the history of eruption and mitigation in Pronojiwo District, Lumajang Regency. Using the history methods, as well as perusing some newspaper archives, government archives, and interviews, this paper tries to explore the new narratives of the Semeru eruption and how the indigenous faced the disaster. This paper finds out that the eruption of Mount Semeru which occurred in 1994 was one of the most devastating eruptions in its history, which caused a major impact on environmental damage, settlements, agricultural land, forestry land, livestock, and dead life. Several mitigation efforts after the disaster were done by the government in the form of building evacuation posts, alert posts, making check dams, transmigration departures, and material reliefs. These efforts were effective because the aid was distributed to the victims. However, the facts show that the community and the government were not ready to face the impact of natural hazards. Tulisan ini bertujuan membahas erupsi Semeru tahun 1994 dan akibatnya, khususnya sejarah erupsi dan penanganannya di Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang. Dengan menggunakan metode sejarah serta melakukan pembacaan mendalam terhadap beberapa arsip surat kabar, arsip pemerintah, dan wawancara, tulisan ini mencoba menggali narasi baru erupsi Gunung Semeru dan bagaimana masyarakat menghadapi bencana tersebut. Tulisan ini menunjukkan bahwa letusan Gunung Semeru yang terjadi pada Februari 1994 merupakan salah satu letusan yang paling dahsyat dalam sejarahnya, yang menimbulkan dampak besar terhadap kerusakan lingkungan, pemukiman hingga kematian penduduk. Beberapa upaya penanganan pasca bencana yang dilakukan pemerintah yaitu berupa pembangunan posko pengungsian, posko siaga, pembuatan cek dam, pemberangkatan transmigrasi, dan bantuan material. Berbagai upaya tersebut terbukti efektif, karena bantuan bencana disalurkan kepada korban. Meski demikian, fakta menunjukkan bahwa masyarakat dan pemerintah belum siap menghadapi dampak bencana alam yang datang tiba-tiba.